Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haeranah Ahmad
Abstrak :
ABSTRAK
Konsentrasi PM2,5 di udara dapat mempengaruhi kesehatan apabila terhirup oleh manusia karena akan terdeposit ke dalam alveoli yang akan menimbulkan reaksi radang yang mengakibatkan daya kembang paru menjadi terbatas dan menurunkan fungsi paru pada manusia. Pekerja yang bekerja di industri kerajinan batu ukir mempunyai risiko tinggi terpajan oleh PM2,5 yang dihasilkan dari proses pemotongan, pembentukan dan penghalusan menggunakan gerinda. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pajanan debu PM2,5 terhadap gangguan fungsi paru pada pekerja dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada seluruh pekerja industri kerajinan batu ukir yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di desa Allakuang, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap sebanyak 100 orang. Pemeriksaan faal paru menggunakan spirometri sedangkan pengukuran konsentrasi PM2,5 di ruang kerja menggunakan Haz dust EPAM 5000. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan gangguan fungsi paru (4,17 ;1,68- 10,38). Faktor lain yang mempengaruhi adalah masa kerja (2,41; 1,05-5,52) dan kecepatan angin (4,77 ;1,93-11,77). Pada analisis multivariat menunjukkan bahwa pekerja yang bekerja pada lingkungan kerja dengan konsentrasi PM2,5 yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 6,86 kali menderita gangguan fungsi paru setelah dikontrol dengan variabel kecepatan angin, kelembaban, suhu, masa kerja dan penggunaan APD. Penelitian ini menyimpulkan didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pajanan debu batu dengan gangguan fungsi paru. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian terhadap pajanan debu batu dan hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan pada pekerja serta pelaksanaan monitoring lingkungan kerja serta surveilans kesehatan kerja.
ABSTRACT
PM2,5 concentration on the air can affect health when inhaled by human. It will be deposited in the alveoli that could inflict an inflammatory reaction that cause reduce lung volume and decreasing the lung function in human. Workers who work in stone carving craft industry had a high risk of PM2,5 exposure that resulted from the process of cutting, forming and refining by using grinder. This cross sectional study purposed to assess the relationship between exposure of PM2,5 dust and impaired lung function among 100 workers who had fulfilled the inclusion and exclusion criteria in the Allakuang village, Maritengngae subdistrict, Sidrap District, South Sulawesi Province. Lung function was assessed by spirometry. PM2,5 concentration in the workspace was assessed by Haz dust EPAM 5000. Logistic regression analysis was carried out and showed a significant correlation between the PM2,5 concentration with impaired lung function (4,2; 1,68- 10.38). Another determinant factor was the work duration (2.4; 1,05-5,52) and wind speed (4,8; 1.93-11.77). Multivariate analysis showed that worker who work on the work space with high concentration of PM2,5 tend to have 6.86 times higher risk of suffering from impaired lung function after adjusted by wind speed, humidity, temperature, work duration and using PPE (Personal protective equipment). There was significant association between the level of dust exposure with impaired lung function. Hence, it is necessary to control the dust exposure.The finding of this study could be used as a consideration of health and safety programs implementation among workers and monitoring the implementation of work space and also the surveillance of occupational health.
2016
T47074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febry Handiny
Abstrak :
ABSTRAK
Pneumonia merupakan penyebab kematian utama anak-anak di seluruh dunia daripada penyakit-penyakit lainnya.. Period prevalence pneumonia pada balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah kasus pneumonia di Kota Padang. Inhalasi bahan kimia beracun seperti partikulat juga dapat menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan di paru-paru sehingga diduga menjadi penyebab pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pajanan PM2,5 di udara dengan kejadian pneumonia pada balita yang tinggal di kawasan pemukiman industri dan dan non industri dan faktor risiko lainnya yang dapat menimbulkan pneumonia. Penelitian ini menggunakan desain case control. Sampel terdiri dari masing-masing 51 sampel untuk wilayah industri dan non industri berusia 12 bulan ndash; 60 bulan. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan pneumonia pada balita adalah ASI eksklusif dan pemberian vitamin A. Sedangkan konsentrasi PM2,5 di udara dan faktor pencemaran dalam ruangan tidak berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Kesimpulan didapatkan bahwa pneumonia pada balita dipengaruhi oleh PM2,5 di udara setelah dikontrol variabel letak dapur, ASI eksklusif vitamin A, status gizi, dan imunisasi campak. Di harapkan ibu balita meningkatkan kesadaran memberikan ASI eksklusif, memberikan vitamin dan menjaga kesehatan balita agar terhindar dari pneumonia.
ABSTRACT
Pneumonia is the leading cause of death among children worldwide than any diseases. More than 2 million children aged 1 to 5 years died of pneumonia each year across the region. The prevalence of children pneumonia in Indonesia is 18.5 per mile. From year to year there is an increasing number of cases of pneumonia in Padang, West Sumatera. Inhalation of toxic chemicals such as particulates can also cause inflammation and tissue damage in the lungs that suspected to be the cause of pneumonia. This study aims to analyze the relationship of PM2.5 to incidence of children pneumonia living in industrial and non industrial areas in Padang and other risk factors that lead to pneumonia. This study used case control design. The sample consisted of 51 samples each for industrial and non industrial areas aged within 12 months 60 months. The results indicated that variables associated with pneumonia in children were exclusive breastfeeding and vitamin A. While the concentration of PM2,5 and indoor air pollution factor were not associated to the incidence of pneumonia in children. In conclusion, the incidence of pneumonia in children is affected by the concentration of PM2.5 after controlled by the location of the kitchen, exclusive breastfeeding, vitamin A, nutritional status, and measles immunization. It is recommended to improve the awareness of mothers to give exclusive breastfeeding, provide vitamin A and maintain the health of the children to avoid pneumonia.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damai Arum Pratiwi
Abstrak :
Sopir angkutan kota (angkot) atau mikrolet di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, menghabiskan waktu berjam-jam di jalan sehingga terpajan particulate matter (PM2,5) dalam konsentrasi yang tinggi sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan bahkan kematian dini melalui mekanisme stres oksidatif. Malondialdehyde (MDA) adalah salah satu produk sampingan dari stres oksidatif yang menjadi biomarker peroksidasi lipid. Dalam tesis ini, peneliti mengukur PM2,5 pada 130 driver saat mereka mengendarai angkot selama satu kali pulang pergi. Kadar MDA diperiksa dari sampel urin, indeks massa tubuh (IMT) diukur dengan berat dan tinggi badan, dan data variabel lainnya (masa kerja, durasi kerja, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, konsumsi vitamin, konsumsi minuman energi, kebiasaan olahraga, dan trayek angkutan) dikumpulkan dengan kuesioner dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajanan PM2,5 dan IMT secara signifikan berhubungan dengan kadar MDA (p <0,05). Secara keseluruhan, tesis ini menyarankan pengemudi untuk mengontrol berat badannya agar kadar MDA dalam tubuh tidak meningkat serta agar sopir melindungi kesehatan dirinya. ......Mikrolet drivers in Terminal Kampung Melayu, East Jakarta, who spent long hours on road are exposed to the high concentration of fine particulate matter (PM2,5) which can lead to health problem even premature death through oxidative stress mechanism. Malondialdehyde (MDA) is one of byproduct from oxidative stress which becomes a biomarker of lipid peroxidation. In this study, we measured PM2,5 in 130 drivers while they were driven one round trip. MDA levels were examined from a urine sample, body mass index (BMI) were measured with body weight and height, and other variables data (working year, work duration per day, smoking habit, alcohol consumption, vitamin consumption, energy drink consumption, sports activities, and driving route) were collected by questionnaire and observation. The result shows that PM2,5 exposures and BMI were significantly associated with MDA levels (p <0.05). Overall, these results suggest drivers maintain their body weight to reduce MDA levels and protect drivers' health.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanullang, Rumondang
Abstrak :
Salah satu zat pencemar yang cukup banyak dihasilkan oleh kegiatan antropogenik adalah partikulat (Particulate Matter/PM). Pencemar partikulat apabila terhirup dalam jumlah banyak dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan fungsi organ pernapasan. Faktor penting yang mempengaruhi konsentrasi partikulat yakni partikulat sumber emisi domestik, sumber emisi eksternal dan kondisi meteorologi seperti suhu, kelembaban relatif, arah dan kecepatan angin. Penelitian ini bertujuan mendesain sistem pemantauan digital PM10 dan PM2.5 berbasis IoT yang terintegrasi dengan parameter suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin. Desain sistem ini terdiri dari perangkat keras sensor partikulat ZH03A, sensor suhu dan kelembabab SHT11, dan sensor kecepatan dan aran angin JL-FS2. Data diproses pada mikrokontroler berbasis ATMega2560 dan kemudian dikirim ke server menggunakan internet sehingga dapat ditampilkan di situs web secara real time. Setiap sensor dilakukan proses kalibrasi dan komparasi dengan alat standar dimana hasil yang didapatkan memiliki nilai koreksi sesuai standar dan dilakukan proses regresi linier agar data yang dihasilkan akurat. Pengukuran PM10 dan PM2.5 telah dilakukan di lima titik pengamatan daerah Jabodetabek dalam rentang waktu yang berbeda beda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dari lima titk pengamatan data PM10 dan PM2.5 memiliki hubungan dengan data suhu dan kelembaban dimana termasuk dalam korelasi sedang dimana korelasi rata rata didapat yaitu sebesar 0,5. Pengolahan data Arah dan Kecepatan Angin dengan data PM10 dan PM2.5 diolah menggunakan WindRose dan PollutantRosemenunjukkan bahwa sebaran polusi di udara serta dipengaruhi oleh topografi dan permukaan bangunan.
One of the pollutants that is quite a lot produced by anthropogenic activities is Particulate (PM). These activities will produce particulates that have an impact on the decline in air quality in an area. The distribution of PM in the air is influenced by the condition of pollutant sources and by the physical and chemical processes of these pollutants in the atmosphere. This pollutant will be carried by the wind and will accumulate at the destination of the wind direction. Particulate pollutants if inhaled in large quantities for a long time can cause damage to respiratory organ function. Important factors that influence particulate concentrations are domestic emission sources, external emission sources and meteorological conditions such as temperature, relative humidity, wind direction and speed. This study aims to design an IoT-based PM10 and PM2.5 digital monitoring system that is integrated with temperature, humidity, direction and wind speed parameters. The design of this system consists of ZH03A particulate sensor hardware, SHT11 temperature and humidity sensor, and JLFS2 wind speed and flow sensor. Data is processed on an ATMega2560-based microcontroller and then sent to the server using the internet so that it can be displayed on the website in real time. This device will be tested by calibration and comparison methods with standard and operational tools. With this air quality monitoring tool can be an alternative for monitoring air quality and analyzing the influence of meteorological factors on the concentration of PM10 and PM2.5 particulates in the city of Depok.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T55079
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Satria WD
Abstrak :
Particulate Matter (PM) merupakan material utama yang biasa digunakan untuk menunjukkan derajat polusi udara. Material PM yang terkandung pada polusi udara berdampak pada kesehatan manusia dan visibilitas atmosfer. Pengukuran gravimetri standar dan instrumen komersial saat ini untuk pengukuran lapangan masih mahal dan terbatas dibeberapa titik pengamatan yang tersebar di Indonesia. Pada penelitian ini dirancang sebuah instrumen ukur PM2.5 dan PM10 biaya rendah, dengan penerapan Internet of Things (IoT) sebagai pendukung monitoring secara real time yang dapat meningkatkan resolusi spasial dan temporal. Sistem menggunakan sensor ZH03A dengan komparasi yang menghasilkan korelasi yang sangat kuat diatas 0,75. Data sensor diproses oleh data logger yang terkoneksi dengan internet melalui modul ESP32 dengan 98 % data terkirim. Data hasil pantauan instrumen ditampilkan pada aplikasi web secara aktual dan dilengkapi dengan perhitungan komparasi sebagai representasi Urban Air Quality. Prediksi dengan metode LSTM menghasilkan nilai galat yang relatif kecil dibawah 35 dan korelasi diatas 0,50. ......Particulate Matter (PM) is the main material commonly used to show the degree of air pollution. PM material contained in air pollution has an impact on human health and the visibility of the atmosphere. Standard gravimetric measurements and current commercial instruments for field measurements are still expensive and limited in several observation points spread across Indonesia. In this study, a low cost PM2.5 and PM10 measuring instrument was designed, with the application of the Internet of Things (IoT) as a support for real-time monitoring which can improve spatial and temporal resolution. The system uses a ZH03A sensor with comparisons that produce a very strong correlation above 0.75. Sensor data is processed by a data logger that is connected to the internet via the ESP32 module with 98% of the data sent. The data from the monitoring of the instrument is displayed on the web application in real time and is equipped with a comparison calculation as a representation of Urban Air Quality. Prediction using the LSTM method produces a relatively small error value below 35 and a correlation above 0.50.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuly Prima Rizkya
Abstrak :
Pajanan PM2.5 baik dalam jangka panjang maupun pendek telah diketahui dapat menyebabkan kematian dan efek kesehatan terutama pada jantung dan pembuluh serta paru-paru. Atas dasar tersebut, peneliti melakukan penelitian di Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor unit Pulo Gadung, untuk mengetahui pajanan PM2.5 yang diterima oleh pekerja yang berasal dari emisi dari gas buang kendaraan bermotor yang merupakan salah satu kontributor terbesar kadar PM di daerah perkotaan. Penelitian ini menggunakan pajanan PM pada 10 petugas penguji dan 4 petugas administrasi sebagai sampel. Pengambilan sampel PM2.5 mengacu pada metode IP-10A dari EPA yang telah diperbarui oleh SKC. Rata-rata konsentrasi pajanan personal PM2.5 selama pekerja pada periode penelitian yang diterima oleh petugas penguji mekanik adalah sebesar 149.01 µm/m3 dan 103.28 µm/m3 pada petugas administrasi. Setelah konversikan dan dibandingkan dengan AQG WHO, pajanan PM2.5 yang diterima oleh petugas penguji maupun petugas administrasi melebihi nilai ambang yang disarankan (25 µm/m3 ).
Exposure to PM2.5 in both the short and long term has been known to cause deaths and health effects, especially on the heart, blood vessels, and lungs. On this basis, researcher conducted a study in the Motor Vehicle Testing Centre at Pulogadung unit, to determine the concentration of PM2.5 received by workers coming from the exhaust gas emissions from motor vehicles is one of the largest contributors to the levels of PM in urban areas. This study uses personal PM exposure of 10 emission test officers and four administrators as a sample. Sampling PM2.5 refers to methods of IP-10A from the EPA that has been updated by SKC. The average personal exposure concentrations of PM2.5 in the study period received by the clerk of mechanical testing amounted to 149.01 μm / m3 and 103.28 μm/m3 on administrative officer. Once converted and compared with WHO AQG, PM2.5 exposure received by testers officer or administrative officer exceeds the recommended value (25 µm/m3 ).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59712
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mafta Eka Priyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Pencemaran udara yang mengandung Particulate Matter (PM) baik dalam jangka panjang maupun pendek telah diketahui dapat menyebabkan kematian dan efek kesehatan terutama pada jantung serta paru-paru. Polisi Satgatur Polda Metro Jaya merupakan salah satu pekerja yang terpajan akan pencemaran udara tersebut. Maka dari itu penulis melakukan penelitian pada Polisi Satgatur Polda Metro Jaya untuk mengetahui gambaran konsentrasi pajanan PM 10 dan 2,5 yang berasal dari pencemaran udara terutama hasil pembakaran kendaraan bermotor di Pos Polisi Harmoni, Bundaran HI dan Bundaran Senayan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis Gravimetri untuk mengetahui konsentrasi dari partikulat. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu konsentrasi PM 2,5 dan 10 terbesar di Bundaran Senayan pada shift 1 disaat hari kerja dan jika dibandingkan dengan standar ACGIH, NIOSH dan OSHA belum melebihi nilai ambang batas. Akan tetapi jika dibandingkan dengan WHO, sudah melebihi nilai ambang batas.
ABSTRACT
Air pollution which contained Particulate Matter (PM) both the short and long term has been known to cause deaths and health effects especially on the heart and lungs. Police Satgatur Polda Metro Jaya is one of the workers who can be exposure. Therefore, this study talked about overview of particulate matter 2,5 and 10 personal exposure which came from air pollution especially gas emissions from motor vehicles in Police Station Harmoni, Bundaran HI and Bundaran Senayan. The method which is used in this research is to use Gravimetry analysis to determine the concentration of particulates. Results obtained at a biggest concentration of PM 2,5 and 10 is in Bundaran Senayan on shift 1 while weekday and if compared to ACGIH, NIOSH and OSHA has not exceeded the quality standards. But if compared to WHO, has exceeded the quality standards.
2015
S60909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Kamelia Amany
Abstrak :
Asma merupakan penyakit inflamasi saluran napas kronis yang ditandai dengan gejala pernapasan seperti mengi, dispnea, batuk, dan sesak dada. Selama pandemi Covid-19 (2020 – 2022) jumlah kasus asma di DKI Jakarta termasuk Jakarta Pusat mengalami penurunan jika dibandingkan dengan sebelum pandemi terjadi (2018-2019). Hal yang sama juga terjadi pada penurunan polusi udara (PM10) yang menjadi salah satu penyebab penyakit asma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsentrasi PM10, suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan dengan jumlah kasus asma di Jakarta Pusat pada waktu sebelum (2018-2019) dan selama (2020-2022) pandemi Covid-19 dengan menggunakan desain studi ekologi time-trend. Metode analisis dilakukan dengan uji beda ≥ 2 rata-rata, uji korelasi, dan uji regresi linear berganda. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, BMKG wilayah Kemayoran, dan website BMKG. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat perbedaan rata-rata kasus asma, konsentrasi PM10, dan curah hujan yang signifikan antara sebelum (2018-2019) dan selama (2020-2022) pandemi Covid-19 (p = 0,000; p = 0,023; p = 0,050). Selain itu, uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM10 (p = 0,156; r = 0210), suhu udara (p = 0,883; r = 0,019), kelembaban udara (p = 0,380; r = -0,115), curah hujan (p = 0,154; r = -0,186) dengan kasus asma seluruh tahun (2018-2022) di Jakarta Pusat. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan signifikan antara konsentrasi PM10, suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan dengan kasus asma tahun 2018-2022. ......Asthma is a chronic inflammatory airway disease characterized by respiratory symptoms such as wheezing, dyspnea, coughing and chest tightness. During the Covid-19 pandemic (2020-2022) the number of asthma cases in DKI Jakarta including Central Jakarta has decreased compared to before the pandemic occurred (2018-2019). The same thing also happened to the decrease in air pollution (PM10), which is one of the causes of asthma. This study aims to determine the relationship between PM10 concentration, air temperature, air humidity, and rainfall with the number of asthma cases in Central Jakarta before (2018-2019) and during (2020-2022) the Covid-19 pandemic using an ecological study design (time-trend). The method of analysis was carried out by means of ≥ 2 difference test, correlation test, and multiple linear regression test. This study used secondary data from the DKI Jakarta Provincial Health Office, the BMKG for the Kemayoran area, and the BMKG website. The results showed that there were significant differences in average asthma cases, PM10 concentrations, and rainfall before (2018-2019) and during (2020 – 2022) the Covid-19 pandemic (p = 0.000; p = 0.023; p = 0.050). In addition, the correlation test showed that there was no significant relationship between PM10 concentration (p = 0.156; r = 0210), air temperature (p = 0.883; r = 0.019), air humidity (p = 0.380; r = -0.115), rainfall (p = 0.154; r = -0.186) with asthma cases throughout the year (2018-2022) in Central Jakarta. The conclusion in this study is that there is no significant relationship between PM10 concentrations, air temperature, air humidity, and rainfall with asthma cases in 2018 – 2022.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Syifa
Abstrak :
Pencemaran udara luar ruangan telah menjadi salah satu risiko lingkungan terbesar terhadap kesehatan. Pedagang kaki lima dianggap sebagai populasi yang paling berisiko karena bekerja dalam waktu yang cukup lama dan secara terus-menerus terpapar polusi udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko kesehatan akibat pajanan agen risiko partikulat yaitu Total Suspended Particulate (TSP), PM10, dan PM2.5 terhadap pedagang kaki lima di Kelurahan Glodok, Jakarta Barat. Penelitian menggunakan pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) menggunakan data primer dengan jumlah sampel pedagang kaki lima sebanyak 65 responden. Berdasarkan hasil pengukuran, konsentrasi TSP sebesar 43 μg/m3, PM10 sebesar 25 μg/m3, dan PM2.5 sebesar 16 μg/m3. Seluruh konsentrasi partikulat masih di bawah standar baku mutu Indonesia, namun untuk PM2.5 sudah sedikit melebihi standar baku mutu World Health Organization (WHO). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan nilai rata-rata dan nilai tengah, tingkat risiko seluruh pajanan partikulat (TSP, PM10, PM2.5) menunjukkan nilai RQ ≤1 atau dinyatakan aman. Berdasarkan hasil perhitungan setiap responden, terdapat 2 responden berisiko terhadap pajanan PM10 dan PM2.5. Pengelolaan risiko yang dapat dilakukan adalah menurunkan konsentrasi partikulat hingga batas aman, salah satunya dengan mengembangkan substitusi bahan bakar dengan yang lebih ramah lingkungan dan menggunakan sumber tenaga alternatif rendah polusi seperti tenaga listrik. ......Outdoor air pollution has become one of the greatest environmental risks to health. Street vendors are considered to be the population at risk because they work long hours and are constantly exposed to air pollution. This study aims to estimate the health risks due to exposure to particulate risk agents, namely Total Suspended Particulate (TSP), PM10, and PM2.5 to street vendors in Glodok Urban Village, West Jakarta. The study used an Environmental Health Risk Analysis (EHRA) approach using primary data with a sample of 65 street vendors. Based on the measurement results, the concentration of TSP was 43 g/m3, PM10 was 25 g/m3, and PM2.5 was 16 g/m3. All particulate concentrations are still below the Indonesian quality standards, but PM2.5 has slightly exceeded the World Health Organization (WHO) quality standards. Based on the results of calculations using the average and median values, the risk level of all particulate exposures (TSP, PM10, PM2.5) shows an RQ≤1 or is declared safe. Based on the calculation results of each respondent, there are 2 respondents at risk of exposure to PM10 and PM2.5. Risk management that can be done is to reduce the concentration of particulates to a safe limit, one of them is by developing fuel substitution with more environmentally friendly and using alternative sources of low-pollution energy such as electric power.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Agustin
Abstrak :
Particulate Matter (PM10) dan Nitrogen dioksida (NO2) diketahui sebagai faktor pemicu timbulnya asma. PM10 dapat masuk ke dalam pernapasan manusia. Nilai ambang batas PM10 adalah 150 μg/m3. Konsentrasi PM10 rata-rata tahunan di Jakarta Pusat mulai dari tahun 2007 hingga 2011, ada yang melebihi nilai ambang batas, yaitu pada tahun 2010 dan 2011. Sedangkan nilai ambang batas NO2 adalah 0,05 ppm. Terdapat nilai konsentrasi NO2 rata-rata tahunan yang melebihi nilai ambang batas, yaitu pada tahun 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengkorelasikan PM10 dan NO2 dengan jumlah asma di Jakarta Pusat 2007-2011. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi dengan menggunakan data sekunder dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat dan Badan Meteorologi dan Geofisika. Penelitian ini menghasilkan hubungan yang kuat dan negatif antara curah hujan dan kelembaban dengan konsentrasi PM10, kuat dan positif dengan lama penyinaran matahari, dan tidak signifikan dengan kecepatan angin. Tidak dihasilkan hubungan signifikan antara faktor iklim dengan konsentrasi NO2, antara konsentrasi PM10 dan jumlah asma, namun didapatkan hubungan sedang dan signifikan antara NO2 dan jumlah asma. Curah hujan dan kelembaban tidak signifikan dengan jumlah asma. Kesimpulan dari penelitian ini, tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM10 dengan jumlah kasus asma (p > 0,05), tetapi ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi NO2 dengan jumlah kasus asma (p = 0,048). Particulate Matter (PM10) and Nitrogen dioxide (NO2) are known as trigger factors of asthma. PM10 can enter human respiration airway. The threshold limit value of PM10 is 150 μg/m3. From the yearly average PM10 concentration calculation in Jakarta Pusat from 2007 to 2011, it was found that in 2010 and 2011, the concentration of PM10 was more than threshold limit value. NO2 can be inhaled and also enter human respiration airway. The thresold limit value of NO2 is 0,05 ppm. From the yearly average NO2 concentration calculation in Jakarta Pusat from 2007 to 2011, it was found that in 2008, the concentration of NO2 was more than threshold limit value. This study aimed to correlate the concentration of PM10 and NO2 with the total of asthma case. Ecological study with secondary data from Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat and Badan Meteorologi dan Geofisika, are used for this study. The result of this study are, there is a strong and negative relationship between rainfall and humidity with the concentration of PM10, strong and positive with solar radiation, but not significant with wind speed. There is no significant relationship between climate factors with the concentration of NO2 and between the concentration of PM10 with asthma, but there is a moderate and negative relationship between the concentration of NO2 and asthma. There is no significant relationship between rainfall and humidity with asthma. In conclusion, there is no significant relationship between the concentration of PM10 with the total of asthma case (p > 0,05), but there is a significant relationship between the concentration of NO2 with the total of asthma case (p = 0,048)
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>