Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahira Syafana Kuswanto
Abstrak :
Dalam transisi menjadi orang tua baru, pasangan akan berhadapan dengan banyak perubahan hingga anak berusia dua tahun, sehingga penting bagi pasangan untuk menerapkan strategi pengelolaan stres yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran common dyadic coping pada masa transisi menjadi orang tua sebagai mediator antara attachment styles dan kepuasan pernikahan. Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan dengan alat ukur Experiences in Close Relationships-Revised (ECR-R), Couple Satisfaction Index (CSI), dan Dyadic Coping Inventory (DCI). Data diperoleh melalui survei daring dari warga negara Indonesia dengan usia ≥ 21 tahun, sedang menjalani pernikahan, dan memiliki anak tunggal usia nol sampai dengan dua tahun (N perempuan = 90%, M usia = 27,9, SD usia = 2,8). Hasil analisis model mediasi pada makro PROCESS dari Hayes menunjukkan bahwa problem-focused common dyadic coping memediasi secara parsial hubungan antara anxious attachment dengan kepuasan pernikahan (β = -0.084, p < .001), serta avoidant attachment dengan kepuasan pernikahan (β = -0.084, p < .001). Demikian juga emotion- focused common dyadic coping memediasi secara parsial hubungan antara anxious attachment dengan kepuasan pernikahan (β = -0.084, p < .001), serta avoidant attachment dengan kepuasan pernikahan (β = -0.084, p < .001).  ......In transition to parenthood, couples will face many changes until the child is two years old. Thus, it is important for couples to apply common dyadic coping. However, common dyadic coping is influenced by individual attachment styles. This study aims to determine the role of common dyadic coping during the transition to parenthood as mediator between attachment styles and marital satisfaction. Measurements used in this study are Experiences in Close Relationships-Revised (ECR- R), Couple Satisfaction Index (CSI), and Dyadic Coping Inventory (DCI). Data was obtained through an online survey of Indonesian citizens aged ≥ 21 years, currently married, and having only children aged zero to two years (N mothers = 90%, M ages = 27.9, SD ages = 2.8). The results of the mediation model analysis on PROCESS macro from Hayes showed that problem-focused common dyadic coping partially mediates the relationship between anxious attachment and marital satisfaction (β = -0.084, p < .001), and avoidant attachment with marital satisfaction (β = -0.084 , p < .001). Likewise, emotion- focused common dyadic coping partially mediates the relationship between anxious attachment and marital satisfaction (β = -0.084, p < .001), and avoidant attachment and marital satisfaction (β = - 0.084, p < .001). 
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Maharini
Abstrak :
Transisi menjadi orang tua menjadi sumber stres bagi sebagian besar pasangan. Diketahui bahwa cara coping orang tua mempengaruhi tingkat parental stress dan kepuasan pernikahan. Penelitian bertujuan untuk menguji efek buffering dari supportive dyadic coping dalam mengurangi dampak parental stress terhadap kepuasan pernikahan dalam transisi menjadi orang tua. Penelitian menggunakan alat ukur Parental Stress Scale (PSS), Dyadic Coping Inventory (DCI), dan Couple Satisfaction Index (CSI). Data terkumpul dari 112 orang tua (N ibu = 90%, usia M = 27,9 SD usia = 2,8). Dimensi emotion focused supportive DC ditemukan berperan signifikan dalam menjadi moderator antara peran parental stress terhadap kepuasan pernikahan F(1, 111) = 11,21, p<0,005 sedangkan problem focused supportive dyadic coping F(1, 111) = 26.39, p>.005 ditemukan tidak signifikan mengurangi dampak parental stress terhadap kepuasan pernikahan. Hasil menunjukkan bahwa dalam transisi menjadi orang tua, pasangan harus mempertimbangkan pentingnya supportive dyadic coping untuk mempertahankan kepuasan pernikahan mereka. ......The transition to parenthood is stressful for most couples. It is known that the parents’ way of coping affects the level of parental stress and marital satisfaction. This study aims to test the buffering effect of supportive dyadic coping in alleviating the impacts of parental stress towards marital satisfaction of first time parents. The measurements used were Parental Stress Scale (PSS), Dyadic Coping Inventory (DCI), and Couple Satisfaction Index (CSI). Data was collecte from 112 parents (N mothers = 90%, M age = 27.9 SD age= 2.8). The moderating effect of emotion focused supportive dyadic coping F(1, 111) = 11,21, p<0,005  was significant, while problem focused supportive dyadic coping F(1, 111) = 26.39, p>.005 was found not significant in alleviating the impact of parental stress towards marital satisfaction. The results suggest the importance of supportive dyadic coping in order to maintain marital satisfaction during the transition to parenthood.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Maharini
Abstrak :
Parenting self-efficacy diketahui adalah faktor penting dalam menentukan keberhasilan proses pengasuhan anak. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa parenting self-efficacy memiliki hubungan negatif dengan parental stress. Penelitian ini melihat peran parental stress dalam memprediksi parenting self-efficacy pada orang tua. Partisipan penelitian adalah 189 orang tua dengan anak usia kanak-kanak madya (5 - 12 tahun). Hasil uji regresi linear menunjukkan bahwa parental stress dapat memprediksi parenting self-efficacy pada orang tua secara negatif sebesar 11,4%, F(1, 187) = 24,084 p< 0,01, R2 = 0.114, menunjukkan bahwa parental stress menyebabkan penurunan tingkat parenting self-efficacy orang tua. Selain itu, ditemukan perbedaan parental stress yang signifikan (p < 0,05) antara ibu (M = 98,9, SD = 37,8) dan bapak (M = 82,8, SD = 34, 1). Hasil penelitian ini memberikan penemuan baru mengenai peran parental stress terhadap parenting self-efficacy pada orang tua dan dapat diimplementasikan hasilnya dengan membuat psikoedukasi atau intervensi terhadap parental stress dalam upaya untuk meningkatkan parenting self-efficacy. ......Parenting self-efficacy is known to be an important factor in determining parenting success. Previous studies have shown a negative correlation between parenting self- efficacy and parental stress. This research aims to see the role of parental stress in predicting parenting self-efficacy in parents. 189 parents of 5 - 12 year old kids participated in the study. Results show that parental stress has a role in predicting parenting self-efficacy of 11,4% with F(1, 187) = 24,084, p< 0,01, R2 = 0.114, which indicates that parental stress causes a reduction in parenting self-efficacy. Besides that, a significant difference (p < 0,05) in parental stress was detected between mothers (M = 98,9, SD = 37,8) and fathers (M = 82,8, SD = 34, 1). This research gives a new finding of the role of parental stress towards parenting self-efficacy and can be implemented by creating psychoeducation or interventions focused on parental stress in endeavors to increase parenting self-efficacy.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Latar Belakang: Sunat perempuan sampai saat ini masih diperdebatkan. Sebagian kalangan menilai bahwa sunat perempuan dapat membahayakan kesehatan. Sementara sebagian yang lain menganggap bahwa hal itu merupakan sesuatu yang diajarkan oleh agama. Tujuan: Menganalisis gambaran sunat perempuan serta faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua melakukan sunat terhadap anak perempuan di Indonesia. Metode; Penelitian ini merupakan penelitian analisis non intervensi dengan menggunakan data Riskesdas 2013. Didapatkan 14.859 orang tua yang memiliki anak perempuan yang berumur 0-11 tahun. Data yang dianalisis meliputi data sosio demografi dan perilaku sunat terhadap anaknya dengan menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: Hasil penelitian sebanyak 33,2% responden menyunatkan anak perempuannya. Fakta yang menarik adalah sebagian besar (51,8%) dari mereka tinggal di daerah perkotaan, sunat dilakukan saat anak berumur 1—3 bulan (78,7%), dan menyunatkannya di bidan (51,7%). Faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua untuk menyunatkan anak perempuannya adalah umur, pendidikan, pekerjaan, kuintil indeks kepemilikan, dan daerah tempat tinggal.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library