Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfan Avias
"Sejak negara Israel berdiri pada tahun 1948, bangsa Palestina hidup dalam penjajahan dan penindasan. Karena terns mengalami penindasan, maka rakyat Palestina pun bangkit melawan. Mereka kemudian mendirikan organisasi-organisasi perlawanan guna melawan penjajahan yang di lakukan oleh Israel. Perlawanan tersebut pada awalnya dilandasi oleh semangat kebangsaan (Nasionalisme) dan paham-paham seperti sosialis-marxis, yang sekuler. Tahun 1960-an tercatat munculnya organisasi-organisasi seperti Arab Nationalist Movement (ANM) yang di pimpin oleh George Habbash, dan Palestine Liberation Organization (PLO) pads tahun 1964 yang dipimpin oleh Ahmad Syuqairi.
Dengan meredupnya popularitas PLO sebagai sebuah organisasi terbesar di Palestina, muncullah Hamas sebagai rival utama PLO. Hamas kemudian kian popular di mata rakyat Palestina. Masa depan bangsa Palestina yang tidak menentu, pemerintahan PLO yang korup, membuat rakyat palestina kemudian bersimpati dengan apa yang diperjuangkan oleh Mamas. Maka puncak dari itu semua adalah sebuah hal yang tidak di duga-duga khususnya oleh dunia Internasional,-dimana ketika itu Hamas memenangkan secara mutlak pemilu yang diadakan secara demokratis pads tanggal 25 Januari tahun 2006, dimana llamas mengalahkan Fatah secara telak.
Kemenangan Hamas ini kemudian direspon dengan negatif terutama oleh Israel, Amerika Serikat (AS), Inggris dan Uni Eropa (UE). Hal ini disebabkan Hamas selama ini telah di bed citra yang buruk sebagai sebuah organisasi teroris. Ditolakya perjanjian Oslo 1993 (Declaration of Principles) oleh Hamas, dilakukannya berbagai aksi born jihad yang inenewaskan banyak warga Israel oleh Hamas, menyebabkan Israel dengan keras menolak dan menentang kemenangan pemilu llamas walaupun terbukti demokratis. Bagi Israel, Hamas adalah teroris, garis keras, fundamentalis, ekstrim, dan radikal. Karenanya, Hamas hares dihancurkan. Disamping itu Hamas juga mempunyai agenda untuk mernusnahkan Israel. Hamas juga tidak mau mengakui Israel sebagai sebuah negara.
Oleh karena pets konflik yang kian merumit, maka pasca kemenangan gerakan Hamas pada pemilu tahun 2006, perdamaian di Palestina menjadi semakin jauh dad harapan. Bukan di sebabkan oleh Mamas yang keras kepala tidak mau berdarnai, tapi karena Israel juga tidak pemah mau berubah. Seandainya PLO yang memenangkan pemilu pada saat itupun perdamaian hakiki belum tentu akan terwujud. Hamas siap berdamai dan meletakkan senjata, asalkan keadilan ditegakkan. Perdamaian yang halaki adalah apabila penyelesaian atas konflik yang berlarut-larut itu dapat diiakukan secara adil dan komprehensif, sehingga dapat di terima oleh semua pihak. Bukan sebalikaya, hanya menguntungkan satu pihak saja.

Since the state of Israel was created in 1948, the Palestinians have been living under colonization and oppression. This condition makes them rise and fight against the colonizers and oppressors. They, then founded organizations in opposition to the Israel. The opposition was in the beginning based on the spirit of nationalism and other isms like socialism, marxism; the secularism. In 1960s rose the opposing organizations like the Arab Nationalist Movement (ANM) led by George Habbash, and in 1964 the Palestine Liberation Organization (PLO) led by Ahmad Syuqairi.
By the weakening popularity of the PLO as the biggest organization in the Palestine, rose Hamas as the first competitor against the PLO. Hamas gains more and more popularity from the Palestinians. The uncertainty of the Palestinian future, corruption in the government of PLO, turn the Palestinians to the Hamas. As the result of their support for the Hamas was the unpredictable event when llamas became the absolute winner against al-Fatah in the general election held democratically on January 25, 2006. This Hamas big victory was internationally unpredicted.
The Hamas victory, how ever, was responded negatively mostly by the Israel, the U.S.A., the British, and the United Europe (UE). To them the Hamas is no other than a bad organization; as a terrorist organization. The Hanias's rejection upon the Oslo Agreement 1993 (The Declaration Of Principles), the suicide bombings that killed many Israelis, cause the Israel reject strongly the victory of the llamas in the election, though democratically held. For the Israel, the llamas is terrorist, extreme loyalist, fundamentalist, and radicalist Therefore it must be crushed-up. On the other hand the llamas also has the agenda to terminate the Israel. The Hamas, similary never acknowledge the Israel as a state.
In the post general election 2006 in which the llamas got its absolute victory peace will fall short of expectations due to aggravating conflicts. It is not only because of the stubborn llamas who are not willing to negociate but also the Israel who will never change their position. Even if the PLO had won the general election 2006 the real peace might not be achieved. The Hamas are ready to negociate and to cease fire on condition that justice is in store. The real peace will be achieved if the peace making process is held comprehensively and justily and be agreed by all parties.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Thahirin Noer
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perjuangan Palestina. baik yang dilakukan oleh PLO (Nasionalis), Hamas dan Jihad Islam (Islamis) serta masyarakat Palestina dalam perjuangannya mencari negara dan bentuk negara. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pencerahan bagamana bentuk dan tahapan-tahapan perjuangan serta mengapa sampai tahun 2006 ini belum berhasil membentuk negara, serta jauh mana faktor-faktor intern dan ekstern yang mempengaruhinya.
Adapun metode yang dipergunakan adalah Case Study dengan tehnik pengumpulan data dokumen, diawali dengan menghimpun, menelaah, mengamati dan menganalisa data yang terkumpul secara sistematis, intensif dan mendalam terhadap data-data sekunder yang menjadi konsentrasi dan titik sentral kajian.
Dari hasil pengumpulan data diperoleh temuan bahwa ideologi negara sebagai bentuk negara, baik itu Islam maupun Nasionalis, mana yang akan dipilih pada masa depan bangsa Palestina juga masih dalam tahapan perjuangan masing-masing pihak, baik kubu Hamas maupun kubu Fatah. Walau sekarang dapat dilihat bahwa Islamlah yang menjadi pilihan rakyat. Namun bila dilihat fragmen-fragmen di kancah Palestina masih di mungkinkan akan berubah. Apalagi bila Hamas tetap pada pendirian akan terus berjuang dengan senjata dan menolak eksistensi Israel.
Kesimpulannya adalah bahwa perjuangan membentuk negara dan mencari bentuk negara sampai

The background of this research the struggle of Palestine, either conducted by PLO (Nationalist), Hamas and Jihad Islam (Islamic) and Palestine people in the struggle to end the state and type of state. The objective of this research is to fin I d the brightening of how the form and stages of struggle and why up to 2006 has not succeeded to establish the state, and so far the internal and external factors influenced their struggle.
The method applied is Case Study by collecting the data of documents started by collecting, reviewed, observed and analyzed the collected data systematically, intensively and deeply to the secondary data which become the concentration and centralization point of this research.
From the result of collecting data found that state ideology's the type of state, as well as Islam or National is t -Secular, which one to be chose for the future of Palestine Nation still in the stage of struggle of the parties, Hamas or Fatah. Although at present we can see that Islamism is the choice of the people. But when we see the fragments in Palestine it may be changed. Moreover when lamas still keep at their opinion and they will continue to fight with weapon and refuse the existence of Israel.
The conclusion is the struggle to establish the state and to find the type of state at pres between facts and ambition."
2006
T18135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noorayni Rahmawati
"ABSTRAK
Tesis ini meneliti mengenai keberhasilan upaya Pemerintah Palestina meraih
status Negara Pengamat non anggota di PBB yang menandakan meningkatnya
dukungan internasional pada kemerdekaan Palestina dan kegagalan diplomasi
Israel dan Amerika. Presiden Palestina telah menyatakan bahwa upaya Palestina
untuk meraih keanggotaan di PBB sangat perlu dilakukan untuk menangani
kebuntuan negosiasi dengan Israel. Dukungan internasional meningkat dengan
adanya perubahan arah politik Negara Barat khususnya Negara Eropa yang mulai
mendukung dan mengakui Negara Palestina. Komunitas Internasional mendukung
terwujudnya Negara Palestina yang hidup berdampingan dalam damai dengan
Israel. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi kasus dengan
pendekatan deskriptif ? analitik dan ditulis dengan data yang diperoleh dari
dokumentasi, arsip (buku, artikel atau jurnal, dan situs ? situs website resmi) dan
hasil wawancara dengan Duta Besar Palestina. Konsep kebijakan luar Negeri dan
diplomasi digunakan untuk menjelaskan langkah Palestina di PBB dan teori
perdamaian Hans Morgenthau digunakan untuk menganalisa dampak serta tujuan
upaya Palestina di PBB. Hasil penelitian adalah Upaya Palestina di PBB
menghasilkan dampak positif bagi status Internasional Palestina, namun juga
menimbulkan dampak negatif pada proses perdamaiannya dengan Israel. Respon
penolakan Israel atas status baru Palestina menyebabkan konflik kembali
meningkat. Akan tetapi penulis berargumen dengan menekankan bahwasannya
upaya Palestina sangatlah penting dilakukan untuk mencapai kesetaraan dengan
Israel.

ABSTRACT
This thesis examines the success of the Palestinian Government's efforts to
achieve non-member observer state status at the United Nations which signifies
the increasing international support to the independence of Palestine and also
signifies the failure of Israeli and American diplomacy. President Mahmoud
Abbas has declared that the Palestinian effort to achieve membership in the
United Nations was needed to deal with deadlocks in negotiations with
Israel. International support increased with the change of political direction of the
West, especially the European countries which began to support and recognize the
State of Palestine. The international community supports the establishment of a
Palestinian State coexisting in peace with Israel. This study uses qualitative case
study with descriptive - analytical approach and written with data obtained from
the documentation, archives (books, articles or journals, and official website) and
the results of interviews with Palestinian Ambassador. The concept of the State's
foreign policy and diplomacy are used to describe the Palestinian gambit in UN
and also peace theory of Hans Morgenthau is used to analyze the impact and
purpose of the Palestinian efforts at the UN. The results showed that the
Palestinian effort in UN resulted in a positive impact for International status of
Palestine, but also have a negative impact on the peace process with
Israel. Israel's refusal on the new status of the Palestinian cause increasing
conflict. The authors argue by emphasizing that Palestinian efforts is essential to
achieve equality with Israel"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernandi
"ABSTRAK
Jurnal ini dilatarbelakangi oleh peran raja faisal terhadap kemerdekaan Palestina. Hal ini cukup menarik untuk diteliti karna raja-raja arab Saudi setelahnya tidak begitu nampak keseriusan terhadapupaya kemerdekaan palestina. Bahkan kecenderungan arab Saudi terhadap dominasi Israel tidak begitu Nampak kemandiriannya. Data-data diperoleh dari sumber bacaan primer dan sekunder menggunakan metode kualitatif, dam survey secara deskriptif. Dari hasil pembahasan disimpulkan bahwa raja faisal adalahg puncak kejayaan Arab Saudi sebagai negara yang berdaulat. Ketidak ketergantungan raja faisal kepada amerika sangat nampak.

ABSTRACT
This journal is motivated by the role of the king of faisal against the efforts of Palestinian independence. This is interesting enough to be studied because the Saudi Arabian kings thereafter did not seem to be serious about the efforts of Palestinian independence. Even the Saudi Arabian tendency toward Israeli domination is not so self-evident. The data are obtained from primary and secondary reading sources using qualitative methods, and descriptive survey. From the results of the discussion concluded that the king of faisal is the peak of glory of Saudi Arabia as a sovereign state. The non-dependence of the king of faisal to America is very visible."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Arismunandar
Jakarta: Yayasan Abu Dzarr Al-Giffari, 1995
320.956 9 SAT d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library