Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suhardji, Untung
Jakarta RajaGrafindo Persada 2000,
336.271 4 Suk p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Sukardji
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005
336.243 UNT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Rusli
"Salah satu tantangan berat yang dihadapi perekonomian Indonesia
seat ini adalah meningkatkan ekspor, khususnya ekspor non migas. Dengan
peningkatan nilai ekspor, di samping memberikan hasil positip kepada
pengamanan cadangan devisa, melalui multipiier effect juga akan menciptakan
kesempatan usaha, kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nasional, yang
pada akhirnya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan ekspor
non migas, di antaranya melalui deregulasi sektor riil 4 Juni 1996. yang memberi-
kan fasilitas kepada Perusahaan Eksportir Terlenlu (PET). Bentuknya berupa
kemudahan pelayanan di bidang perpajakan termasuk percepatan restitusi.
Fasilitas ini sejalan dengan pendapat para pakar (Warren J. Keegan, maupun
Richard A. Musgrave) bahwa insentif pajak dapat meningkatkan ekspor. Sebagai
suatu kebijakan tentu diharapkan tidak menjadi bias negatip kepada perusahaan Iain (selain PET), namun secara efektif harus mampu mendorong dan
meningkatkan nilai ekspor nasional secara keselumhan.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh atau peranan pemberian
fasilitas pajak dalam rangka peningkatan nilai ekspor, dilakukan penelitian. Guna
memperoleh data yang realistis, valid dan terpercaya sebagai bahan kajian,
penelitian dilakukan di Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, dan 35 Perusahaan Eksportir Tertentu, serta berbagai sumber
data Iainnya, balk melalui penelitian langsung ke Iapangan maupun melalui studi
kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis melalui 2 (dua) cara. Cara
pertama melalui evaluasi kebijakan yang parameternya adalah (1) efektivitas, (2)
etisiensi, (3) kecukupan, (4) perataan, (5) responsivitas dan (6) ketepatan.
Sedangkan cara kedua melalui uji komparasi (comparative test) hasil penelitian
terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian fasilitas pajak
terhadap PET bukan merupakan suatu tindakan yan diskriminatif, karena
diberikan secara umum kepada semua perusahaan yang dapat memperoleh
status sebagai PET. Selanjutnya dengan adanya fasilitas pajak, ternyata mampu
sebagai pendorong ekspor sekaligus secara efektif mampu pula meningkatkan
ekspor PET secara signihkan. Hal ini ditunjang adanya keuntungan (benefit) yang
diperoleh PET, sehingga dapat mengurangi beban (penghematan) melalui cash
How, maupun cost of money.
Untuk itu, perlu dipertimbangkan pemberian fasilitas pajak yang sama
di luar 23 jenis komoditas yang telah menikmatinya, temtama kepada jenis-jenis
komoditas yang potensil untuk meningkatkan akspor nasional."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T6348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Saraswati
"Natural gas is one kind of goods that belong to the goods that takes directly from the sources in VAT law. With no definitions about the criteria or limitation of goods that takes directly from the nature, it cause dispute between the taxpayer and tax investigator. The goal of this research is to analyses about the certainty of Value Added Tax (VAT) object (taxable goods) for transfer of natural gas from PT. PGN (Persero) Tbk. to customer. This research also explains about implication of VAT input that cannot be credited with operational expense.
The approach used in this research is qualitative approach. The research type is descriptive. The data collection technique used in this research is by reading the literature that focuses on the research, observation, and interview.
The result of this research shows that dispute between tax payer and tax investigator in determine the VAT object for natural gas, caused by no definition about the criteria or limitation of goods that takes directly from the nature in tax regulation. According to the concept of VAT that generalize all of goods and services is object to VAT, except for goods and services that state in the tax regulations. The exemption of VAT can be justified for the public goods (known as merit goods), may be designed to improve rightly or wrongly the progressively of VAT, the goods that too difficult to tax (not fill ease of administration principle). Based on that concept, goods that ready to consume, and if not difficult to tax, so that the goods are taxable goods or object to VAT. Even tough natural gas is public goods, however for the transaction of natural gas not difficult to tax, so natural gas that ready to consume is object to VAT. For Transfer of gods that exempted from VAT, the VAT input cannot be credited. VAT input that cannot be credited can be adds in operational expense. Beside can be adds on operational expense, the inappropriate application of regulation can emerge cost of taxation for enterprise.
Based on this research, definition about the criteria or limit of goods that takes directly from the nature and the limit of goods that already processes is not clearly stated in the tax regulation. It is desirable for tax regulator to publish regulation that clearly explained about that definition. That regulation should base on VAT concept and substance of the goods (substance over from principle).
VAT input that could not be credited by PT.PGN, the VAT invoice that accepted by PT. PGN, should be well administrated and must appropriate with the tax regulation, so VAT input can be used as expense for company. PT. PGN must discuss with tax regulator about regulation for natural gas more comprehensive to avoid the appeared the cost of taxation. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Adhi Surya
"Dalam usaha mengembangkan sektor-sekto rekonomi berskala nasional, mendorong perkembangan usaha, meningkatkan daya saing dan memperlancar pembangunan nasional, pemerintah memberikan kemudahan berupa pembebasan PPN atas Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak tertentu, serta barang strategis. Bahan baku pakan ternak masuk dalam kategori barang strategis yang mendapatkan fasilitas pembebasan Pajak PertambahanNilai. Penelitian ini mengevaluasi kebijakan Pajak Pertambahan Nilai atas feed additive.
Permasalahan utama dalam tesis ini adalah: pertama adalah mengapa terjadi perbedaan penafsiran perlakuan Pajak Pertamabahan Nilai atas feed additive, kedua adalah bagaimana implikasi dari PPN dibebaskan atau dikenakan atas feed additive terhadap profit Pengusaha Kena Pajak. Penelitian ini adalah penelitian qualitative dengan analisa deskriptif.
Perbedaan penafsiran perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas feed additive terjadi karena Pengusaha Kena Pajak menafsirkan bahwa feed additive merupakan bagian dari bahan baku pakan ternak, dimana bahan baku baku pakan ternak merupakan barang yang mendapatkan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai yang dibebaskan, sementara fiskus menafsirkan bahwa feed additive bukan merupakan bagian dari bahan baku pakan ternak sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Kemudian implikasi dari PPN dibebaskan atas impor feed additive menyebabkan tidak ada pajak masukan yang harus dibebankan ke dalam harga pokok penjualan sehingga penghasilan kena pajak perusahaan tinggi dan pajak penghasilan yang terutang juga tinggi. Namun jika PPN impor dikenakan atas feed additive, menyebabkan Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan karena barang hasil produksi yang dijual merupakan pakan ternak yang mendapatkan fasilitas pembebasan PPN. Akibatnya Pajak Masukan akan dibebankan kedalam harga pokok penjualan sehingga menyebabkan penghasilan kena pajak menurun dan pajak penghasilan yang terutang juga menurun.

In the effort to develop national scale in economy, business, and competitiveness, government produceVAT exemption policy for strategic goods and services. Feed additive can be included as a strategic good which is VAT exempted. This research is made to evaluate the VAT policy of feed additive.
The main problem in this thesis are: first, why does different interpretation happen between tax officer and tax payer of feed additive, second, what is the implication if feed additive is exempted from VAT and if it is VAT-able to the profit of tax payer. This research is qualitative research with descriptive analysis.
Different interpretation on feed additive between tax officer and tax payer happens because tax officer see that feed additive can not be included as material for animal feed so that can not be included as a strategic good which is exempted from VAT but tax payer see that feed additive is part of material for animal feed so that can be included as a strategic good additive will make VAT IN do not have to be put in COGS so that the tax income will increase and tax payable will increase too. But if VAT IN on feed additive isn?t exempted because the sale goods are exempted then will make VAT IN on feed additive included in COGS then the taxable income will decrease and tax payable will decrease too.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30943
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library