Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martyarini Budi S
Abstrak :
Perawatan luka dianggap sebagai prosedur yang menyakitkan dan menyebabkan kecemasan bagi pasien. Agen analgesia yang diberikan terkadang tidak dapat mengatasi nyeri proseduraldan memberikan efek samping yang merugikan. Intervensi dengan permainan elektronik berdasarkan pada distraksi yang digunkan untuk menghambat rangsang nyeri mengarah ke otak. Penelitian ini betujuan ingin mengetahui efek dari permainan elektronik terhadap nyeri pada pasien post ORIF. Metode penelitian menggunakan quasi-experimental with a post-test only with control group, dengan 12 sampel dalam tiap kelompok ( Kelompok kontrol dan Kelompok Intervensi). Penelitian ini mengunakan uji t independent sebagai uji statistik. Hasilnya, rata-rata skala nyeri pada pasien kelompok kontrol adalah 65.5 (SD.10.75) dan kelompok intervensi adalah 47.75 (SD 15.1). Penelitian ini mebuktikan bahwa permainan elektronik mempunyai ekef distraksi pada nyeri prosedur dan dapat digunakan sebagai pilihan untuk terapi komplementer pada nyeri akut.
The management of wound dressing is reported as painful, distressing and a cause of anxiety for the patient. The traditional method of pharmacologic analgesia is often insufficient to cover procedural pain, and it can have deleterious side effects. Intervention with electronic games is based on distraction or interruption in the way current thoughts, including pain, are processed by the brain.This study investigates whether playing a electronical game, decreases procedural pain in patient with post ORIF. The paper reports on the findings of aquasi-experimental with a post-test only with control group, in which 12 patient in each group (Control Group & Intervention Group).This study used t - independet test for the statistical test.The result showed average pain scores for control group was, 65.5 mm (SD 10.75), while the intervention group who having electronical games, the average pain score was 47.75 mm(SD 15.1). The study provides strong evidence supporting electronical games in providing distraction effect on the procedural pain, suggesting another option in complementary theraphy of patient acute pain.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30744
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trowce Lista Nalle
Abstrak :
ABSTRAK
Nyeri merupakan keluhan utama penderita kanker yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Langkah awal untuk menanggulangi nyeri akibat kanker adalah penilaian nyeri. Penatalaksanaan nyeri yang adekuat akan tercapai bila nyeri dijadikan tujuan utama dalam pengobatan kanker, hal ini dapat terpenuhi bila ada kesesuaian antara derajat nyeri yang dilaporkan pasien dengan analgesik yang diresepkan. Tujuan penelitian yaitu menilai ketepatan pemilihan analgesik dan keadekuatan terapi analgesik pada pasien nyeri kanker. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasional prospektif dengan cara melakukan kajian penggunaan analgesik pada pasien dewasa dengan nyeri kanker yang menjalani rawat inap di RSCM periode Maret-Mei 2016, pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling yaitu semua pasien baru dengan nyeri kanker dan sesuai kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian ini sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi. Keadekuatan terapi dinilai dengan Pain Management Index PMI . Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Hasil yang didapat dari 96 pasien yang dirawat, pada awal masuk didapatkan nyeri ringan pada pada 55 pasien 57,29 , setelah 24 jam rawat pada 60 pasien 62,5 dan setelah 48 jam rawat; nyeri ringan didapatkan pada 80 83,33 pasien. Nyeri sedang di awal masuk 41 42,7 pasien, setelah 24 jam 36 37,5 pasien dan 48 jam sebanyak 16 16,66 pasien. Dari 96 pasien yang dirawat terdapat 672 penggunaan analgesik. Jenis analgesik yang paling banyak digunakan adalah Parasetamol tablet 51,63 . Persentase cara pemberian analgesik secara oral 77,23 dan intravena 21,87 . Ketepatan penggunaan analgesik berdasarkan derajat nyeri adalah 290 43,1 penggunaan dari 672 penggunaan. Skor PMI nol dan positif didapatkan 95 98,9 pasien dan skor negatif 1 0,01 pasien. Overtreatment didapatkan pada 79 82,2 pasien. Tingkat kepuasan pasien dengan skor kepuasan > 5 pasien yang merasa puas adalah 77,08 . Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan ketepatan pemilihan jenis analgesik masih relatif rendah, meskipun tingkat kepuasan tinggi 77,08 Kata kunci :Analgesik, nyeri kanker, derajat nyeri
ABSTRACT
Abstract Pain is an important problem for cancer patients that can affect their quality of life. The first step to manage cancer pain is assessing the pain. Adequate pain management will be achieved if pain control is the main goal in cancer treatment. This will be fulfilled if there is compatibility between pain level reported by the patient and prescribed analgesic.To evaluate the accuracy of analgesic selection and the adequacy of analgesic therapy in cancer pain patients.This research is a prospective observational study, by reviewing analgesic administration in adult patients with cancer pain that were hospitalized in Cipto Mangunkusumo Hospital in March to May 2016. Subjects were selected by consecutive sampling admissions, i.e. all new admitted patients with cancer pain that meet inclusion criteria were included in the study until required sample was fulfilled. The adequacy of therapy was measured with Pain Management Index PMI . Collected data was analyzed descriptively. Results from 96 selected subjects, mild pain was found in 55 patients 57,29 at the time of admission, 60 patients 62,5 at 24 hours of hospitalization, and 80 patients 83,33 at 48 hours of hospitalization. Moderate pain was found in 41 patients 42,7 at the time of admission, 36 patients 37,5 at 24 hours of hospitalization, and 16 patients 16.67 at 48 hours of hospitalization. From 96 patients, there were 672 analgesic usage. The most frequently used analgesic is paracetamol tablet 51,63 . Percentage of oral route administration is 77,23 , while intravenous is 21,87 . The accuracy of analgesic usage based on pain level is 290 43,1 out of 672 usage. PMI score of positive and zero was found in 98,9 subjects, while negative was found in 0,01 patients. Overtreatment was found in 79 patients 82,2 . Level of patient rsquo s satisfaction for satisfaction score 5 patient is satisfied is 77,08 .Conclusion from this research we found that the accuracy of analgesic selection for cancer pain is relatively low, but level of satisfaction is high 77,08 .Keywords analgesic, cancer pain, pain level
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Immaculata Astrid Budiman
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Nyeri pascaoperasi evakuasi minyak silikon intravitreal masih menjadi hal yang mengganggu bagi sebagian besar pasien. Nyeri pascaoperasi ini dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan penggunaan anestetik lokal. Obat anestetik lokal yang sering digunakan sebagai analgesia pascaoperasi mata adalah bupivakain 0,5 . Teknik penggunaan anestetik lokal sebagai analgesia pascaoperasi mata pun beragam, salah satunya adalah subkonjungtiva. Minimnya resiko dan komplikasi teknik ini bisa menjadi pilihan yang baik dibandingkan teknik lainnya. Penelitian ini secara umum ingin mengetahui efektivitas bupivakain 0,5 subkonjungtiva sebagai analgesia pascaoperasi minyak silikon intravitreal.Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis pada pasien yang akan menjalani operasi evakuasi minyak silikon intravitreal terencana di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Setelah mendapatkan izin komite etik dan informed consent sebanyak 30 subjek didapatkan dengan consecutive sampling pada bulan Oktober 2016 ndash; Februari 2017. Pasien langsung dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok bupivakain B dan kelompok NaCl 0,9 NS , sesuai hasil randomisasi. Kelompok B akan diberikan bupivakain 0,5 subkonjungtiva pada akhir operasi, sedangkan kelompok NS mendapatkan NaCl 0,9 subkonjungtiva pada akhir operasi. Kedua kelompok juga mendapatkan parasetamol 20 mg/kgBB intravena pada akhir operasi. Data yang diperoleh adalah nilai Visual Analgoue Scale VAS , saat pertama kebutuhan analgesia dan angka kejadian mual-muntah selama 24 jam pertama pascaoperasi. Dengan menggunakan SPSS 21 dilakukan uji Anova for repeated measure untuk membandingkan rerata derajat nyeri 24 jam pascaoperasi antara kedua kelompok. Uji Fischer digunakan untuk mengetahui perbandingan saat pertama kebutuhan analgesia tambahan antara kedua kelompok. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna rerata derajat nyeri 24 jam pascaoperasi evakuasi minyak silikon intravitreal antara kelompok B dan kelompok NS dengan nilai p=0,001. Terdapat perbedaan bermakna antara saat pertama kebutuhan analgesia tambahan antara kedua kelompok dengan p=0,042. Insiden mual-muntah hanya terjadi pada kelompok NS dengan proporsi mual 6 dan proporsi muntah 3 .Simpulan: Bupivakain 0,5 subkonjungtiva efektif sebagai analgesia pascaoperasi evakuasi minyak silikon intravitreal. Kata Kunci: analgesia pascaoperasi evakuasi minyak silikon intravitreal, bupivakain 0,5 subkonjungtiva
ABSTRACT
Background Intravitreal silicon oil removal surgery can cause mild moderate postoperative pain and discomfort in most patients. Postoperative pain can be managed by using many methods, including local anesthetic drug. One of the common local anesthetic drugs is bupivacaine 0,5 . The application techniques also vary, such as subconjungtival application.It was a good alternative for postoperative analgesia in the ophtalmic surgery because its minimal risks and complications. The purpose of this research was to measure the effectiveness of subconjunctival bupivacaine 0,5 as postoperative analgesia in silicon oil removal surgery.Method This was a double blind randomized clinical study in patients undergoing elective intravitreal silicon oil removal surgery at Cipto Mangunkusumo Hospital. Thirty consecutive patients, enrolled from October 2016 ndash February 2017, were randomized to receive subconjunctival bupivacaine 0,5 or subconjunctival placebo NaCl 0,9 at the end of the surgery. The primary outcome was the pain score 24 hours after surgery, using a 100 mm Visual Analogue Scale VAS . Intraveous injection of tramadol 50 mg were given if the VAS 4. Secondary outcomes were the time to first analgesic requirement and the incidence of nausea vomiting. Statistical analysis was conducted to measure the difference between 24h pain score in the bupivacaine group compare to placebo group group NS .Result The overall 24 hours postoperative pain score was significantly different between the bupivacaine group compare to placebo group, p 0,001. In 24 hours postoperative there were only five samples need additional analgesia in the placebo group. The time to first analgesic requirement was significantly different between the two group, p 0,042. Nausea ndash vomiting only happened in the placebo group with proportion 6 and 3 respectively.Conclusion Subconjunctival bupivacaine 0,5 was effective as postoperative analgesia in intravitreal silicon oil removal surgery. Keywords postoperative analgesia, intravitreal silicon oil removal surgey, subconjunctival bupivacaine
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Lasmida Ruth A.
Abstrak :
Latar Belakang: Refleks okulokardiak dengan manifestasi bradikardia, aritmia hingga asistol masih sangat potensial terjadi pada operasi strabismus. Operasi dalam anestesi umum saja belum dapat mencegah kejadian tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah injeksi ropivakain 0,75% subtenon dengan kombinasi anestesi umum menunjukkan hasil yang lebih baik dalam menurunkan angka kejadian refleks okulokardiak dan nyeri pasca operasi. Metode: Uji klinis acak terkontrol tersamar ganda dilakukan pada 15 subjek usia 7-60 tahun yang menjalani reseksi rektus medial/lateral dan status fisik sesuai American Society of Anesthesiologists adalah ASA I-II. Randomisasi membagi subjek menjadi dua kelompok yaitu ropivakain dan plasebo. Perubahan laju nadi dan kejadian refleks okulokardiak diukur saat insisi konjungtiva, traksi dan reseksi otot. Nyeri pasca operasi dinilai pada jam ke-1,2,4 dan 6 dengan Visual Analog Score (VAS). Hasil: Penelitian ini menunjukkan rerata laju nadi pada kelompok intervensi pasca induksi, insisi konjungtiva, traksi dan reseksi otot adalah 70.4, 66.8, 65.4, dan 65.4 secara berurutan, sedangkan plasebo 78, 74.5, 68.8, dan 74.8 kali per menit. Insidens kejadian refleks okulokardiak pada kelompok intervensi adalah 28.5% sedangkan plasebo 50% (p>0.05). Median skor nyeri kelompok intervensi lebih rendah pada jam pertama pasca operasi. Kesimpulan: Walaupun tidak bermakna secara statistik, namun secara klinis, dengan power penelitian 75%, kombinasi anestesi umum dan injeksi subtenon memberi hasil yang lebih baik. ......Background: Squint surgery is associated with oculocardiac reflex with bradycardia, arrhythmia and even asystole case. Surgery in general anesthesia alone could not prevent this reflex. Objective: The aim of this study was to investigate the effects of a sub- Tenon’s block combined with general anesthesia on oculocardiac reflex and postoperative pain. Method: This double blind randomized controlled trial included 15 patients aged 7-60 years scheduled for medial/lateral rectus resection and American Society of Anesthesiologists status were ASA I-II. Patients were randomly allocated to receive either sub-Tenon ropivacaine 0,75% or placebo prior to surgery. Changes in heart rate and incidence of oculocardiac reflex were measured during several stages. Result: The mean heart rate measured at post induction, conjunctival incision, muscle traction and resection in ropivacaine group were 70.4, 66.8, 65.4, and 65.4 bpm, respectively and in placebo group were 78, 74.5, 68.8, and 74.8 bpm. Incidence of oculocardiac reflex in ropivacaine and placebo group were 28,5% and 50% respectively (p>0.05). Median pain scores were lower in ropivacaine group at the first hour postoperative. Conclusion: We conclude that eventhough statistically there was no difference between two groups (power 75%), clinically, combination of ropivacaine 0,75% sub-Tenon block with general anesthesia showed lower incidence of oculocardiac reflex and lower pain score at the first hour after surgery.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifah Hanum
Abstrak :
Latar belakang: Nyeri kronis dapat mempengaruhi berbagai aspek di dalam kehidupan penderitanya. Tingginya penerimaan terhadap nyeri kronis dapat membantu penderita untuk menghadapi nyeri kronisnya dengan baik. Tujuan: Untuk melihat efektivitas pemberian manajemen nyeri dengan intervensi multi-komponen kelompok cognitive behavioral therapy (CBT) dalam meningkatkan penerimaan lansia Depok terhadap nyeri kronis yang dideritanya. Metode: Enam orang lansia yang menderita nyeri kronis diberikan intervensi multi-komponen kelompok cognitive behavioral therapy (CBT) sebanyak delapan kali pertemuan. Intervensi ini terdiri dari sharing, latihan relaksasi, psikoedukasi, self-monitoring, activity scheduling, restrukturisasi pikiran negatif, dan teknik pemecahan masalah. Pengukuran efektivitas dilakukan dengan metode pretest-posttest menggunakan Chronic Pain Acceptance Questionnaire (CPAQ). Hasil: Seluruh partisipan mengalami peningkatan penerimaan nyeri kronis setelah mengikuti manajemen nyeri dengan intervensi multi-komponen kelompok cognitive behavioral therapy (CBT) ini. Meskipun demikian, tidak seluruh partisipan mengalami peningkatan dalam masing-masing komponen penerimaan nyeri kronis, yaitu pain willingness dan activity engagement. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa para partispan dapat beradaptasi dengan nyeri kronis yang dideritanya dengan cara yang lebih baik. Di samping itu, latihan relaksasi nampak bermanfaat untuk menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan partisipan. Kesimpulan: Intervensi multi-komponen kelompok cognitive behavioral therapy (CBT) efektif dalam meningkatkan penerimaan lansia Depok terhadap nyeri kronis yang diderita. ......Background: Chronic pain can affect many aspects of sufferers?s life. High level of acceptance towards chronic pain can helps sufferers to cope well with chronic pain. Purpose: To see the effectiveness of the provision of pain management with multi-component group cognitive behavioral therapy (CBT) intervention in improving acceptance of chronic pain of elderly in Depok. Methods: Six elderly people who have chronic pain are given multi-component group cognitive behavioral therapy (CBT) intervention as much as eight times. This intervention consist of sharing, relaxation training, psychoeducation, self-monitoring, activity scheduling, negative thought restructuring, and problem solving techniques. Measurement of effectiveness was assessed with pretest-posttest method using the Chronic Pain Acceptance Questionnaire (CPAQ). Results: All participants have improvement in acceptance of chronic pain after participating in this pain management. However, not all participants experienced improvement in component of acceptance toward chronic pain, the pain willingness and activity engagement. The result also indicate that the participant can adapt to chronic pain in a better way. In addition, relaxation training seems beneficial to reduce the intensity of pain felt by the participants. Conclusion: The multi-component group cognitive-behavioral therapy (CBT) intervention is effective to improve acceptance of chronic pain of elderly in Depok.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30330
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill, 2006
616.047 2 CUR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Toronto: Health Care and Financial, 2002
616.047 2 MAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2003
616.047 2 PAI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Sagung Seto, 2019
616.047 2 DAS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yoshi Pratama Djaja
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Dalam penanganan kasus fraktur pelvis dan asetabulum, berbagai macam approach telah diperkenalkan. Pada penelitian ini, kami mengembangkan teknik minimal invasive dengan menggabungkan teknik jendela pertama pada approach Ilioinguinal dan Modified Stoppa untuk meminimalisir resiko cedera neurovaskular, penyembuhan luka, jumlah perdarahan dan durasi operasi.Metode: Penelitian ini melibatkan 30 pasien dengan cedera cincin pelvis anterior dan/atau fraktur kolum anterior asetabulum yang menjalani operasi antara Januari 2011 ndash; Maret 2016. Kelompok Minimally Invasive Plate Osteosynthesis MIPO terdiri dari 15 pasien dan 15 lainnya diterapi dengan teknik Ilioinguinal. Parameter intraoperatif seperti jumlah perdarahan, durasi operasi, kualitas reduksi Matta dan luaran fungsional pasca-operasi Majeed dan Hannover 12 bulan pasca operasi dicatat dan dianalisis dengan membandingkan kedua kelompok tersebut.Hasil dan Diskusi: Rerata jumlah perdarahan pada kelompok MIPO 325 ? 225 mL sedangkan kelompok Ilioinguinal 710.67 ? 384.51 mL p=0.002 . Rerata durasi operasi pada kelompok MIPO 2.49 ? 1.53 jam dan 3.83 ? 0.96 jam di kelompok Ilioinguinal p=0.006 . Tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok dilihat dari kualitas reduksi, luaran fungsional. Tidak ada komplikasi yang ditemukan dalam periode 12 bulan pasca operasi. Teknik MIPO Modified Stoppa dan lateral window dapat digunakan sebagai alternatif yang aman dan efektif dalam tatalaksana cedera cincin pelvis anterior dan/atau fraktur kolum anterior asetabulum.
ABSTRACT Introduction In performing surgery for fractures of the pelvis and acetabulum, various surgical approaches have been introduced. In this study, we developed a minimally invasive approach by combining the first window of ilioinguinal with Modified Stoppa to minimize the risk of neurovascular injury, wound healing problems, blood loss and duration of surgery.Methods This study involved 30 patients with anterior pelvic ring and or anterior column acetabulum fracture who underwent operation between January 2011 ndash March 2016. The minimally invasive plate osteosynthesis MIPO group consisted of 15 patients while the other 15 are ilioinguinal group. Intraoperative parameters such as blood loss, duration of surgery, quality of reduction Matta and postoperative functional outcome Majeed and Hannover score at twelve months period were recorded and evaluated.Result and Discussion The mean blood loss in the MIPO group were 325 225 mL versus 710.67 384.5 mL control p 0.002 . Duration of surgery were averaged at 2.49 1.53 hours in MIPO group versus 3.83 0.96 hours in ilioinguinal group p 0.006 . There were no significant differences noted between the two groups in the quality of reduction and postoperative functional outcome. No complications were found after a 12 months follow up period in the MIPO group. Modified Stoppa and lateral window technique can be used as a safe and effective alternative for anterior pelvic ring fracture and or anterior column acetabulum fracture.
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>