Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ashar Nuzulul Putra
Abstrak :
ABSTRAK
Disabilitas merupakan istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan impairment, keterbatasan fungsi fisik, keterbatasan partisipasi sosial. Disabilitas ADL atau ketidakmampuan melakukan aktifitas daily living kegiatan sehari-hari/dasar dikarenakan proses penuaan atau dampak dari penyakit kronis yang membatasi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas. Hal ini berpengaruh langsung pada tingkat ekonomi dan kemiskinan yang dialami para penderita disabilitas. Studi ini ditujukan untuk melihat hubungan antara artritis dan disabilitas ADL pada mereka yang berusia > 40 tahun di Indonesia.Metode : studi cross-sectional dilakukan pada bulan mei 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesia family life survey V tahun 2014. Sampel pada penelitian ini sebanyak 8.185 responden. Dalam mengumpulkan data mengenai Artritis dan Disabilitas ADL, semua responden diukur menggunakan kuesioner yang telah disusun oleh penyelenggara Indonesia Family Life Survey V tahun 2014.Hasil : analisis cox regression menunjukan bahwa usia, obesitas, status pekerjaan merupakan efek modifikasi pada hubungan antara artritis dan keterbatasan pakaian, mandi, bangun tidur, makan tanpa bantuan, namun tidak ada interaksi pada hubungan antara arthritis dan dan toileting. Artritis dan ketidakmampuan menahan BAB/BAK menunjukan tidak adanya hubungan karna nilai PR yang didapatkan sebesar 1,01.Kesimpulan : Artritis berhubungan dengan hampir semua kegiatan yang ada pada penilaian Activity Daily Living, namun efek artritis terdapat perbedaan pada beberapa kegiatan pada Activity Daily Living tergantung pada usia, obesitas, dan status pekerjaan.Kata Kunci : Artritis, Disabilitas ADLLatarbelakang : Disabilitas merupakan istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan impairment, keterbatasan fungsi fisik, keterbatasan partisipasi sosial. Disabilitas ADL atau ketidakmampuan melakukan aktifitas daily living kegiatan sehari-hari/dasar dikarenakan proses penuaan atau dampak dari penyakit kronis yang membatasi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas. Hal ini berpengaruh langsung pada tingkat ekonomi dan kemiskinan yang dialami para penderita disabilitas. Studi ini ditujukan untuk melihat hubungan antara artritis dan disabilitas ADL pada mereka yang berusia > 40 tahun di Indonesia.Metode : studi cross-sectional dilakukan pada bulan mei 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesia family life survey V tahun 2014. Sampel pada penelitian ini sebanyak 8.185 responden. Dalam mengumpulkan data mengenai Artritis dan Disabilitas ADL, semua responden diukur menggunakan kuesioner yang telah disusun oleh penyelenggara Indonesia Family Life Survey V tahun 2014.Hasil : analisis cox regression menunjukan bahwa usia, obesitas, status pekerjaan merupakan efek modifikasi pada hubungan antara artritis dan keterbatasan pakaian, mandi, bangun tidur, makan tanpa bantuan, namun tidak ada interaksi pada hubungan antara arthritis dan dan toileting. Artritis dan ketidakmampuan menahan BAB/BAK menunjukan tidak adanya hubungan karna nilai PR yang didapatkan sebesar 1,01.Kesimpulan : Artritis berhubungan dengan hampir semua kegiatan yang ada pada penilaian Activity Daily Living, namun efek artritis terdapat perbedaan pada beberapa kegiatan pada Activity Daily Living tergantung pada usia, obesitas, dan status pekerjaan.
ABSTRACT
Background Disability is an umbrella term for impairment, activities limitation, and participation restriction. Ageing and chronical diseases are risk factors that causes activities limitation in activities daily living or can causes ADL disability. Activities limitation in activities daily living have a negative impact on poverty and economic levels for people who experienced ADL disability. This study aimed to determine the relationship between arthritis and ADL disability in people who 40 years old in Indonesia.Methods A Cross sectional study perfomed in may 2017. The research using secondary data from Indonesia Family Life Survey 2014 5th edition . Samples in this study were 8,185 respondents. In collecting data on ADL disability and Arthritis, all respondents were measured using a questionnaire that had been prepared by the organizer of Indonesia Family Life Survey 2014 5th edition .Results Cox regression analysis of arthritis showed an age, obesity, occupational status were an effect modifier on the relationship between artritis and limitation for dress, bathe, get out of bed, eat without help, but have no effect modifier between arthritis and and toileting. Arthritis and control urination and defecation showed no relationship with PR 1,01.Conclusion Arthritis have a relationship with most activities in the Activity Daily Living assessment, but the effect of arthritis is that some activities in Activity Daily Living depend on age, obesity, and occupational status.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Luhur Setyani
Abstrak :
Latar Belakang: Perlu untuk dilakukan uji kepekaan pengukuran sudut femorotibial dengan foto polos dalam mendeteksi OA lutut dengan memanfaatkat MRI untuk pemastian hasil pemeriksaan OA lutut dengan pengukuran sudut femorotibial maupun dengan metoda Kellgren-Lawrence. Selain sebagai pemastian diagnosa OA lutut, pemeriksaan MRI akan memberikan tambahan informasi mengenai pola kerusakan dari lutut khususnya kartilago. Bahan dan Cara: Penelitian ini merupakan studi diagnostik dengan disain potong lintang, pada sebanyak 67 lutut dari 34 orang penderita OA lutut dimana dilakukan pemeriksaan foto polos lutut AP berdiri dan lateral serta MRI lutut potongan koronal dan sagital dengan teknik gradient echo (GEFl,Tl-7 ms). Hasil: Terdapat derajat ringan dengan penilaian Kellgren-Lawrence lama pada 13 lutut (19,4%), 8 lutut (11,9%) dengan Kellgren-Lawrence baru, 5 lutut (7,5%) dengan MRI derajat sedang didapatkan pada 28 lutut (41,8%) Kellgren-Lawrence lama, 21 lutut (31,1%) dengan Kellgren-Lawrence baru dan 25 lutut (37,3%) dengan MRI. Derajat berat didapatkan pada 24 lutut (35,8%) dengan Kellgren-Lawrence lama, 29 lutut (43,3%) dengan Kellgren-Lawrence baru dan 27 lutut (40,3%) dengan MRI. Derajat berat sekali didapatkan pada 2 lutut (3%) dengan Kellgren-Lawrence lama, 9 lutut (13,4%) dengan Kellgren-Lawrence baru dan 10 lutut (14,9%) dengan MRI. Terdapat perbedaan bermakna antara metoda Kellgren-Lawrence konvensional dan Kellgren-Lawrence baru, serta antara metoda KeUgren-Lawience lama dengan gambaran pola kerusakan kartilago pada MRI (p<0.005). Terdapat kesesuaian antara derajat OA lutut dengan metoda Kellgren-Lawrence yang ditambahkan komponen pengukuran sudut femorotibial dengan gambaran pola kerusakan kartilago pada MRI (p>0.005). Kesimpulan: Penambahan komponen pengukuran sudut femorotibial pada Kellgren-Lawrence dapat meningkatkan kepekaan dalam menilai derajat osteoartritis lutut.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Praja Wira Yudha Luthfi
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Defek tulang rawan memiliki kemampuan penyembuhan yang terbatas. Beberapa studi dengan hasil jangka panjang dalam upaya tatalaksana lesi ini terbukti belum memuaskan. Sel punca mesenkimal (SPM) banyak mendapatkan perhatian kemampuan dalam proses regenerasi sel. Namun, dibutuhkan investasi yang besar, sulitnya penanganan dan manufaktur sel, dan tindakan invasif untuk mendapatkannya. Sekretom yang diperoleh dari SPM dapat menjadi alternatif yang baik, karena sekretom memiliki komplikasi lebih sedikit, penanganan, manufaktur, dan transportasi sel yang lebih mudah. Saat ini, tidak ada penelitian terpublikasi mengenai penggunaan sekretom SPM asal jaringan tali pusat pada model domba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sekretom yang didapatkan dari SPM jaringan tali pusat pada model domba dengan defek tulang rawan.

Metode: Defek tulang rawan dilakukan dengan tindakan operatif dengan membuat defek sebesar 5x5mm2 pada lutut kanan. Domba-domba (n=15) dibagi menjadi tiga kelompok; setiap kelompok terdiri dari lima domba. Kelompok pertama mendapatkan tindakan injeksi sekretom SPM tali pusat, dan kelompok ketiga mendapatkan tindakan kombinasi antara mikrofraktur dan injeksi sekretom SPM tali pusat. Enam bulan setelah tindakan, seluruh domba dikorbankan. Lutut dari ketiga kelompok dibandingkan secara makroskopik dengan sistem skor Goebel dan mikroskopik menggunakan sistem skor Pineda.

Hasil: Pada hasil makroskopis, kelompok yang mendapatkan terapi kombinasi antara mikrofraktur dan injeksi sekretom SPM tali pusat lebih rendah secara signifikan bila dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan tindakan mikrofraktur saja (p=0,006). Tidak ada perbaikan bermakna pada kelompok yang mendapatkan sekretom saja terhadap kedua kelompok lainnya. Dan pada hasil mikroskopis, tidak ada perbaikan bermakna pada ketiga kelompok perlakuan.

Kesimpulan: Penggunaan terapi kombinasi antara mikrofraktur dan injeksi intraartikular sekretom SPM tali pusat memberikan potensi yang dapat menjadi alternatif terapi pada defek tulang rawan sendi lutut. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan sel punca mesenkimal dengan sekretom, dengan mengikutsertakan penilaian fungsional.
ABSTRACT
Introduction: Cartilages with defect have limited healing capacity. Previous longterm studies to evaluate the treatment for cartilage defects have not yielded satisfactory results. Mesenchymal stem cells (MSC) have attracted attention regarding its capacity to regenerate cells. However, massive investment, difficulties in cell manufacturing and handling, and invasiveness of the procedure often gets in the way. The secretome attained from MSC may serve as an alternative as it is correlated with lower complications; handling, manufacturing, and transport are also considered easier. Until now, there are no published article regarding the use of umbilical cord derived MSC secretome in sheep model. This study is conducted to investigate the effect of secretome derived from umbilical cord MSC in sheep models with cartilage defects.

Methods: Cartilage defect is made using operative procedures. 5x5mm2 defects are created on the right knee. 15 sheeps are divided into three groups: each group contains five sheeps. The first group was administered with umbilical cord MSC secretome, and the third group with microfacturing and umbilical cord MSC injection. Six months after the procedure, all sheeps were sacrified. Knees from the three groups are compared macroscopically using the Goebel score and microscopically using the Pineda score.

Results: Macroscopically, the group treated with combination therapy achieved lower compared to the group treated with microfacturing only (p=0,006). There was no significant difference in groups treated with secretome only and the other two groups. Microscopically, there was no significant difference between all groups.

Conclusions: The administration of combination therapy of microfacturing and intraarticular injection of umbilical cord MSC secretome gives potential results and may act as an alternative therapy in knee cartilage defect. However, further study is required to compare MSC and secretome, while also incorporating the functional measures.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library