Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Pestisida organofosfat digunakan secara luas di seluruh dunia. Keracunan oleh bahan ini merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara berkembang. Zat neurotoksik organofosfat merupakan bahan yang dianggap mengancam dalam bidang militer dan terorisme. Mekanisme toksisitas bahan ini adalah dengan cara menghambat asetilkolinesterase yang mengakibatkan menumpuknya neurotransmitor asetilkolin dan terjadi rangsangan terus-menerus pada reseptor asetilkolin pada sistem saraf sentral maupun perifer. Selain krisis kolinergik, organofosfat dapat menimbulkan berbagai sindrom neurologis, baik akut maupun kronik. Sedangkan gejala peralihan ( intermediate) terjadi 1-4 hari setelah krisis kolinergik teratasi. Pengobatan standar terdiri dari reaktivasi asetilkolinesterase dengan antidot golongan oksim (prolidoksim, oksidoksime, HI-6 dan HLo7), dan pengendalian efek biokimia asetilkolin dengan menggunakan atropin. Golongan oksim yang baru HI-6 dan Hlo7 merupakan reaktivator asetilkolinesterase yang lebih cocok dan efektif untuk keracunan akut dan berat dibandingkan dengan prolidoksim dan obidoksim. Penderita yang mendapat pengobatan segera, biasanya dapat sembuh dari toksisitas akut, namun gejala neurologis ikutan dapat saja terjadi. (Med J Indones 2003; 12: 120-6)
Organophosphate pesticides are used extensively worldwide, and poisoning by these agents, particularly in developing nations is a public health problem. Organophosphorous nerve agents are still considered as potential threat in both military or terrorism situations. The mechanism of toxicity is the inhibition of acetylcholinesterase, resulting in accumulation of the neurotransmitter acetylcholine and continued stimulation of acetylcholine receptors both in central and peripheral nervous systems. Beside acute cholinergic crisis, organophosphates are capable of producing several subacute or chronic neurological syndromes. The well described intermediate syndrome (IMS) emerges 1-4 days after an apparently well treated cholinergic crisis. The standard treatment consists of reactivation of inhibited acetylcholinesterase with an oxime antidote (pralidoxime, obidoxime, HI-6 and Hlo7) and reversal of the biochemical effects of acetylcholine with atropine. The newer oximes HI-6 and Hlo& are much more suitable and efficacious acetylcholinesterase reactivator for severe acute nerve agent induced poisoning than currently used pralidoxime or obidoxime. Patients who receive treatment promptly usually recover from acute toxicity but may suffer from neurologic sequelae. (Med J Indones 2003; 12: 120-6)
Medical Journal of Indonesia, 12 (2) April June 2003: 120-126, 2003
MJIN-12-2-AprilJune2003-120
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Helmi Rosa Gunadi
Abstrak :

A B S T R A K

Nama

:  Helmi Rosa Gunadi

Program Studi

:  S-2 Magister Kedokteran Kerja

Judul

: Hubungan  Pemanjangan  Waktu  Reaksi  dengan  Persentase  Penurun

  Aktivitas  Asetilkolinesterse   Plasma   Sesudah  Pajanan  Organofosfat

  pada Petani Penyemprot Padi Laki-Laki.

Pembimbing

: Astrid Sulistomo dan  Joedo Prihartono

 

 

Latar Belakang. Pestisida golongan organofosfat masih menjadi pilihan bagi sebagian besar petani di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas hasil tanamnya, namun di lain pihak organofosfat memiliki efek toksik terhadap berbagai sistem tubuh, salah satunya adalah sistem syaraf. Pestisida organofosfat yang masuk kedalam tubuh kemudian mempengaruhi kerja enzim kolinesetrase. Penelitian ini bertujuan untk mengetahui korelasi antara pemanjangan waktu reaksi dengan persentase penurunan aktivitas asetilkolinesterase plasma pada petani padi laki-laki penyemprot padi yang terpajan organofosfat.

 

Metode. Penelitian ini menggunakan gabungan dua jenis disain yakni kohort tanpa pembanding untuk menilai perubahan kedua waktu reaksi dan aktivitas asetilkolinesterase plasma. Sedangkan korelasi di antara kedua variabel tersebut dilakukan secara potong lintang. Penelitian dilaksanakan di desa “PA”, Kabupaten Subang dengan cara cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisis, dan pengamatan cara kerja. Pemeriksaan AchE plasma dan waktu reaksi dilakukan sebelum dan sesudah aktivitas penyemprotan.

 

Hasil. Dari 65 responden petani penyemprot padi, 64 responden (98,46%) mengalami pemanjangan waktu reaksi suara serta 62 responden (95,4%) mengalami pemanjangan  waktu reaksi cahaya sesudah melakukan penyemprotan pestisida organofosfat. Median persentase penurunan aktivitas AchE plasma adalah 3,41 (0,22 – 9,75)%. Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap perubahan AchE Plasma sebelum dan sesudah pajanan organofosfat. Tidak terdapat korelasi antara pemanjangan kedua waktu reaksi dengan persentase perubahan aktivitas asetilkolinesetrase plasma sebelum dan sesudah pajanan organofosfat dan tidak ditemukan hubungan bermakna antara pemanjangan waktu reaksi suara dan pemanjangan waktu reaksi cahaya dengan semua faktor resiko yang diteliti (usia, persentase penurunan AchE plasma, merokok pada saat menyemprot, status gizi, penggunaan APD pada saat menyemprot, durasi lama menyemprot, dan tugas kerja)

 

Kesimpulan. Tidak terdapat korelasi antara persentase penurunan aktivitas AchE Plasma dengan pemanjangan kedua waktu reaksi, dan tidak ditemukan fakto resiko yang berhubungan.

 

Kata kunci. Waktu Reaksi, Asetilkolinesterase, Petani, Pestisida, Organofosfat.

 

 


A B S T R A C T

Name

:  Helmi Rosa Gunadi

Program

:  Master of Occupational Medicine

Judul

:  Prolonged of  Reaction  Time and Percentage Acethylcholinesestrase     Plasma  Activity   Decrease After Organophosphate Exposure Among   Male Rice Farmer.

Pembimbing

: Astrid Sulistomo and Joedo Prihartono

 

 

Background. Organophosphate pesticides are still the only option for most farmers in Indonesia to increase the productivity of their crops, but on the other hand organophosphates have toxic effects on various body systems, one of which is the nervous system. Organophosphate pesticides that enter the body, will inhibit the action of cholinesterase enzymes. This study aims to determine the correlation of prolonged reaction time with the percentage of acetylcholinesterase plasma activity decrease among rice farmers after exposure of organophosphat.

Method. The study using a combination of two types of design, that is cohort without comparison to asses both of the reaction time and acethylcholinesterase plasma activity, while the correlation between the two variables using crosssectional. The subjects worked as usual without  any intervention during this study. Samples were selected using cluster random sampling method at the neighbourhood association level. Data were collected using questionnaires, physical examination, blood examination and observation of working process. Acetylcholinesterase measurement and Time Reaction examination was conducted before and after spraying. Data analysis was performed using SPSS Statistic 20.0 statistic program.

 

Results. From 65 rice spray recruited, a total 64 subject (98,46%) showed prolonged sound  reaction time and 62 subject (95,4%) had prolonged light reaction time after spraying with organophosphate pesticide. There is significant difference between changes of AchE plasma before and after organofosfat exposure. There is no correlation between both of delayed reaction time with the percentage activity decrease of AchE plasma. Decrease in activity of AchE was 3,41 (0,22-9,75)%.  No significant association was found  between prolonged reaction time and  percentage decrease of plasma AchE and other studied risk factors (age, smoking while spraying, BMI, and duration of spray).

 

Conclusion. There was no correlation between prolonged time reaction with percentage of activity plasm acethylcholinesterase decrease among male rice farmer after exposure to organophosphate.

 

Keywords: Reaction time, acethylcholinesterse, farmer, pesticide, organophosphates

 

2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Amalia
Abstrak :
Pendahuluan: Pestisida, salah satunya organofosfat masih banyak digunakan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian, karena efektif dalam pengendalian hama. Efek pajanan kronis organofosfat terhadap manusia belum diketahui secara jelas. Indonesia merupakan negara agrikultural dan termasuk negara pengguna pestisida terbanyak. Terdapat beberapa bukti, bahwa paparan perstisida dalam jangka panjang, dapat menyebabkan gangguan neurologis, dengan peningkatan kadar b-amyloid plasma, yang dapat meningkatkan risiko risiko terjadinya penyakit Alzheimer. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kadar b-amyloid plasma pada laki-laki penyemprot pestisida di perkebunan dan mengetahui apakah terdapat hubungan dengan intensitas pajanan pestisida jangka panjang. Metode: : Studi cross-sectional pada penyemprot pestisida di perkebunan yang sudah menggunakan pestisida organofosfat dan/atau karbamat selama enam bulan. Pengumpulan data dilakukan pada pagi hari sebelum mulai bekerja, dengan cara mewawancara dan mengambil sampel darah vena dari fossa cubiti, kemudian dianalisis menggunakan metode LC-MS. Jumlah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan masuk dalam penelitian ini yaitu 57 responden. Intensitas pajanan pestisida dinilai dengan metode skoring, yang sudah digunakan sebelumnya dan sudah dimodifikasi Agricultural Health Study di Amerika Serikat dan disesuaikan dengan situasi di Indonesia. Hasil: Sebanyak 91,2% pekerja mengalami peningkatan kadar β-Amyloid plasma. Skor intensitas pajanan pestisida jangka panjang antara 45 sampai 300, dengan nilai median 260. Berdasarkan analisis bivariat secara korelasi antara kadar b-amyloid plasma dengan total skor kumulatif intensitas pajanan didapatkan korelasi rendah (r=0.243) dan memiliki korelasi linier berbanding lurus, di mana peningkatan skor total kumulatif intensitas memberikan peningkatan kadar β- amyloid plasma sebesar 4,6%, tetapi tidak bermakna secara statistik. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini, tidak ada hubungan antara kadar β-amyloid plasma dengan intensitas pajanan pestisida. ......Introduction: The use of pesticides, especially organophosphates are still very often to increase agricultural production, because it is effective in pest control. Indonesia is an agricultural country, which is among the highest user of pesticides The effect of chronic organophosphate exposure on humans health is not fully understood yet. There are some evidence that long term exposure to pesticides can lead to neurologic diseases, among others by increasing b-amyloid plasma levels,which can lead to Alzheimer disease.. Objective: This study aims to identify b-amyloid plasma levels among male plantation pesticide sprayer and determine if there is an association with the intensity of longterm pesticide exposure. Methods: A Cross-sectional study was conducted among pesticide sprayers on plantations, that have used organophosphate and / or carbamate pesticides for at least the last six months. Data was collected in the morning before working, by interviewing and taking venous blood sample. The blood sample was analyzed using the LCMS Method to measure b-amyloid plasma levels. Fifty-seven subjects were included in this study. The intensity of long term exposure to pesticides was assessed using a scoring method, that has been used before. which is modified from the Agricultural Health Study.and adjusted to the situation in Indonesia. Results: As many as 91.2% workers had plasma β-amyloid levels above normal. While the intensity score for long term pesticide exposure was between 45 to 300 with a median 260. Using correlation analysis, No significant correlation between b-amyloid plasma levels and total cumulative intensity exposure score was found (r = 0.243, p>0,05),. Conclusion: Based on this study, 91.2% had high levels of b-amyloid plasma and no relationship between intensity of pesticide exposure with plasma β-amyloid levels was found
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhistira Tesla
Abstrak :
Keberadaan residu pestisida organofosfat di alam sangat berbahaya bagi manusia, karena pestisida organofosfat dapat mengganggun sistem syaraf akibat inhibisi enzim AChE oleh pestisida organofosfat tersebut. Deteksi pestisida organofosfat dilakukan dengan menggunakan metode elektrokimia, elektroda kerja yang digunakan ialah Boron Doped Diamond (BDD-H) yang difabrikasi menggunakan metode Microwave Plasma Assisted Chemcical Vapour Deposition (MPACVD) Elektroda dikarakterisasi dengan SEM dan didapatkan ukuran diamond sebesar 13,3 μm dengan ketebalan 6,3μm. BDD-H kemudian dioksidasi dengan H2SO4 dan dikarakterisasi dengan XPS dimana terlihat perbedaan pada energi ikatan 534 eV yang menunjukkan keberadaan ikatan OH, menunjukkan oksidasi berhasil dilakukan dan terbentuk BDD-O. Melalui pengukuran diketahui waktu kontak optimum AChE ialah 5 menit dengan konsentrasi optimum 75 mu pada elektroda kerja BDD-H dan BDD-O. Deteksi dapat dilakukan hingga konsentrasi pestisida Chlorpyrifos 1x10-5 mM dengan waktu inhibisi optimum Chlorpyrifos ialah 10 menit. AChE kemudian diimobilisasi pada permukaan elektroda BDD-O dan BDD-H dengan menggunakan avidin dan biotin serta dikaraktgerisasi dengan FT-IR, kemudian dilakukan pengukuran pada sampel air ledeng yang ditambahkan pestisida Chlorpyrifos dan didapatkan linearitas yang baik pada kedua elektroda tersebut. Hal ini menandakan kedua elektroda tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi pestisida organofosfat Chlorpyrifos. ......The presence of organophosphorous pesticide residues is very dangerous to humans, due to inhibition of AChE in neural system by the organophosphate pesticides. Organophosphate pesticide detection is done by using an electrochemical method, the working electrode is Boron doped Diamond (BDD-H) were fabricated using l Microwave Plasma Assisted Chemical Vapor Deposition (MPACVD) method. Electrode was characterized by SEM and it is confirmed that diamond size is 13,3 μm with a thickness of 6.3 lm. BDD-H then oxidized with H2SO4 [0,1 M] and characterized by XPS where visible difference in the 534 eV. Indicating the presence of OH bonds showed oxidation was successful and BDD-O was successfully formed. Through the measurement of AChE, it is known that optimum contact time was 5 min with 75 mu optimum concentration at the working electrode BDD-H and BDD-O. Detection method of pesticide was using cyclic voltammetry and linear swept voltammetry. Detection can be done until the pesticide chlorpyrifos concentrations is 1x10-5 mM with optimum inhibition time is 10 minutes. AChE then immobilized on the electrode surface BDD-H and BDD-O by using avidin-biotin interaction and characterized with FT-IR. Measurements on samples of tap water added with pesticides Chlorpyrifos obtained good linearity at both electrodes. This marks that the electrodes can be used to detect organophosphate pesticide Chlorpyrifos.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswanto
Abstrak :
ABSTRAK Pajanan pestisida organofosfat terhadap mata dapat melalui pernafasan, pencernaan, absorbsi melalui kulit dan pajanan langsung pada mata. Efek toksik organofosfat akut yang utama pada mata adalah konstriksi pupil (miosis) melalui mekanisme menghambat aktivitas enzim kolinesterase di neuromuscular junction. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penurunan diameter pupil dengan persentase penurunan aktivitas asetilkolinesterase plasma sesudah pajanan organofosfat pada petani penyemprot padi laki-laki. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan dua kali pengukuran sebelum dan sesudah penyemprotan pestisida di Desa X, Jawa Barat. Pengambilan sampel menggunakan metode cluster random sampling pada tingkat RT. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisis, pemriksaan darah dan pengamatan cara kerja. Pemeriksaan diameter pupil dan AChE plasma dilakukan sebelum dan sesudah penyemprotan. Dari 72 responden penelitian sebesar 64 responden (88,89%) mengalami penurunan diameter pupil baik secara unilateral maupun bilateral sesudah melakukan penyemprotan pestisida organofosfat. Nilai median perubahan aktivitas AChE plasma adalah 2,2 % dengan nilai minimum -4,26% dan maksimum 9,75%. Penurunan diameter pupil dan penurunan aktivitas asetilkolinesterase plasma secara statistik bermakna (paired t-test; p<0,001). Tidak ditemukan hubungan bermakna antara penurunan diameter pupil dengan persentase perubahan aktivitas asetilkolinesterase plasma (p=0,052). Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara penurunan diameter pupil dengan persentase perubahan asetilkolinesterase plasma dan faktor resiko lainnya seperti usia, IMT, masa kerja dan lama waktu penyemprotan pestisida.
2018
T52626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Hidayat
Abstrak :
Latar belakang. Paparan organofosfat (OP) telah diketahui menyebabkan beberapa penyakit neurologis. Paparan OP yang tinggi dapat ditemukan pada pekerjaan seperti pekerja pestisida. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa paparan OP kronis juga dapat menyebabkan gangguan mental, seperti depresi. Metode. Pencarian literatur dilakukan pada database seperti Pubmed, Cochrane Library, dan Science Direct dengan kata kunci pekerja pestisida, organofosfat, dan depresi. Tiga artikel dipilih dan dinilai secara kritis. Hasil. Satu studi kasus-kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan depresi memiliki rasio odds sebanyak 1,34 untuk terkena OP. Satu studi kohort prospektif menunjukkan bahwa pekerja yang terpapar OP 1,17 lebih mungkin menderita depresi di masa depan. Satu studi cross-sectional menunjukkan bahwa pasien dengan depresi memiliki rasio odds prevalensi sebanyak 5,39 untuk terkena OP. Kesimpulan. Paparan organofosfat kronis merupakan faktor risiko untuk mengembangkan depresi pada pekerja pestisida. ......Background. Organophosphate (OP) exposure has been well known to cause several neurological diseases. High OP exposure can be found at occupations such as pesticide workers. Current research suggests that that chronic OP exposure may also cause mental disorder, such as depression. Method. Literature searching was done on database such as Pubmed, Cochrane Library, and Science Direct with pesticide workers, organophosphate, and depression as the keywords. Three articles were selected and critically appraised. Result. One case-control study showed that patients with depression had odds ratio as much as 1.34 to be exposed to OPs. One prospective cohort study showed that OP-exposed workers were 1.17 more likely to suffer from depression in the future. One cross-sectional study showed that patients with depression had prevalence odds ratio as much as 5.39 to be exposed to OPs. Conclusion. Chronic organophosphate exposure is a risk factor for developing depression in pesticide workers.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a major public health problem in Indonesia. Jakarta is a capital city with the highest number of dengue patients. Among sporadic endemic areas in Jakarta, Pulogadung, a district of East Jakarta, is one of the endemic areas of this disease. The primary strategy for the control of DHF is based on reducing population densities of the main mosquito vector Aedes aegypti. Organophosphate is an insecticide that has been used for more than 25 years in dengue vector control program. The long term used and sublethal dosage of this insecticide can induce resistance. This laboratory study used microplate test and ELISA reader to determine the increase of alfa- esterase activity in A. aegypti larvae for detecting the resistance to organophosphate. Resistance pattern of A. aegypti to organophosphate insecticide in RW 01 Pulogadung was shown to be: 23% high resistant, 33% medium resistant and 44% sensitive. This result was highly related to local community behavior where we found that the use of insecticide spray by the people was very low (8.8% of the sample). We found that the people who used insecticide spray were only 8.8% of the sample. Therefore, organophosphate still can be used in this area to control the DHF in the future. Based on resistance pattern of A. aegypti to organophosphate insecticide in Rukun Warga (RW) 01 Pulogadung, we can conclude that organophosphate still can be used in this area to control the DHF in the future.

Deteksi Resistensi Aedes Aesgypti terhadap Insektisida Organofosfat di Pulogadung Jakarta Timur. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. DKI Jakarta merupakan propinsi dengan jumlah penderita DBD terbanyak. Pulo Gadung Jakarta Timur merupakan salah satu daerah endemis DBD dan beberapa wilayah lainnya di DKI merupakan daerah sporadis penyakit tersebut. Strategi pengendalian utama DBD masih ditekankan pada pemberantasan vektornya yaitu Aedes aegypti (A. aegypti). Sampai saat ini insektisida golongan organofosfat adalah insektisida yang telah digunakan lebih dari 25 tahun untuk pengendalian vektor DBD. Penggunaan insektisida tersebut dalam waktu lama dan dosis subletal dapat menginduksi terjadinya resistensi. Pada penelitian ini dilakukan uji microplate dengan ELISA reader untuk mengetahui resistensi serangga terhadap organofosfat. Resistensi diketahui dengan adanya peningkatan aktivitas enzim esterase non spesifik. Pola resistensi A. aegypti terhadap organofosfat di RW 01 Pulogadung menunjukkan hasil sebagai berikut: 23% sangat resisten, 33% resistensi sedang dan 44% sensitif. Hasil ini berkaitan erat dengan rendahnya frekuensi penggunaan obat nyamuk semprot oleh masyarakat (8,8% sampel). Berdasarkan pola resistensi A. aegypti terhadap organofosfat di wilayah Rukun Warga (RW) 01 Pulogadung, kami menyimpulkan bahwa organofosfat masih dapat dipakai dalam pengendalian DBD di wilayah tersebut.
Faculty of Medicine Universitas YARSI ; Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library