Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fanny Prana
Abstrak :
ANALISIS LEARNING DAN CUSTOMER SATISFACTION STUDI KASUS PADA PT. ANEKA ELOK GROUP xiv + 105 halaman + 17 Tabel + 11 Gambar + 7 Lampiran Daftar Pustaka: 20 buku (1990 - 2001) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran atau persepsi karyawan PT. Aneka Elok Group terhaop kompetensi perusahaannya dalam penerapan Leaming Organization dan persepsi customer PT. Aneka Elok Group terhadap kinerja perusahaan yang terkait dengan Customer Satisfaction, dimana dapat dijadikan ukuran untuk menjadi umpan balik perusahaan dalam melakukan bisnis. Penelitian ini dilakukan dengan metode sun/ei dimana sampel untuk menganalisis penerapan Leaming Organization diambii secara random sebanyak 105 orang dari populasi 130 orang karyawan_ Sedangkan sampei untuk analisis Customer Satisfaction diambil secara random dari 308 orang dari 1500 populasi customer perumahan. Instrumen yang digunakan datam melakukan penelitian adalah Leaming Organizational Profile (LOP) yang berguna untuk mengukur vanabei tingkat penerapan Ieaming dan instrumen Importance - Performance Analysis (IPA) yang berguna untuk mengukur variabel Customer Satisfaction. Untuk mengukur variabel - variabel tersebut digunakan skala pengukuran model Likert. Hasil survei membuktikan, bahwa karyawan yang menyatakan ieaming telah diterapkan pada sebagian kecil perusahaan sebesar 51.19%, pada bagian terbentu perusahaan sebesar 49.21%, dan pada sebagian besar perusahaan sebesar 2.31%. Seianjutnya, sebesar 2.15% berpendapat bahwa Ieaming helum diterapkan dan sebesar 0.44% bemendapat ieaming telah diterapkan sepenuhnya. Dan tingkat penerapan Leaming Organization di PT. Aneka Elok Group Iebih kecil dari rata-rata 500 perusahaan di dunia dalam 4 tahun terakhir yang disurvei oleh Marquardt. Sedangkan anaiisis dan hasil. survei tentang aspek yang mempengaruhi Customer Satisfaction menunjukkan bahwa seluruh aspek perlu diprioritaskan penanganannya, karena dinilai sangat penting oleh customer tetapi pelaksanaannya belum memuaskan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T 5928
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Juli Andayanie
Abstrak :
Sekolah "X" sebagai suatu sekolah nasional plus berdiri sejak tahun 1995. Saat ini telah banyak berdiri sekolah-sekolah nasional plus di Indonesia. Dunia pendidikan juga telah mengalami perkembangan pesat, yang menuntut sekolah "X" harus selalu membuat perubahan yang sesuai dengan perkembangan pendidikan, perubahan yang bertujuan meningkatkan efektivitas sekolah. Perubahan yang terjadi tidak selalu ditanggapi dengan profesional oleh seluruh pihak sekolah maka dari itu sekolah harus mengubah budaya organisasi menjadi sebuah learning organization (organisasi pembelajaran). Dengan perubahan sekolah menjadi sebuah organisasi pembelajaran maka seluruh pihak di sekolah dapat mengembangkan dan mempersiapkan diri mereka secara terns menerus dalam menghadapi segala perubahan yang terjadi balk dari dalam maupun luar sekolah. Dengan membuat strategi yang mengubah sekolah menjadi organisasi belajar maka akan dengan mudah sekolah dapat meningkatkan efektivitasnya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Erlistiana Anggraeni
Abstrak :
Dalam era persaingan yang sangat ketat dan akselerasi perubahan lingkungan usaha yang begitu tinggi seperti sekarang ini, perusahaan dituntut untuk mampu rnenyesuaikan diri dengan perkenibangan agar mampu bertahan dan memenangkan persaingan. Salah satu Cara untuk mencapai kondisi seperti itu adalah melakukan transformasi organisasi menuju Learning Organization. Learning Organization telah mulai didiskusikan dalam berbagai literatur sekitar tahun 1990an. Belakangan ini, telah banyak perusahaan yang menerapkan konsep Learning Organization. Honda, Motorolla, Samsung, Canon merupakan perusahaan pelopor dalam mengembangkan Learning Organization. Learning Organization yang dikembangkan melalui sistem organisasi secara keseluruhan telah didefinisikan dari berbagai prespektif oleh beberapa ahli. Dari berbagai pandangan para ahli tersebut disebutkan bahwa Learning Organization merupakan iklim organisasi yang mampu mendorong dan mempercepat individu dan kelompok untuk belajar. Penelitian dilakukan di Bank X, bank dengan aset terbesar di Indonesia dengan jumlah karyawan lebih dari 20.000 orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Perusahaan telah melakukan berbagai upaya guna mendukung proses pembelajaran bagi karyawannya yang memakan waktu, biaya dan tenaga. Mengingat hal tersebut maka perlu dilakukan evaluasi guna mengetahui apakah perusahaan telah menerapkan seluruh dimensi Learning Organization pada level individu, kelompok dan organisasional, apakah ada perbedaan pandangan diantara karyawan terhadap dimensi Learning Organization di dalam perusahaan dan apakah penerapan Learning Organization telah dipahami secara merata oleh seluruh karyawan di semua level sehingga upaya perusahaan untuk mendorong proses pembelajaran di perusahaan dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan Learning Organization di Bank X maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan dengan cara survei melalui kuesioner, observasi, wawancara dan Focus Group Discussion. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa organisasi dinilai telah menerapkan seluruh dimensi Learning Organization untuk seluruh anggotanya, yaitu Continuous Learning, Inquiry & Dialogue, Team Learning, Empowerment, Embedded System, System Connection dan Strategic Leardership. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam menilai setiap dimensi Learning Organization oleh karyawan di semua level. Berdasarkan hasil Focus Group Discussion, keinginan karyawan untuk memanfaatkan fasilitas yang disediakan perusahaan guns mendukung proses menuju Learning Organization masih tergolong rendah. Hal ini diketahui dari minat akses ke portal Knowledge Center, pemanfaatan modul eLearning, pemanfaatan perpustakaan dan fasilitas-fasilitas pembelajaran lainnya yang belum dilaksanakan secara optimal oleh karyawan. Hal ini dimungkinkan karena program pencerahan atau sosialisasi tentang fasilitas-fasilitas organisasi untuk mendukung terciptanya Learning Organization di Bank X belum menyentuh seluruh karyawan karena terutama ditujukan kepada manager lini menengah ke atas. Permasalahan ini disadari sebagai suatu tantangan bagi para manajer yang diharapkan dapat berperan sebagai katalisator proses pembelajaran di unit kerjanya masing-masing, mengingat peran setiap manajer adalah sebagai learning manager.
In this very tight competitive era and high acceleration of environmental change like nowadays, companies should adapt and growth in order to survive and win the competition. One of the ways to reach the said condition is to transform the organization to be a Learning Organization. Learning organization has started to be expostulated in many literatures around 1990. Lately, many companies have applied the learning organization concept. Honda, Motorola, Samsung and Canon are the exponent in developing learning organization. Learning Organization which has developed by the organizational system as a whole has been defined from various views by some experts. Those experts mentioned that learning organization is an organizational climate that capable to push and quicken the individual and group to learn. This research is done at Bank X bank with the biggest asset in Indonesia with more than 20.000 employees spread all over Indonesia. The company have conducted various effort to support learning process for the employees which time, expense, and energy consuming. Considering the mentioned, an evaluation should be conducted in order to evaluate whether the company have applied the entire dimension of Learning Organization at individual, team/group and organizational level, whether there is any perception difference among the employee regarding the applied Learning Organization's dimension and whether Learning Organization implementation have been comprehended by the entire employees at all level so that the company's effort to push learning process can be exploited optimally. This research is using -descriptive approach to capture the Learning Organization implementation at Bank X Research are done by questionnaire, observation, interviews and Focus Group Discussion. This research conclude that the organization have applied the entire dimension of Learning Organization for its member. Dimensions of Learning Organization consist of Continuous Learning, Inquiry & Dialogue, Team Learning, Empowerment, Embedded System, System Connection and Strategic Leadership. From this research known that there is no significance difference on evaluating each dimension of Learning Organization by the employees at all levels. Based on the Focus Group Discussion, it is known that the employees intention to exploit the facilities provided by the company to support Learning Organization still pertained low. It can be detected from employee's enthusiasm to access to Knowledge Center portal, exploiting eLearning modules, using libraries and other learning facilities optimally. It might be because of the socialization and clarifications concerning organizational facilities to support Learning Organization in Bank X are only given to middle line manager and up. This problem is realized as a challenge to all managers who expected to be the learning process motor at his/her workplace, due to manager's role as leaning manager. To cope the problems, Learning Organization process need to be improved by providing learning facilities which easily accessed by the employees at Head Office and branches, forming the change agents which continually support and lead (as role model} of the Iearning organization forming, well mechanism to ascertain that each employee can improve their competency by joining courses with sufficient budget, appropriate courses items, better work load mechanism and availability of alternate person and more socialization of learning program through various online as well as offline media. In this case, manager as department leader should accommodate his/her subordinate to enrich their knowledge and work together creating the Learning culture. For farther research the writer suggest to improve the sample method in order to cover the population characteristic by using stratified random sampling method, thereby the research 's result will clearly describe the employees perception of Learning Organization implementation at Bank X as a whole. Research can be further conducted by connecting each dimension of Learning Organization with financial performance, organizational performance (ROE, ROA) or with other important variable such as Leadership.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Setiawan
Abstrak :
Untuk mencapai reputasi yang baik, perusahaan melakukan berbagai kegiatan strategis. Salah satunya melalui program community relations. Bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), program community relations yang dapat dilakukan adalah program corporate social responsibility (CSR) dan community development (Comdev). Prinsip yang terkandung dalam CSR adalah charity dan stewardship. CSR adalah kewajiban perusahaan untuk melindungi dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Comdev Iebih menitikberatkan pada prinsip pemberdayaan masyarakat. Reputasi perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain visi, kebijakan formal perusahaan, budaya organisasi, komunikasi, identitas perusahaan dan citra negara atau industri. Faktor-faktor ini harus dapat dikon;unikasikan dengan baik melalui strategi komunikasi korporasi. Dalam kaitan dengan perubahan lingkungan yaitu implementasi otonomi daerah, BUMN dapat menerapkan strategi untuk mengharmoniskan tujuan perusahaan dengan perubahan dan tujuan perusahaan dengan harapan publik. Strategi respon sosial ini relevan dalam strategi komunikasi dan implementasi program CSR dan Comdev dan bisa dikaitkan dengan strategi buffering dan bridging ketika perusahaan berhubungan dengan lingkungan. Melalui penelitian kualitatif, peneliti mencoba mengkaji strategi komunikasi dan implementasi program CSR dan Comdev BUMN dikaitkan dengan adanya implementasi otonomi daerah. Penelitian evaluatif ini dilakukan di PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. Data didapat melalui kajian kepustakaan dan wawancara mendalam dengan beberapa informan yang telah ditentukan. Data tersebut dianalisis dengan mengikuti prooposisi teoritis atau kerangka konsep yang membawa pada studi evaluasi dan dengan mengembangkan kerangka kerja deskripitif untuk mengorganisasikan studi evaluasi. Dari analisis data ditemukan bahwa perubahan lingkungan dengan adanya implementasi otonomi daerah membawa perubahan kebijakan dan konsep bagi BUMN dalam strategi komunikasi dan implementasi program CSR dan Comdev. Strategi komunikasi yang awalnya low profile dibenahi menjadi lebih proaktif dengan penguatan aspek-aspek kualitatif komunikasi formal dan memperbaiki komunikasi informal dengan .stakeholder. Sedangkan implementasi program Comdev mengalami perubahan, balk fokus daerah binaan maupun alokasi dana. Keberhasilan BUMN, khususnya dalam melaksanakan program Comdev tidak serta merta dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan program Comdev yang lebih komprehensif untuk diterapkan di sebuah daerah. Perbedaan kepentingan antara pe-nerintah, perusahaan dan stakeholder keduanya bisa menjadikan program ini kurang berjalan dengan baik. Salah satu perubahan lingkungan yang membawa dampak dalam strategi komunikasi program ini adalah dengan diterapkannya otonomi daerah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan praktis bagi BUMN dan perusahaan lainnya dalam menata dan membenahi program CSR dan Comdev. Perubahan yang dapat dilakukan adalah menempatkan program CSR yang mengandung prinsip charity dan stewardship sebagal investasi sosial perusahaan (corporate social investment) sehingga dapat menumbuhkan kemandirian bagi masyarakat. Dengan demikian, program CSR akan sinergi dengan program Comdev sebagal upaya perusahaan untuk mencapai reputasi yang balk. Dari sisi akademis, bidang kajian Comdev yang relatif lebih banyak dibahas dalam perspektif ilmu kesejahteraan sosial atau social welfare dengan menitikberatkan pada pendekatan kemasyarakatan. Karena BUMN juga melakukan program ini, maka diharapkan Comdev juga bisa dikembangkan dalam perspektif ilmu komunikasi sehingga menjadi bidang yang menarik dalam kajian corporate communications.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini dilakukan pada SMA Negeri 4 Kendari, karena berdasarkan uji kompetensi yang diadakan oleh Kementerian pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2012, guru-guru di sekolah ini kompetensinya masih rendah dengan rata-rata hanya 44,58. Selain rendahnya kompetensi tersebut, pada Januari 2013, sekolah ini dikembalikan statusnya menjadi sekolah regular dari sebelumnya berstatus sebagai RSBI. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan kompetensi serta penyempurnaan kesiapan SMA Negeri 4 Kendari pasca beralih status SMA Negeri 4 Kendari menjadi sekolah regular. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan sekolah ini menjadi organisasi pembelajar. Tesis ini mengangkat 4 permasalahan yaitu; Seberapa siap SMA Negeri 4 Kendari untuk menuju organisasi pembelajar?; Seberapa siap individu guru dan staf administrasi pada institusi pendidikan SMA Negeri 4 Kendari?; Seberapa siap sistem organisasi pembelajar pada institusi pendidikan SMA Negeri 4 Kendari? ; Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat institusi pendidikan SMA Negeri 4 Kendari untuk menjadi organisasi pembelajar? Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori learning organization yang dari Peter Senge dan Marquardt. Penelitian ini menggunakan paradigm positivism dengan pendekatan kuantitatif, dengan teknik survey yang dikombinasikan dengan wawancara mendalam serta studi dokumen. Survey tersebut dilakukan terhadap guru dan staf administrasi SMA Negeri 4 Kendari dengan menggunakan dua variabel yang terdiri dari sepuluh indikator; lima indikator berhubungan dengan kesiapan individu, yaitu: dinamikan pembelajaran individu, disiplin mental model, disiplin personal masteri, disiplin berbagi visi serta disiplin berpikir sistemik serta lima indikator lagi berhubungan dengan sistem organisasi pembelajar, yaitu; dinamika pembelajaran tim, transformasi organisasi, sistem pemberdayaan manusia, sistem pengelolaan pengetahuan, dukungan aplikasi teknologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesiapan guru lebih baik bila dibandingkan dengan staf administrasi sekolah serta tingkat kesiapan sistem organisasi pembelajar pada SMA Negeri 4 Kendari berada pada posisi siap dan lebih baik bila dibandingkan dengan kesiapan individu guru dan staf administrasi SMA Negeri 4 Kendari, namun kedua variabel tersebut belum mencapai tingkat kesiapan yang sempurna pada nilai modus 5,00 atau pada posisi siap menyeluruh atau sempurna. Penelitian ini menyarankan agar institusi pendidikan SMA Negeri 4 Kendari melakukan perbaikan dan penyempurnaan pada disiplin mental model dan disiplin personal mastery bagi guru serta seluruh indikator pada variabel kesiapan untuk staf administrasi. SMA Negeri 4 Kendari juga perlu meningkatkan kesiapan dukungan teknologi. Untuk meningkatkan tingkat kesiapan individu tersebut, diperlukan system penilaian dan pengawasan terhadap aktivitas pembelajaran, terutama penilaian dan pengawasan implementasi hasil pelatihan sehingga aktivitas observe, asses, design dan implement (OADI) dapat terjadi sebagai suatu siklus yang berkaitan dan berkelanjutan bukan sesuatu yang parsial. Selain aktivitas aktivitas observe, asses, design dan implement (OADI) tersebut diperlukan adanya perimbangan pembelajaran terutama pelatihan antara guru dengan staf . SMA Negeri 4 Kendari dapat melakukan perbaikan yang berkelanjutan dengan melakukan survey kesiapan menuju organisasi pembelajar . (learning organization) secara berkala
ABSTRACT
The rationale of this study applied at Public Senior High School 4 Kendari is based on the competence test developed by Ministry of education in 2012. Teachers at this school still get low competence under the achievable average 44.58. Besides the entire low competence, in January 2013, this institution was returned the status to become regular school which was previously as International oriented based school. Therefore, it needs some efforts to increase the competence and improve the readiness of Public Senior High School 4 Kendari post-reform status to become a regular school. An effort being done is that, to develop the entire school becomes a learning organization. This thesis applies 4 basic problems; How far is the readiness of Public Senior High School 4 Kendari towards organization learning?; How far is the readiness of individual teacher and administrative staffs at the educational institution of Public Senior High School 4 Kendari?; How far is the readiness of learning organization system at educational institution of Public Senior High School 4 Kendari?; What factors which affect educational institution of Public Senior High School 4 Kendari to become learning organization? Theory which is developed in this study is learning organization theory from Peter Senge and Marquardt. This study is applied using positivism paradigm through quantitative approach, in developing survey technique which is combined with in depth interview and then documentary study. Survey is applied towards teachers and administrative staffs of Public Senior High School 4 Kendari using two variables which consist of ten indicators; five indicators are related to individual readiness, namely: individual learning dynamics, discipline of mental model, personal mastery, shared vision and then disciple of systems thinking ; while other five indicators are related to the system of learning organization, namely; team learning dynamics, organizational transformation, human empowering system, knowledge management system, technological application support. The result of the study shows that the level of teacher?s readiness is more better than school administrative staffs and then the level of learning organization system at Public Senior High School 4 Kendari is ready and is better than individual readiness of teachers and school administration staffs of Public Senior High School 4 Kendari, however, both variables do not achieve the readiness level perfectly on mode value 5.00 or at the whole perfect readiness position. This study suggested educational institution of Public Senior High School 4 Kendari to do improvements on the discipline of mental model and discipline of personal mastery towards teachers then all indicators of variable readiness towards school administrative staffs of Public Senior High School 4 Kendari and it should develop the provision of technological support. In order to improve the individual readiness, there has to be evaluation system and monitoring towards instructional activity, specifically the implementation of evaluation and monitoring of training result in order that the activities to observe, asses, design and implement (OADI) could happen as a cycle which is interrelated and continues not as a partial matter. Besides those entire activities, observe, asses, design and implement (OADI), there has to imbalance learning through training for teachers and school administrative staffs. Public Senior High School 4 Kendari could do continues improvement through developing survey readiness towards (learning organization periodically.
2013
T35307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peby Elan Surya Diningrat
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di salah satu kantor layanan Bank MS, KC XYZ, sebuah perusahaan perbankan syariah terbesar di Indonesia. Bank merupakan salah satu perusahaan yang sangat mengandalkan kualitas pengetahuan pegawainya, knowledge-intensive firms. Perusahaan ini mengandalkan pengetahuan para pegawainya untuk memperbaharui produk dan jasa, merubah sistem dan struktur, serta mengkomunikasikan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi oleh konsumen. Pengetahuan merupakan produk dari proses double-loop learning pada suatu organisasi. Organisasi yang menerapkan single dan double-loop learning adalah learning organization. Dengan demikian, untuk memenangkan persaingan bisnis di industri perbankan dan menjaga kesinambungan kinerjanya, sebuah bank harus menjelma menjadi organisasi yang menerapkan budaya pembelajaran. Program intervensi untuk mengoptimalkan budaya pembelajaran adalah program individual development plan dan program komunitas saling berbagi dengan penekanan pada kebutuhan pemenuhan pengetahuan penting melalui Community of Practice. Kedua program intervensi ini mengandalkan peran para manajer sebagai knowledge facilitator yang akan membantu dan mempercepat proses pembelajaran seluruh pegawainya.
ABSTRACT
The research was conducted in one of the branches of MS Bank (XYZ Branch) which is the Indonesia's largest Islamic banking. It is obvious that bank relies heavily on the quality of employees knowledge and knowledge-intensive. Bank relies on the knowledge of their employees to renew products and services, change the systems and structures, as well as communicate the solutions of the problems faced by customers to the employees. Knowledge is product of both single-loop and double-loop learning in an organization. Organization that implements single-loop and double-loop learning can be addressed to as a learning organization. In order to win the tough competition and to sustain its high performance, a bank must apply a learning culture. Intervention program to optimize the learning culture of the XYZ Branch was chosen. This culture focuses on the individual development program and community sharing program wich emphasizes obtaining the crucial knowledge through Community of Practices. These intervention programs rely much on the manager role as a knowledge facilitator in supporting and accelerating the learning process to all their subordinates.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jahja Hamdani Widjaja
Abstrak :
Inovasi model bisnis dibutuhkan oleh perusahaan khususnya untuk menghadapi lingkungan bisnis yang tidak pasti. Dengan inovasi model bisnis perusahaan dapat mencipta nilai lebih bagi konsumen baik melalui inovasi dalam hal target pasar, produk yang ditawarkan maupun rantai nilai industrinya. Diharapkan inovasi model bisnis dapat menuju model bisnis sebagai platform yang adaptif dimana inovasi dilakukan bersama-sama melibatkan mulai dari pemasok bahan baku, proses produksi, saluran distribusi serta konsumen akhir. Namun, walau inovasi model bisnis penting, banyak perusahaan mengalami kesulitan melakukannya. Untuk itu dibutuhkan suatu studi deskripsi dan eksplanasi terhadap perusahaan yang berhasil untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa mereka dapat melakukan inovasi model bisnis. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana peran pembelajaran organisasi dan budaya organisasi dalam mendorong terjadinya inovasi model bisnis di perusahaan. PT. Njonja Meneer dipilih sebagai unit analisis karena walaupun perusahaan jamu ini berada dalam industri kesehatan dengan campur tangan pemerintah sangat ketat dan disertai perubahan perilaku pasar maupun rusaknya citra jamu akibat jamu yang mengandung bahan kimia obat, PT. Njonja Meneer tetap mampu bertumbuh. Berdasarkan protokol studi kasus yang telah disusun maka dilakukan wawancara mendalam dan focus group discussion terhadap pemilik PT. Njonja Meneer, tim pengembangan, dan distributor tunggal. Hasil penelitian ini mengungkapkan nexus antara pembelajaran organisasi, budaya organisasi, inovasi model bisnis dan kinerja perusahaan. Tahapan inovasi model bisnis yang terjadi diuraian berdasarkan Business Model Framework (Chesbrough, 2007). Kemudian diuraikan pula komponen-komponen model bisnis yang berperan pada masing-masing tahap inovasi model bisnis hingga menghasilkan kinerja. Penelitian ini juga memberikan fakta tentang adanya paradoks budaya organisasi. Paradoks ini dipicu oleh adanya perubahan besar dalam lingkungan eksternal perusahaan. Paradoks ini kemudian memunculkan fenomena supply chain discontent yang memunculkan hambatan menuju model bisnis sebagai platform yang adaptif. Untuk mengatasi permasalahan paradoks budaya organisasi maka disarankan agar perusahaan keluarga mengadopsi perspektif pemangku kepentingan serta skema untuk mengatasi persoalan supply chain discontent. Penelitian ini memberikan kontribusi teoritis, proposisi maupun kontribusi manajemen terhadap perusahaan. Beberapa keterbatasan penelitian serta usulan penelitian lebih lanjut juga diungkapkan. ......Business model innovation is needed especially to cope business environment's uncertainty. Business model innovation helps firm to create more value for their customer through innovation in term of target segment, product offering, and also industrial value chain.Through business model innovation, firm aims to get business model as an adaptif platform where innovation is done by firm along with their supply chain system. But, even business model innovation is so important, many firms were not able to implement it. Then, there is a need for a description and explanation study from a successful company to reveals how and why they conduct business model innovation. This study aims to reveals how organizational learning and organizational culture could empower firm to conduct business model innovation. PT. Njonja Meneer is chosen as unit analysis. Even jamu industry were ruled aggressively by government and there were also many unfavorable situation such as customer behavior changing in consuming jamu and negative perception about jamu according to jamu that contained drug chemicals, PT. Njonja Meneer still able to grow. Based on a case study protocol, this study conducted in-depth interviews and focus group discussions toward the owner of PT. Njonja Meneer, development team and also their sole distributor. This study revealed the nexus of organizational learning, organizational culture, business model innovation and firm’s performance. Stages of business model innovation are described by the business model framework (Chesbrough, 2007). Then, I elaborated the components of business model that plays important role in each stage of business model innovation to produce performance. It also revealed facts that there were organizational culture paradox. This paradox is triggered by fundamental change in external business environment. Then, it brought up supply chain discontent issue that hampered firm’s effort to get business model as an adaptive platform. To cope with this culture paradox, company is advised to implement a stakeholder perspective as well as a scheme to solve supply chain discontent issue. Moreover, this study concluded some theoretical contributions, propositions as well as managerial contributions. Some research limitations and further research suggestions also be mentioned.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
D1904
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Romauli D.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap perilaku inovatif di tempat kerja pada karyawan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang menekankan inovasi, khususnya pada perusahaan yang baru dan memiliki konsumen yang terbatas. Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan, khususnya perusahaan photovoltaic. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 205 orang karyawan yang telah bekerja lebih dari setahun. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, dimana partisipan diminta untuk mengisi kuesioner perilaku inovatif di tempat kerja dan kepemimpinan transformasional. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kepemimpinan transformasional mempengaruhi secara signfikan perilaku inovatif di tempat kerja dengan nilai R2 sebesar 0,539 pada level of significant 0,01. Artinya 53,9% kepemimpinan transformasional mempengaruhi perilaku inovatif di tempat kerja dan sisanya 46,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Selain itu, dimensi individual consideration dari kepemimpinan transformasional merupakan dimensi yang paling besar mempengaruhi perilaku inovatif di tempat kerja. ......This study aimed to examine the influence of transformational leadership towards innovative work behavior on employees. This study was conducting to the companies that emphazise innovation, especially at the growth company and have limited consumer. The companies are engaged in the field of renewable energy, especially photovoltaic companies. The total participants in this research were 205 employees who have worked more than a year. This reaserch used quantitative approach, then the participants were asked to fill out the innovative behavior questionnaires in the workplace and transformational leadership. Based on the result of the research, it was known that the transformational leadership could affect the innovative behavior in the workplace significantly with R2 value of 0.539 at level of significant 0,01. It means, 53.9% of transformational leadership affected innovative behavior in the workplace and the remaining 46.1% was affected by other factors. In addition, individual consideration’s dimensions of transformational leadership was the biggest dimension which influenced the innovative behavior in the workplace.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Huda
Abstrak :
Berangkat dari permasalahan klasik Industri Susu di Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk memberikan sebuah bahasan mengenai bagian hulu rantai produksi Industri Susu Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan sebuah bahasan secara teoritis mengenai proses knowledge sharing yang terjadi di dalam organisasi masyarakat pedesaan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan teori-teori mengenai common knowledge, ties, social cohesion, struktur jaringan, serta tacit knowledge dan explicit knowledge. Penelitian ini menemukan bahwa aktifitas sharing knowledge yang terjadi di Koperasi SAE Pujon dapat dikategorisasikan menjadi aktifitas formal, semi-formal dan informal. Keberadaan common knowledge, social cohesion dan ties di kalangan peternak sapi Pujon melahirkan kemauan (willingness) untuk meluangkan waktu dan tenaga melakukan knowledge sharing dengan anggota yang lainnya. Kendati demikian, hal ini tidak lantas membuat proses knowledge sharing berjalan dengan maksimal, sifat subsisten, kurangnya kemauan untuk bertanya atau mencari pengetahuan, serta tidak maksimalnya peran Ketua Kelompok dalam Struktur Jaringan merupakan beberapa hal yang menjadi kendala.
This qualitative research focus on the upper course condition of Indonesian’s milk industry. Using an organizational approach, common knowledge, ties, social cohesion, network structure, tacit knowledge and explicit knowledge concepts, this research tries to provide not only a description, but also an explanation on knowledge sharing process in Koperasi SAE Pujon. The result indicates that knowledge sharing activities in Koperasi SAE Pujon could be classified into Formal Activities, Semi-Formal Activities, and Informal Activities. Common knowledge, social cohesion and ties among Pujon’s Farmers emerges the possibility of knowledge sharing process to happen. However, the knowledge sharing process doesn’t necessarily works well due to the subsistence nature of Pujon’s farmers, the lack of eagerness to look for farming knowledge, and the ineffective role of Farmer Group’s Chief on the network structure.
2013
S52890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlin Novita Sari
Abstrak :
Skripsi ini berjudul Penerapan 5 Dimensi Peter Senge di Perpustakaan Institut Pertanian Bogor dalam Membangun Organisasi Pembelajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penerapan organisasi pembelajar di Perpustakaan IPB yang diukur dengan menggunakan indikator berdasarkan konsep 5 dimensi organisasi pembelajar menurut Peter Senge, yaitu penguasaan personal, model mental, pemahaman visi bersama, pembelajaran kelompok, dan berpikir sistem. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Responden dari penelitian ini adalah pustakawan di Perpustakaan Institut Pertanian Bogor yang terdiri dari 27 orang. Dari hasil penelitian yang dilakukan, kesimpulan menunjukkan bahwa penerapan organisasi pembelajar Perpustakaan IPB sudah cukup baik. Dari kelima dimensi, tiga di antaranya memiliki kategori sangat baik, yaitu penguasaan personal, model mental, dan berpikir sistem. Sedangkan, dua dimensi termasuk dalam kategori baik yaitu pembelajaran kelompok dan pemahaman visi bersama. Untuk dimensi yang memiliki skor rata-rata paling tinggi adalah dimensi penguasaan personal. Hal tersebut menunjukkan Perpustakaan IPB mendukung pustakawan untuk melakukan pengembangan diri sebab mereka percaya bahwa pustakawan yang terus belajar akan memiliki kompetensi yang baik sehingga akan memberikan manfaat tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga untuk kemajuan perpustakaan. Pustakawan dapat belajar sehingga mampu beradaptasi terhadap perubahan melalui beberapa kegiatan seperti FGD, berbagi pengetahuan, dan forum pustakawan.
This research is entitled The Implementation of The Fifth Disciplines by Peter Senge in Institut Pertanian Bogor Library  in Building Learning Organization. The purpose of this research is to identify the implementation of learning organization in Institut Pertanian Bogor Library that can be measured by The Fifth Disciplines of learning organization dimension according to Peter Senge that consist of personal mastery, mental model, shared vision, team learning, and system thinking. This research is using case study method with quantitative approach. Data is collected by questionnaire as the research instrument. The respondent of this research are 27 librarian of Institut Pertanian Bogor library. The results of this research shows  that the implementation of the learning organization in Institut Pertanian Bogor Library is good enough. Three out of  the five disciplines has very good category which is personal mastery, mental model, and system thinking. Meanwhile, the other two disciplines have good category which is team learning and shared vision disciplines. The dimension that has highest average is personal mastery. This shows that the Institut Pertanian Bogor Library supports librarians to develop themselves because they believe that librarians who continue to learn will have good competence so that they will provide benefits not only for themselves but also for the improvement of the library.Tthey also can learn to adapt with change through the activites such as Focus Group Discussion, knowledge sharing and librarian forum.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>