Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsurizal
Abstrak :
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan manajemen sumberdaya manusia dalam organisasi. Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan literatur (library research). Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi manajerial, fungsi operasional, dan berfungsi mencapai tujuan organisasi secara terpadu. Sedangkan tugas dari manajemen sumber daya manusia adalah pengadaan staff, pengembangan SDM nya mengurus kompensasi, mengurus keselamatan dan kesehatan kerja, mengurus hubungan pekerja dan hubungan industrial. Tujuan utama manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan kontribusi sumberdaya manusia (karyawan) terhadap organisasi. Hal ini dapat dipahami bahwa semua kegiatan organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung pada manusia-manusia yang mengelola organisasi tersebut. Oleh karena itu karyawan harus dikelola dengan baik sehingga dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Untuk mencapai tujuan dari manajemen sumber daya manusia dilakukan oleh manajer SDM manajer lini dan outsourching.
Universitas Dharmawangsa, 2016
330 MIWD 49 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The purpose of the persent paper is to analyze how differences in pay develop over the course of individual careers as a result of the personnel evalutions they receive...
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This volume of Research on Emotions in Organizations demonstrates the ubiquitousness of emotions and effects of emotions in organizational setting - starting from what goes on in the boardroom, extending right down to the way employees at the coalface interact with their customers every day.
United Kingdom: Emerald, 2016
e20469379
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Mahendra Laksana S.P.
Abstrak :
Tujuan ke-6 dari Sustainable Development Goals adalah tersedianya akses air bersih dan sanitasi. Lebih dari separuh penduduk dunia yang tidak mempunyai akses air bersih berada di pedesaan. Kurangnya akses air bersih juga merupakan penyebab terbesar kematian akibat penyakir diare. Diperlukan usaha dari pemerintah dan masyarakat desa untuk dapat menyediakan air minum layak, sanitasi bersih, dan lingkungan yang sehat di pedesaan secara berkelanjutan. Penelitian ini mencoba untuk meneliti pengaruh program pemerintah berbasis masyarakat yang berkelanjutan terhadap waterborne diseases dengan studi kasus program PAMSIMAS. Dengan menggunakan metode Panel Fixed Effect dan agregasi analisis dari level desa ke level kabupaten, ditemukan bahwa program PAMSIMAS mempunyai dampak negatif dan signifikan terhadap jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan WASH. Variabel kontrol berupa jumlah sarana kesehatan turut mempengaruhi jumlah kasus secara signifikan. Sedangkan variabel kontrol berupa tingkat rasio penduduk usia sekolah, pendidikan, usia kematangan ibu, tingkat ekonomi masyarakat, dan jumlah populasi suatu daerah tidak berpengaruh secara signifikan dalam spesifikasi model penelitian ini. Dampak program ini lebih dirasakan manfaatnya di luar pulau Jawa dibandingkan dengan regional pulau Jawa. Hal ini disebabkan adanya perbedaan infrastruktur, tingkat pendidikan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya WASH dan imunisasi dini pada kedua regional tersebut. Program PAMSIMAS juga berdampak signifikan kepada daerah yang memiliki populasi balita diatas rata-rata kabupaten. ......The 6th goal of the Sustainable Development Goals (SDGs) is to provide access to clean water and sanitation. More than half of the world's population who do not have access to clean water live in rural areas. Lack of access to clean water is also the biggest cause of death from diarrheal diseases. Efforts are needed from the government and community empowerment to provide safe drinking water, clean sanitation, and a healthy environment in rural areas in a sustainable development. This study tries to examine the effect of sustainable community-based government programs on waterborne diseases with a case study of the PAMSIMAS program. Using the Fixed Effect Panel method and aggregating analysis from the village level to the district level, it was found that the PAMSIMAS program had a negative and significant impact on the number of cases of diseases related to WASH. The number of health facilities also significantly affected the number of cases. Ratio of the population of school age, education, maternal maturity age, economic level of the community, and the total population of an area have no significant effect on the specifications of this research model. The impact of the program is more beneficial for outside Java region rather than in Java. This difference occurs due to inequality in infrastructure, education levels and public understanding of the importance of WASH and early immunization between two regions. This program also has a significant impact on areas with a population of children under five above the district average.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Cori Mentari
Abstrak :
Depok merupakan salah satu kawasan strategis nasional yang harus dilindungi fungsinya dan merupakan kawasan yang diapit oleh kota Bogor dan kota Jakarta. Kondisi tersebut mengharuskan Depok sebagai kota penyangga hidup kota Jakarta. Namun, akibat arus mobilisasi dan migrasi yang tinggi menjadikan fungsi kota Depok beralih menjadi kota padat pemukiman serta ditandai adanya kompleksitas perkotaan sehingga menyebabkan kota Depok tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Peneliti menggunakan pendekatan positivis-kualitatif dengan mengacu 4 indikator dari teori Edward III yaitu: 1) Sumber Daya; 2) Disposisi; 3)Komunikasi; 4) Struktur. Berdasarkan analisis pada keempat indikator tersebut, diketahui bahwa implementasi penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Depok terkendala pada sumber daya, komunikasi dan struktur birokrasi. ......Depok is one of the national strategic areas that should be protected for its functions. Depok is also an area that is flanked by Bogor and Jakarta. Therefore, Depok becomes a buffer city which supports its neighbourhood areas, such as Jakarta. Due to the current high mobilization and migration, Depok turns into densely populated city and urban area which characterized by its complexity. This makes Depok can not do its functions properly. By using qualitative-positivist approache, researcher analyzes the case byusing Edward III's four indicators, which are: 1) Resources; 2) Disposition; 3) Communication, 4) Structure. Based on the analysis of four indicators, it is known that the implementation of the Green Open Space Regulation in Depok is hampered on its resources, communication process and birocratic structure.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S53523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Riza Yunan Eka Putra
Abstrak :
Bencana menjadi isu utama yang dihadapi Indonesia, salah satu dampak yang diakibatkan bencana adalah hilangnya mata pencaharian masyarakat, oleh karena itu muncul upaya untuk mengatasi masalah hilangnya mata pencaharian tersebut, salah satunya yaitu Merapi Joint Programme yang menggunakan pendekatan berbasis masyarakat dimana korban bencana diharapkan berpartisipasi dalam program tersebut. Upaya peningkatan partisipasi masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan cara membentukkelompok dan mengorganisir kelompok yang telah ada di masyarakat dalam implementasi program. Tujuan skripsi ini adalah untuk melihat bagaimana pembentukan dan pengorganisasian dalam proses kegiatan pemulihan mata pencaharian Merapi Joint Programme yang dilakukan FAO.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam, dan menggunakan konsep community driven development, partisipasi, dan organisasi berbasis komunitas untuk menganalisa temuan penelitian. Pada penelitian ini, partisipasi anggota kelompok dalam pemulihan umumnya muncul dalam tahapan implementasi program, selain itu kelompok masyarakat yang telah ada sebelum bencana cenderung memiliki pengorganisasian yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang baru dibentuk setelah bencana terjadi. ...... Disaster becomes a major issue facing Indonesia, one of the impacts of disasters is loss of people's livelihood, therefore appears an effort to overcome that problem. one of them is Merapi Joint Programme that community-based approach where the victims are expected to participate in the program. The effort to increase community participation can be done by forming a group and organize existing groups in the community for implementation program. The purpose of this paper is to look how the formation and organizing of groups in the process of livelihood recovery activities in Merapi Joint Programme by FAO. This studi use qualitative approach trough in-depth interviews, and use concept of community driven development, participation, and community-based organizations to analyze research findings. In this study, participation of group member in the recovery process generally appear in implementation phase of program. Furthermore, community group that had existed before the disaster tend to have better organizing group compared to with newly group that formed after disaster.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Shabrina Putri
Abstrak :
Kampung kota (urban kampung) merupakan permukiman di tengah kota dengan komunitas yang memperlihatkan karakteristik 'rentan' dan adaptif secara bersamaan. Rentannya eksistensi kampung kota bersumber dari tekanan internal maupun eksternal yaitu (1) keterbatasan komunitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti kelangkaan air bersih dan ketersediaan fasilitas sanitasi serta (2) ancaman yang timbul secara tiba-tiba dari luar komunitas seperti penggusuran, relokasi, dan bencana seperti kebakaran. Namun rentannya keberadaan kampung kota diperkuat dengan adaptasi yang dilakukan secara komunal sebagai bentuk respon penduduk kampung terhadap tekanan yang ada. Penelitian ini membahas tentang adaptasi spasial penduduk kampung kota sebagai respon terhadap tekanan dalam aspek pemenuhan kebutuhan sehari-hari yaitu penyediaan air bersih dan fasilitas sanitasi. Metode kualitatif yang digunakan dalam kajian ini terdiri dari observasi lapangan terhadap adaptasi spasial komunitas, serta wawancara dengan penduduk lokal untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai adaptasi yang dilakukan dari sudut pandang mereka. Kajian ini menggunakan panduan Resilience Assessment untuk mempelajari kerentanan, adaptasi, serta resiliensi kampung kota. Panduan ini mencakup model siklus adaptif untuk mempelajari perubahan yang terjadi dalam kampung kota, terdiri empat fase yaitu: eksploitasi, konservasi, pelepasan, dan reorganisasi. Fase pada siklus adaptif mencakup tantangan jangka pendek (kebakaran dan penggusuran) dan jangka panjang (penyediaan air bersih dan fasilitas sanitasi) yang dihadapi kampung kota dalam kesehariannya. Kapasitas adaptif yang dimiliki kampung kota memperlihatkan potensi adanya resiliensi komunitas yang dapat dikembangkan dan diterapkan pada kehidupan kota dengan skala lebih besar. ......Urban kampung is an urban settlement with a community that indicates the characteristics of “vulnerability” and adaptability at the same time. The vulnerabilities of their existence rely from internal and external pressures which consists of (1) chronic stresses which are community’s limitations of their daily needs fulfillment such as water scarcity and sanitation facilities, and (2) acute shocks which are sudden threats that emerges from outside the community such as eviction, relocation, and disasters (arson). Simultaneously their vulnerabilities is strengthened by communal adaptations as a respond of kampung residents towards these internal and external pressures/ threats. This paper discusses spatial adaptations done by residents of Kampung Muka, North Jakarta as a respond to clean water provision and sanitation facilities as their basic daily needs. Qualitative methods consist of site observation of community spatial adaptation along with interview with the locals to gain a deeper understanding about the adaptation from their perspectives are used to investigate the community. We employ Resilience Assessment as a guiding tool to study vulnerabilities, adaptations, and resilience of urban kampung. This guide incorporates adaptive cycle model to study how the system changes over time, following a pattern of four phases: exploitation, conservation, release and reorganization. These phases incorporates both long-term (relocation and arson) and short-term challenges (provision of clean water and sanitation facilities) faced by kampung residents on their daily basis from historical and current point of view. Adaptive capacity shown in urban kampung indicates potential resilience in their community which can be developed and implemented in a larger urban scale.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Semarang: Dahara Prize, 1992
658.1 STR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: Macdonald and Evans, , 1966
658.1 FUR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Zariza Ahmad
Kuala Lumpur: Knight, 1979
329.991 AZI u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>