Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riksa Afifah, uathor
Abstrak :
ABSTRAK
Proses penuaan akan dialami oleh sebagian besar orang. Menuju proses tersebut akan terjadi perubahan psikologis dan perubahan fisik pada lansia (lanjut usia). Hal ini akan berdampak pada perubahan tempat tinggal lansia. Contohnya dari rumahnya kemudian tinggal ke rumah anaknya atau dari rumahnya tinggal di panti jompo, tentu akan ada perbedaan yang terjadi di dalamnya. Dalam proses perubahan yang dialami, lansia harus beradaptasi dengan tempat baru untuk mencari sebuah tempat yang memberikan kelekatan yang membuatnya merasa aman dan nyaman. Ketika mencari tempat tersebut, ada tahapan yang harus dialami lansia atau place process. Dalam proses ini lansia akan memaknai sebuah tempat melalui proses interaksi hingga intensifikasi untuk mendapatkan tempat yang memberikan kelekatan. Setelah dicari dan diketahui prosesnya melalui studi kasus di Panti Werdha Yayasan Usaha Mulia Jaya, umumnya lansia di panti telah memiliki tempat yang lekat dengan jenis tempat yang berbeda.
ABSTRACT
The process of aging will be experienced by most people. The process will happen with change of psychological and physical changes in old age. This impact will change residence for the old people. In old age , how old people perceive home with their residence changed. For example from their house and then stay in their children home. Of course there will be happening inside the difference. In the process of the changes for the old people, they must adapt to a new place to find a place that gives attachment that make them feel safe and comfortable. When they are find a place , there is the phase that must be experienced and find the place process for the old people. In this process for the old people in home and retirement communities, they have a place attachment from place processes.
2015
S59894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Wijayani
Abstrak :
Pembangunan sosial adalah pendekatan pembangunan yang digunakan untuk mengatasi perrnasalahan yang timbul akibat kegagalan pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan ekonomi tidak diikuti oleh pembangunan di sektor lain, akibatnya menimbulkan permasalahan kesejahteraan sosial. Salah satunya adalah meningkatnya jumlah lanjut usia terlantar.

Kondisi demikian menuntut perhatian pemerintah, masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat dalam menyediakan pelayanan-pelayanan serta sarana dan prasarana bagi lanjut usia, khususnya bagi lanjut usia terlantar. PSTW 'Budhi Dharma' Bekasi sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Departemen Sosial mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Salah satu program PSTW ?Budhi Dharma" Bekasi adalah melaksanakan program bimbingan sosial sebagai program inti (core) yang ditujukan kepada klien agar mampu mengembangkan relasi sosial yang positif dan menjalankan peranan sosialnya dalam kehidupan berrnasyarakat. Salah satu kegiatan dalam program bimbingan sosial yang dilakukan di PSTW "Budhi Dharma? Bekasi adelah kegiatan terapi kelompok. Kegiatan terapi kelompok bertujuan untuk membantu klien meningkatkan kapaaitasnya dalam memeoahkan masalah-masalah yang dihadapinya dan meningkatkan keberfungsian sosial klien dalam rangka menciptakan hubungan sosial dan penyesuaian sosial yang serasi dan harmonis diantara sesama klien dalam satu wisma.

Peneliti tertarik untuk memilih kegiatan terapi kelompok di PSTW "Budhi Dharma" Bekasi sebagai fokus penelitian didasarkan oleh tiga hal yaitu : 1) Kegiatan ini sangat dibutuhkan oleh klien dalam menjalani masa tuanya di panti, mengingat karakteristik klien yang dilayani di PSTW berbeda dengan panti-panti sosial lainnya dimana klien akan menjadi klien panti sampai mereka meninggal dunia, 2) PSTW "Budhi Dharma" Bekasi setama ini belum pemah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan terapi kelompok per tahunnya secara berkala dan tertulis, sehingga sultt untuk menilai pencapaian tujuan kegiatan tersebut, 3) Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan terapi kelompok ditakukan untuk memperoleh infomlasi secara rinci dan jelas bagaimana kegiatan tersebut bekerja.

Penelitian ini benujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan terapi kelompok dan faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaannya.

Tipe evaluasi yang digunakan dalam penelltian ini adalah evaluasi formatif (formative evaluations) dengan mengacu pada Program Outcome Model yang mencakup komponen inputs-activities-outputs dan outcomes, sedangkan impacts dilihat sebagai tujuan ideal yang ingin dicapai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan tipe penelitian deskriptif untuk memperoleh informasi seputar pelaksanaan kegiatan terapi kelompok meliputi input, activity, output, outcome faktor pendukung dan faktor penghambat dari para pejabat struktural, penanggung jawab dan para petugas terapi kelompok. lnformasi mengenai proses pelaksanaan kegiatan tersebut juga diperoleh dari klien yang telah mengikuti kegiatan terapi kelompok, mewakili masing-masing kelompoknya dan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

Hasil penelitian pada komponen input menunjukkan sumber-sumber yang diperlukan ada yang cukup memenuhi standar profesionalisme dan ada juga yang belum. Begitu juga dalam komponen activity, walaupun cukup memenuhi prosedur namun untuk optimatisasi pencapaian tujuan pertu dilakukan perbaikan-perbaikan Output dan outcome mengacu pada tujuan kegiatan, namun output dan outcome yang dihasilkan belum sesuai dengan yang direncanakan. Belum optimalnya outcome yang dihasilkan terkait dengan karakteristik klien yang berusia lanjut dan juga perbedaan status sosial ekonomi dan Iatar belakang klien sebelum masuk panti (karakteristik partisipan/participant characteristic) yang sekaligus juga menjadi Salah satu penghambat kegiatan ini. Aspek lainnya yang menghambat pelaksanaan kegiatan ini adalah kurangnya frekuensi pelaksanaan kegiatan ini di setiap wismanya dan terbatasnya dana yang tersedia (karakteristik keadaan/context characteristic), terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, kurang maksimalnya peran pekerja sosial dan belum adanya panduan pelaksanaan yang rinci dan jelas (karakteristik program yang dilaksanakan/charactertstic of program implementation). Selain itu juga, belum tersedianya atat perekam (tape recorder), alat-alat terapi (outcome program/program outcome), serta belum pemah dilakukannya evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan ini menyebabkan sulit untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan kegiatan selama ini. Hambatan-hambatan tersebut pertu segera diatasi, karena sangat mempengaruhi keefektifan petaksanaan kegiatan ini. Elemen input seperti sumber daya manusia, sarana dan prasarana menjadi daya dukung kegiatan ini. Walaupun kegiatan ini cukup memenuhi prosedur ilmiah, namun belum cukup efektif daiam mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu masih sangat diperlukan perbaikan dan penyempurnaan komponen-komponen kegiatan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian maka diberikan rekomendasi sebagai perbaikan atau penyempurnaan kegiatan, terkait dengan faktor penghambat pelaksanaan kegiatan tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatrian Dwicahya
Abstrak :
ABSTRACT
Peningkatan jumlah lansia dan usia harapan hidup di Indonesia menyebabkan meningkatnya penyakit degeneratif pada lansia, salah satunya adalah peningkatan kasus demensia dan gangguan kognitif, obesitas sentral dianggap sebagai salah satu faktor risiko penyakit degeneratif pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi pada lansia dan hubungannya dengan status kognitif. Sebanyak 61 pasien usia lanjut dari data sekunder penelitian yang berjudul status hidrasi dan hubungannya dengan asupan cairan dan aktivitas fisik pada usia lanjut di Rumah Binaan Atmabrata Cilincing Jakarta Utara. Variabel dalam penelitian ini meliputi status kognitif sebagai variabel dependen, status gizi variabel independen. Desain penelitian cross-sectional menggunakan analisis bivariat uji Fisher untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap status kognitif. Proporsi lansia dengan status gizi kurang 21,3 , status gizi baik 31,1 , dan status gizi lebih 47,5 sedangkan status kognitif buruk 96,7 , kognitif baik sebesar 3,3 . Hasil uji analisis bivariat, mendapatkan tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan status kognitif p=0,222; 95 Cl, 0,973-1,186.
ABSTRACT
The increasing number of the elderly population and the life expectancy in Indonesia lead to the increasing of degenerative diseases on the elderly, which one of them is the increasing of dementia case and cognitive impairment. Central obesity is considered to be the risk factor of degenerative disease in the elderly. The aim of this study is to determine nutritional status in the elderly and its relationship with cognitive status using cross sectional study. A total of 61 elderly patients from secondary data study, entitled the hydration status and its relationship with the fluid intake and physical activities in the Elderly Nursing Home Atmabrata Cilincing, North Jakarta were selected. The variables in this study are cognitive status as dependent variable and nutritional status as independent variable. Bivariate analysis using Fisher rsquo s exact test was done to determined the relationship between nutritional status toward cognitive status. The proportion of the elderly with underweight 21.1 , normoweight 31.1 , and overweight 47,5 while worse cognitive condition were 96.7 and good cognitive were 3.3 . The result of bivariate analysis concluded there was no significant relationship between nutritionl status and cognitive status p 0.222 95 Cl 0.973 1.186.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library