Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Amien Rahardjo
Abstrak :
Salah satu bahan dielektrik cair, yaitu minyak trafo yang dipergunakan sampai saat ini adalah bahan isolasi yang berbasiskan minyak mineral yang sudah tentu potensi ketersediaanya makin menipis dan harganya kian meningkat. Disamping itu limbah minyak raja "tidak ramah" Iingkungan. Pada akhir-akhir ini ada kecenderungan unluk melakukan penelitian tentang potensi 'minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sebagai bahan isolasi cair.
Oleh karena itu, dalam rangka usaha untuk menemukan bahan alternatif pengganti bahan isolasi cair (minyak trafo khususnya yang berbasis minyak mineral), maka pada tulisan ini disajiknn suatu stuck penelitian pendahuluan tentang potensi minyak kelapa sawit sebagai bahan isolasi cair (berbasis tumbuh-tumbuhan) yaitu penelitian pengaruh kenaikan temperatur terhadap karakterisktik tegangan tembus minyak goreng kelapa sawit. Dalam penelitian dilakukan pengujian tegangan tembus dari berbagai minyak goreng kelapa sawit produksi pabrikan dalam negeri serta minyak trafo sebagai pernbanding.
Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa tegangan tembus minyak goreng kelapa sawit tersebut lebih besar dari minyak trafo yaitu berkisar 124% - 148%. Disamping itu kandungan kadar lemak jenuh sangat berpengaruh terhadap tegangan tembusnya. Minyak dengan sedikit kandungan lemak jenuhnya memiliki tegangan tembus yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang banyak mengandung lemak jenuh. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa penelitian pendahuluan ini hasilnya cukup menggernbirakan dan diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk lebih meyakinkan potensi minyak kelapa sawit sebagai bahan alternatif pengganti dari bahan dielektrik atau isolasi cair yang berbasiskan minyak mineral.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T15020
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Widura Rizky Surfa Atri
Abstrak :
Pengembangan proses kendali telah mempermudah system operasi di pabrik. Tuntutan pengendalian proses saat ini adalah response yang dapat mencapai setpoint dengan cepat dan tanpa overshoot yang berlebihhan. Dengan ini, operasi pabrik dalam hal energi dan produk yang dibawah spesifikasi dapat teroptimisasi. Shell Heavy Oil Fractionator (SHOF) merupakan standar dari masalah proses kendali yang dikembangkan oleh Prett dan Garcia (1988). Studi in menggunakan pendekatan model predictive control (MPC) untuk mengendalikan kolom fraksinasi Shell. Tiga controller diujikan terhadap beberap kasus, seperti setpoint tracking dan disturbance rejection. Sebagai tambahan, ketidakpastian dimasukkan ke dalam model proses untuk menguji performa dari controller. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa MPC Controller 3 dapat mencapai setpoint dengan adanya gangguan dan ketidakpastian.
The development of process control has made the control of plant operation in industries simpler. The current demand for process control is to achieve a control response which can accomplish a desired setpoint at a faster rate and without high overshoots. This, in turn, optimizes the plant operation in terms of energy consumption and the underspecified products. The Shell Heavy Oil Fractionator (SHOF) problem is a benchmark control problem by Prett and Garcia (1988). This study uses an MPC control approach to control the Shell heavy oil fractionator problem. Three controllers are tested to a number of scenarios, such as setpoint tracking and disturbance rejection. In addition, model mismatch is introduced to the process model to test the controllers’ performance in the presence of model mismatch. The results show that the MPC Controller 3 is capable of tracking set point in the presence of disturbance and model mismatch.
2015
S58937
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library