Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Voogt, J. D. Buddingh
Haarlem : H.D. Tjeenk Wilink & Zoon, 1943
BLD 346.048 VOO v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This paper presents a learning vector quantization (LVQ)-based temporal tracking method for semi automatic video object segmentation.....
IPTEKAB
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Coad, Peter
New Jersey: Prentice-Hall, 1993
005.11 COA o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmia Nurwulandari
Abstrak :
Bandung di masa kolonial dikenal sebagai Parisnya Pulau Jawa atau yang populer dengan sebutan Parijs van Java. Sebutan itu memberikan kesan kota yang estetik dan dicintai oleh banyak orang bahkan hingga saat ini. Orang Belanda menyebut Bandung sebagai Een Western Enclave atau permukiman eksklusif bagi orang Barat yang membuat kota ini makin spesial. Penelitian ini berfokus pada perkembangan kota di Bandung pada awal abad ke 20, dari kota kecil di tengah perkebunan menjadi kota modern yang diakui dunia internasional. Bandung dicalonkan menjadi ibukota Hindia Belanda untuk menggantikan Batavia. Berbagai perubahan kota yang terjadi ikut berpengaruh pada tampilan estetika arsitektur dan kota. Namun, di balik gemerlap perkembangan yang pesat itu, terdapat sejumlah ide terkait estetika yang tidak saling berhubungan. Penelitian ini mencoba menjawab apa aja citra estetik yang ingin ditampilkan di Bandung saat dipersiapkan menjadi ibukota baru beserta alasanalasannya yang dikaji melalui teori estetika Immanuel Kant dan teori metropolis karya Georg Simmel. Dengan menggunakan metode yang diperkenalkan oleh Iain Borden dan rekan-rekannya dalam buku The Unknown City, terungkap sejumlah pandangan terkait estetika yang membentuk citra kota Bandung, seperti potensi alam, ide keteraturan, eksotisme, ambisi terhadap hal-hal baru, imajinasi kenyamanan Eropa di kota tropis, sekaligus ketakutan akan wabah penyakit yang mengancam imajinasi kolonial. ......Colonial Bandung was known as the Paris of Java (Parijs van Java). It gives an impression of aesthetic and is adored by the people until present day. The Dutch named Bandung as Een Western Enclave or an exclusive neighborhood for the European. This research focused on the development of the city in the early twentieth century, from a small town near the plantation to a modern city that is globally known, even to be prepared as a capital city of Dutch East Indies. The development also changed the visual of architecture and the city. However, behind the rapid development of the city, there are some ideas in aesthetics that was unrelated. This research tried to answer what is the image of aesthetics that was appeared in Bandung as the future capital city of Dutch East Indies. I learn it through the Aesthetic theory of Immanuel Kant and Metropolis of Georg Simmel. With the method that is introduced by Iain Borden and friends in the book The Unknown City, I found some views that is related to the aesthetic and the city, such as nature beauty, the urban planning and design principle, ambition to the tecnology and innovation, exoticism, imagination of the ideal tropics, as well as fears that threatened colonial imagination.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Triwardani
Abstrak :
Hal paling penting dalam perjalanan hidup individu adalah kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan relasi. Kemampuan ini dimiliki oleh setiap orang dalam kadar yang berbeda. Keluarga sebagai kelompok pez-Lama yang dikenai individu dalam perjalanan hidupnya sehingga proses pembelajaran membentuk pola relasi pertama kali diterapkan dalam keluarga Keutuhan orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan pola relasi sosial yang sehat. Keluarga utuh memberi peluang besar-bagi anak untuk mengaplikasikan kemampuan berkomunikasi dan membangun hubungan yang dekat (kelekatan antar anggota keluarga. Peranan keluarga dalam membentuk perasaan kelekatan (attachment) dalam diri individu sangat besar. Attachment yang kemudian digunakan sebagai kelekatan’ (Moesono, 1993) adalah pusat dari kehidupan seseorang, di mana prosesnya berlangsung mulai dari saat individu masih bayi, dan proses ini diteruskan hingga memasuki masa remaja hingga masa tua. Namun dalam kenyataannya, tidak semua individu menjalani kehidupan dengan perjalanan mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa di dalam Lingkup keluarga utuh. Individu yang hingga dewasa muda masih tinggal di panti asuhan adalah salah satu kelompok yang sudah mengalami keterpisahan dengan figur orang tua sejak masa kecil. Perbedaan pola pengasuhan di panti-asuhan, membuat individu yang tinggal di dalamnya menghayati kelekatan yang berbeda pula dari individu yang tinggal bersama keluarga. HTP sebagai Salah satu instrumen psikologi dipercaya oleh Buck (1969) mampu menampilkan hasil gambar yang mewakili penghayatan subjek ams pola relasi dengan figur orang tua. Dari beberapa penelitian HTP diperoleh hasil bahwa pemanfaatan HTP dalam lingkup penelitian belum rnaksirnal, karena nilai validitas dari alat tes ini dinilai masih rendah, ditambah dengan ada banyaknya versi interpretasi yang diajukan oleh beberapa ahli. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif untuk mencari gambaran kelekatan pada subjek bemisia dewasa muda yang dari usia dini sudah tinggal di panti asuhan. Tampilan dari penghayatan kelekatan dari subjek ditelaah Lewat hasil gambar tes HTP. Subyek yang diikutsertakan adalah individu berusia dewasa muda yang sejak usia dini sudah mengalami keterpisahan dari figur orang tua karena ditempatkan di panti asuhan. Dari dua jenis panti asuhan yang ada di Indonesia, yaitu panti dengan sistem ibu asuh (pengurus : penghuni =1:1O), dan panti dengan sistem asrama (pengurus 2 penghuni = 1:20), diambil data dari panti jenis kedua (sistem asrama). Pemilihan panti jenis asrama dengan tujuan mendapatkan subyek dengan lingkungan yang berbeda secara signifikan dengan lingkungan keluarga. Hasil gambar yang sudah ada lalu dibandingkan dengan hasil anamnesa dari subyek. Dari perbandingan ini, hendak dilihat bagaimana penghayatan tentang kelekatan pada individu yang menghabiskan sebagian besar waktu dalam hidupnya terpisah dari orang tua, apakah mengarah pada lingkungan di mana ia sekarang tinggal (panti asuhan), atau mengarah pada keluarga (yang sudah terpisah belasan tahun). Ketiga subyek mengemukakan alasan yang berbeda-beda mengenai pilihan figur kelekatan mereka. Dari ketiga subyek, hanya satu subyek yang dapat mewakilkan ayahnya dalam unsur pohon (sesuai dengan interpretasi dari Buck, 1969). Dari hasil anamnesa diperoleh data bahwa setiap subyek tetap menghayati kelekatan lebih pada keluarga dibandingkan dengan lingkungan panti Pann dengan sistem asrama membuat pengurus tidak memiliki waktu dan tenaga ekstra untuk memperhatikan penghuni panti satu persatu. Komunikasi yang terjalin dalam panti tidak kontinu dan bersifat formalitas saja Telaah dari kualitas ketiga unsur dalam gambar, dibandingkan dengan karakteristik ayah dan ibu dari hasil anamnesa, diperoleh data bahwa unsur dalam gambar cukup mampu mewakili figur orang tua. Untuk kepentingan penelitian lebih lanjut, perlu diperhatikan metode penelitian yang lebih tepat untuk HTP, menggunakan rarer di luar peneliti sehingga tidak bias, memperbanyak sampel, meneliti pada beberapa panti asuhan atau dapat juga melakukan perbandingan antar individu yang tinggal di panti dengan yang masih tinggal bersama keluarga. Berhubungan dengan hasil penelitian, hal yang penting untuk diperhatikan adalah sikap kritis dalam melaksanakan administrasi tes dan interpretasinya. Tujuan yang hendak dicapai adalah mendapatkan hasil yang lebih komprehensif antara anamnesa tentang subyek dengan hasil gambar tes HTP.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Trisia
Abstrak :
[Praperadilan merupakan sarana yang disediakan hukum acara pidana sebagai sarana pengawasan terhadap penyidik dan penuntut umum dalam menjalankan tugasnya khususnya pada tahap pra ajudikasi (pra persidangan). Adapun objek dari praperadilan tersebut menurut pasal 1 angka 10 Jo pasal 77 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) adalah sah tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan dan penghentian penuntutan. Objek tersebut kemudian diperluas oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dengan putusanya Nomor 21/PUU-XII/2014 dengan menambahkan penggeledahan, penyitaan dan penetapan tersangka. Namun sebelum putusan MK tersebut diterbitkan, hakim pengadilan negeri Jakarta selatan sudah terlebih dahulu memperluas objek praperadilan berupa sah atau tidaknya penetapan tersangka. Oleh sebab itu perlu untuk dikaji bagaimana hakim menafsirkan objek praperadilan yang telah diatur didalam KUHAP pada saat sebelum dan sesudah putusan MK Nomor 21/PUUXII/ 2014.;Pretrial is a forum that provided by criminal procedural law to oversee the performance of investigators and prosecutor in carrying their function, primarily in the pre-adjudication stage. Its object is governed by the Article 1 (10) Jo Article 77 Criminal Procedural Law Code (KUHAP) includes the validity of arrest, validity of detention, and prosecution dismissal. However, the Constitutional Court has expanded the objects by issuing the Decision Number 21/PUU-XII/2014 which includes search, seizure, and suspect determination as pretrial objects. Before the Constitutional Court Decision was issued, a Court of Jakarta Selatan judge has previously ruled the validity of suspect determination as one of pretrial object. Therefore, the research will focus on interpretation of pretrial object governed by KUHAP Constitutional Court pre and post Constitutional Court Decision Number 21/PUU-XII/2014., Pretrial is a forum that provided by criminal procedural law to oversee the performance of investigators and prosecutor in carrying their function, primarily in the pre-adjudication stage. Its object is governed by the Article 1 (10) Jo Article 77 Criminal Procedural Law Code (KUHAP) includes the validity of arrest, validity of detention, and prosecution dismissal. However, the Constitutional Court has expanded the objects by issuing the Decision Number 21/PUU-XII/2014 which includes search, seizure, and suspect determination as pretrial objects. Before the Constitutional Court Decision was issued, a Court of Jakarta Selatan judge has previously ruled the validity of suspect determination as one of pretrial object. Therefore, the research will focus on interpretation of pretrial object governed by KUHAP Constitutional Court pre and post Constitutional Court Decision Number 21/PUU-XII/2014.]
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S60528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Nabilah Salahuddin Putri
Abstrak :
Transformasi objek merupakan sebuah proses perubahan yang dialami objek melalui konfigurasi dan mekanisme tertentu. Transformasi objek pada konteks urban melihat kehadiran objek sebagai sebuah interaksi pengguna untuk dapat terlibat dalam proses perubahan objek. Konsep pada transformasi objek mengacu kepada proses assembly-disassembly dimana objek mengalami penyusunan dan pembongkaran yang disebabkan dari adanya karakteristik bentuk geometri, volume, surfaces dari transformasi objek tersebut. Proses assembly disassembly dapat terjadi bila dilakukan dengan keikutsertaan pengguna dalam mengaktivasi transformasi objek. Perubahan transformasi objek tak lepas dari kemampuan fleksibilitas dan adaptabilitas yang dimiliki objek tersebut. Skripsi ini menelusuri kehadiran transformasi objek menuju kepada urban interior yang mengalami assembly-disassembly dengan adanya pembongkaran mekanisme assembly-disassembly oleh transformasi objek dan penyusunan mekanisme urban interior berbasis operasi transformasi. ......Object transformation is a process of change experienced by objects through certain configurations and mechanisms. Object transformation in the urban context sees the presence of objects as a user interaction to be involved in the object change process. The concept of object transformation refers to the assembly-disassembly process in which objects undergo assembly and disassembly due to the characteristics of the geometric shapes, volumes, surfaces of the object transformation. The assembly-disassembly process can occur if it is carried out with the participation of the user in activating the object transformation. Changes in object transformation cannot be separated from the flexibility and adaptability of the object. This study discusses the presence of object transformation towards an urban interior that undergoes assembly-disassembly by dismantling the assembly-disassembly mechanism by object transformation and constructing an urban interior mechanism based on transformation operations.
Depok: 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Won
Cambridge, UK: MIT Press , 1990
005.75 KIM i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>