Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridha Syalli Adha
"Berat badan berlebih merupakan pintu gerbang berbagai penyakit dan angkanya terus meningkat. Penelitian ini membahas faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian berat badan berlebih pada pekerja Perusahaan minyak dan gas bumi di laut jawa tahun 2024. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan metode mixed method – sequencial explanatory design. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 105 orang. Variabel dependen penelitian yaitu berat badan berlebih dan variabel independen terdiri atas jenis kelamin, usia, kondisi psikologis, akses informasi kesehatan, akses makanan/minuman sehat, akses makanan/minuman tidak sehat, pola makan, aktivitas fisik, waktu tidur, perilaku menetap, lokasi kerja, dan shift kerja. Hasil penelitian menyebutkan 63% pekerja mengalami kondisi berat badan berlebih dimana 17% nya obesitas. Berdasarkan hasil analisis, akses informasi kesehatan dan pola makan memiliki hubungan signifikan dengan berat badan berlebih, pola makan merupakan faktor risiko dominan penyebab berat badan berlebih dengan OR 9. Perusahaan diharapkan dapat menyusun program kesehatan untuk pekerja terutama untuk menangani kejadian berat badan berlebih. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk melihat variabel lain yang belum diteliti yang mungkin berhubungan dengan berat badan berlebih.

Overweight is a gateway to various diseases, and its prevalence continues to rise. This study examines the risk factors associated with the occurrence of overweight among oil and gas company workers in the Java Sea in 2024. The study employs a cross-sectional design with a mixed-method sequential explanatory approach. A total of 105 respondents participated in the study. The dependent variable is overweight, while the independent variables include gender, age, psychological condition, access to health information, access to healthy food/drinks, access to unhealthy food/drinks, eating patterns, physical activity, sleep duration, sedentary behavior, work location, and work shift. The results indicated that 63% of workers experienced excess weight, with 17% being obese. Analysis revealed that access to health information and eating patterns have a significant relationship with excess weight, with eating patterns being the dominant risk factor (OR 9). It is recommended that the company develop health programs for workers, particularly to address the issue of excess weight. Future research should explore other variables that may be related to excess weight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindi Fakta Nauli
"Obesitas sentral berasosiasi dengan beberapa penyakit tidak menular yang angka kejadiannya terus naik di Indonesia maupun seluruh dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD memiliki prevalensi obesitas sentral lebih tinggi dibandingkan pekerja lainnya, yaitu 50,14%. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor risiko obesitas sentral pada PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan analisis data Riskesdas 2018 yang menggunakan desain potong lintang, sampel seluruh penduduk dengan pekerjaan sebagai PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD di Provinsi Jawa barat yang menjadi responden dalam Riskesdas 2018. Hasil penelitian menggunakan uji Chi-square menyimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara antara antara usia (p = 0,009; α = 0,05), jenis kelamin (p = 0,000; α = 0,05), tingkat pendidikan (p = 0,000; α = 0,05), konsumsi buah dan sayur (p = 0,006; α = 0,05), konsumsi gorengan (p = 0,029; α = 0,05), dan konsumsi rokok (p = 0,000; α = 0,05) dengan obesitas sentral. Penelitian lanjutan dengan metode studi kualitatif tentang persepsi seseorang terhadap pola konsumsi harian penting dilakukan untuk mengetahui alasan melekatnya pola konsumsi makanan berisiko pada masyarakat.

Central obesity is associated with several non-communicable diseases whose incidence rates continue to rise in Indonesia and throughout the world. Based on the 2018 Basic Health Research (Riskesdas) data, PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD have a higher prevalence of central obesity than other workers (50.14%). The purpose of this study was to identify risk factors for central obesity in PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD in West Java province. This research is an analysis of the 2018 Riskesdas data using a cross-sectional design, a sample of all residents working as PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD in West Java Province who were respondents in the 2018 Riskesdas. The results of the study using the Chi-square test concluded that there was a significant relationship between age (p = 0.009; α = 0.05), gender (p = 0.000; α = 0.05), education level (p = 0.05), 000; α = 0.05), fruit and vegetable consumption (p = 0.006; α = 0.05), fried food consumption (p = 0.029; α = 0.05), and cigarette consumption (p = 0.000; α = 0.05) with central obesity. Follow-up research using qualitative study methods about a person's perception of daily consumption patterns is important to do to find out the reasons for the attachment of risky food consumption patterns in society."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabilla Tiara
"Latar belakang: Obesitas sentral adalah penumpukan lemak di daerah abdomen yang dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit tidak menular lainnya. Prevalensi obesitas sentral di Indonesia juga meningkat setiap tahunnya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor sosiodemografi, faktor perilaku, faktor gangguan mental emosional, dan faktor riwayat penyakit dengan kejadian obesitas sentral pada usia dewasa di Indonesia pada tahun 2023.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder SKI 2023. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan analisis regresi logistik berganda. Besar sampel yang didapatkan sebesar 455.036 dengan rincian sampel perempuan sebesar 253.055 dan sampel laki-laki sebesar 202.251.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi obesitas sentral pada perempuan mencapai (65,4%), sementara pada laki-laki mencapai (25,1%). Penelitian ini menunjukan bahwa riwayat penyakit berhubungan signifikan dan menjadi faktor dominan terhadap kejadian obesitas sentral pada seluruh populasi (AOR Perempuan: 1,96; AOR Laki-laki: 2,37).
Kesimpulan: Tingginya angka obesitas sentral pada penduduk usia dewasa mengindikasikan perlunya upaya pencegahan yang serius, terutama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengatur pola hidup sehat yang lebih baik. Upaya ini dapat dilakukan melalui promosi kesehatan dan kolaborasi antar pihak.

Background: Central obesity is the accumulation of fat in the abdominal region that can increase the risk of various other non-communicable diseases. The prevalence of central obesity in Indonesia is also increasing every year.
Objective: This study aims to see the relationship between sociodemographic factors, behavioral factors, mental emotional disorder factors, and disease history factors with the incidence of central obesity in adults in Indonesia in 2023.
Methods: This study is a quantitative study using secondary data from SKI 2023. This study used a cross-sectional design and multiple logistic regression analysis. The sample size obtained was 455,036 with details of the female sample of 253,055 and the male sample of 202,251.
Results: The results showed that the prevalence of central obesity in women reached (65.4%), while in men it reached (25.1%). This study showed that a history of disease was significantly associated and was the dominant factor in the incidence of central obesity in the entire population. (Female AOR: 1.96; Male AOR: 2.37).
Conclusion: The high rate of central obesity in the adult population indicates the need for serious prevention efforts, especially in increasing public awareness to organize a better healthy lifestyle. This effort can be done through health promotion and collaboration between parties.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Keisya Budiargo
"Obesitas merupakan akumulasi lemak tubuh yang berlebihan dan meningkatkan risiko berbagai penyakit tidak menular. Pengukuran obesitas menggunakan persen lemak tubuh dinilai lebih akurat dibandingkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Prevalensi obesitas mahasiswa FKM UI berdasarkan data pemeriksaan kesehatan tahun 2022–2024 mencapai 13,6%, melebihi ambang batas masalah kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi ultra-processed food (UPF), asupan energi, lemak, karbohidrat, protein, serat, serta perilaku sedentary dengan kejadian obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada 147 mahasiswa FKM UI tahun 2025. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas berdasarkan persen lemak tubuh sebesar 12,9%. Terdapat hubungan signifikan antara frekuensi konsumsi UPF, konsumsi energi UPF, asupan energi; lemak; protein, dan perilaku sedentary dengan obesitas (p-value<0,05). Sedangkan asupan serat dan karbohidrat tidak menunjukkan hubungan signifikan (p-value>0,05) tetapi menunjukkan kecenderungan. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan lebih bijak dalam memilih makanan sehari-hari dan mengurangi aktivitas sedentary. FKM UI diharapkan menciptakan lingkungan kampus yang mendukung gaya hidup sehat serta program pemantauan status gizi. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan alat objektif untuk mengukur perilaku sedentary, serta menggunakan analisis multivariat untuk memahami hubungan mendalam antara konsumsi UPF, asupan gizi, dan perilaku sedentary terhadap kejadian obesitas.

Obesity is the excessive accumulation of body fat that elevates the risk of non-communicable diseases. Compared to Body Mass Index (BMI), body fat percentage offers a more accurate measure of obesity. Based on health screening data from 2022 to 2024, the prevalence of obesity among FKM UI students reached 13.6%, surpassing the public health concern threshold. This study investigated the association between ultra-processed food (UPF) consumption, energy, fat, carbohydrate, protein, fiber intake, and sedentary behavior with obesity—measured by body fat percentage—among 147 FKM UI students in 2025. This quantitative study used a cross-sectional design. Findings revealed an obesity prevalence of 12.9%. Significant associations were observed between obesity and the frequency of UPF consumption, UPF-derived energy intake, total energy, fat and protein intake, and sedentary behavior (p<0.05). Although fiber and carbohydrate intake were not statistically significant (p>0.05), both showed trends. These results highlight the importance of making healthier dietary choices and reducing sedentary time. FKM UI encouraged to promote a supportive campus environment for healthy lifestyles and establish nutrition monitoring initiatives. Future studies should incorporate objective tools to assess sedentary behavior and utilize multivariate analysis to better understand the interactions between those risk factors and obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melyarna Putri
"Peningkatan Apolipoprotein B-48 sebagai marker kilomikron remnan lebih akurat mengenali penebalan tunika intima media arteri, bahkan pada kadar trigliserida normal. Sayangnya, pemeriksaan ini mahal untuk diaplikasikan dalam praktek sehari-hari. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan membentuk sebuah indeks risiko obesitas yang setara dengan nilai ApoB-48 namun lebih murah untuk diaplikasikan. Sebanyak 94 wanita, usia 19-50 tahun dengan IMT ge;25kg/m2 bergabung dalam penelitian kroseksional ini. Indeks risiko obesitas dibentuk melalui 2 fase, fase pertama adalah mencari hubungan antara faktor risiko obesitas pemeriksaan antropometri, asupan lemak polyunsaturated, monounsaturated, saturated, trans fatty acids, kolesterol dan kadar trigliserida terhadap ApoB-48. Asupan lemak dianalisis dengan recall 2x24 jam. Tahap berikutnya adalah pembentukan indeks. Fase ini dibagi atas membuat short list kuesioner untuk asupan, validasi short list kuesioner untuk asupan, setelah itu mencari hubungan antara skor indeks dengan ApoB-48. Semakin tinggi skor maka semakin tinggi ApoB-48. Sebagian besar subyek memiliki asupan lemak total, saturated fat, dan kolesterol di atas nilai rekomendasi 56,9 18,6 g vs 22.8 9.61 g vs 260.7 165.1 mg . ApoB-48 secara signifikan berhubungan dengan trigliserida B= 0.40, 95 CI= 0.02, 0.07, p=
Elevated level of Apolipoprotein B 48 as a marker of chylomicron remnants is shown to be more accurate than trigliceride in predicting higher intimal media artery thickness, even in normal triglycerides subject. However, this assesment is expensive to be routinely applied in health care practice. Therefore, we developed an easy and economical obesity risk factor index that is expected to be equivalent with apoB 48 marker. A cross sectional study was carried out enrolling 94 healthy obese women aged 19 50 y.o with body mass index of ge 25kg m2. Obesity risk factor index was developed in two phases. The first phase was to determine the association between risk factor of obesity anthropometric measurement, dietary fat intake polyunsaturated, monounsaturated, saturated, trans fatty acids, cholesterol , and triglyceride level with apoB 48 value. The second phase was to develop an obesity risk factor index. Dietary fat were assessed by 2 repeated 24 hour recall. Only triglicerides level and cholesterol intake showed association with apoB 48. Later, development phase of the index was divided into development of short list questionairre intake, validation of short list cholesterol intake, and association analysis score of obesity risk factor index with ApoB 48. Higher total risk factor score indicates an increment ApoB 48 level. The majority of subject had total fat, saturated fat, and cholesterol intake above the recommended value 56,9 18,6 g vs 22.8 9.61 g vs 260.7 165.1 mg . A significant positive correlation was found in total score of the obesity risk factor index with ApoB 48 coefficient correlation 0.48, p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Fauzia
"Pendahuluan. Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit autoimun yang bersifat sistemik dan kronik yang manifestasi utamanya melibatkan persendian. Tatalaksana AR membutuhkan terapi medikamentosa dan pendekatan gaya hidup. Salah satu tatalaksana AR adalah medikamentosa dengan metotreksat (MTX). Ada banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan terapi AR namun di Indonesia belum ditemukan studi yang meneliti obesitas terhadap keberhasilan terapi MTX pada pasien AR di Indonesia. Peneliti ingin mengetahui pengaruh obesitas terhadap ketidakberhasilan terapi MTX monoterapi pada pasien dengan AR.
Metode. Studi kohort retrospektif menggunakan data rekam medis Poli Reumatologi Penyakit Dalam, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada kurun waktu Maret 2017-Desember 2021. Dilakukan analisis deskriptif untuk melihat karakteristik sampel berdasarkan tiap variabel dan analisis regresi Cox yang dimodifikasi untuk melihat hubungan antara obesitas terhadap ketidakberhasilan terapi MTX.
Hasil. Dari 72 subyek, proporsi ketidakberhasilan terapi pada pasien obesitas adalah 57.1% (20/35), sementara pada pasien yang tidak obesitas adalah 37.8% (14/37). Risiko ketidakberhasilan terapi MTX pada pasien dengan obesitas adalah 1,45 kali dibandingkan pasien yang tidak obesitas (RR 1,45; 95% CI 0,76-2,78). Faktor jumlah sendi yang terlibat, faktor RF, faktor C-reactive protein, usia, laju endap darah, jenis kelamin, dan onset awal sakit bukan merupakan faktor perancu pada studi ini.
Kesimpulan. Pada studi ini, pasien AR dengan obesitas meningkatkan risiko untuk mengalami ketidakberhasilan terapi MTX dibandingkan pasien AR tanpa obesitas, namun diperlukan studi lebih lanjut menggunakan sampel yang lebih besar untuk meningkatkan kekuatan statistik.

Introduction. Rheumatoid arthritis (RA)) is a systemic and chronic autoimmune disease which main manifestations involve the joints. AR management requires medical therapy and a lifestyle approach. One of the AR treatments is medication with methotrexate (MTX). There are many factors that influence the success of AR therapy but in Indonesia there has not been found a study that examines obesity on the success of MTX therapy in AR patients in Indonesia. Researchers wanted to know the effect of obesity on the failure of MTX monotherapy in patients with AR
Methods. A retrospective cohort study using medical records from the Rheumatology Internal Medicine Polyclinic, Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) from March 2017 to December 2021. A descriptive analysis was performed to see the sample characteristics based on each variable and a modified Cox regression analysis to see the relationship between obesity and failure of MTX therapy.
Results. Of the 72 subjects, the proportion of treatment failure in obese patients was 57.1% (20/35), while in patients who were not obese it was 37.8% (14/37). The risk of MTX treatment failure in obese subjects was 1.45 times that of non-obese patients (RR 1.45; 95% CI 0.76-2.78). Number of joints involved, RF factor, C-reactive protein factor, age, erythrocyte sedimentation rate, gender, and early onset of illness were not confounding factors in this study.
Conclusion. In this study, RA patients with obesity have an increased risk of MTX treatment failure MTX compared to RA patients without obesity, but further studies using larger samples are needed to increase statistical power.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisya Dwi Yulianti
"Obesitas sentral adalah penumpukan lemak perut yang berlebihan yang diukur dengan indikator pengukuran Lingkar Pinggang (LP) dengan kriteria obesitas sentral adalah LP >90 untuk pria dan LP>80 untuk wanita. Obesitas sentral merupakan penumpukan lemak berlebihan di sekitar perut yang berhubungan dengan risiko kardiometabolik, diabetes melitus tipe 2 dan peningkatan sekresi asam lemak bebas, hipersulinemia, risistensi insulin, hipertensi dan dislipidemia pada populasi umum. Provinsi Sulawesi Utara merupakan Provinsi dengan prevalensi obesitas sentral tertinggi di Indonesia pada tahun 2018 dengan angka 42,45%. Dimana setiap kabupaten/kota memiliki prevalensi obesitas sentral sebesar >30% (terendah 31,2% dan tertinggi 48,78%) dan menurut karakteristik wilayah tempat tinggal prevalensi obesitas sentral di wilayah perkotaan lebih tinggi 2,78% dibandingkan wilayah perdesaan atau sebesar 43,81% untuk wilayah perkotaan dan 41,03% untuk wilayah perdesaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel 14.911 penduduk usia ≥18 tahun dari total sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel independen meliputi faktor risiko unmodifiable (usia dan jenis kelamin), faktor risiko modifiable status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, pola konsumsi dan life style serta status gizi dan kesehatan mental. Data yang Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Riskesdas tahun 2018. Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan perangkat lunak statistik. Ada tiga tingkat analisis data yang dilakukan, antara lain secara univariat, bivariat (chi square dan regresi logistik), multivariat (regresi logistik ganda). Hasil menunjukkan prevalensi obesitas sentral pada penduduk usi ≥18 tahun di Provinsi Sulawesi Utara adalah 45,0% dengan prevalensi di perkotaan 46,6% dan di perdesaan 43,5%. Faktor risiko dominan yang berhubungan dengan obesitas sentral pada penelitian ini adalam IMT, baik untuk wilayah perkotaan dan perdesaan serta secara keseluruhan di Provinsi Sulawesi Utara, dengan OR 42,909 (95%CI 23,384-78,737) di perkotaan, OR 23,701 (95%CI 18,324-30,656) di perdesaan, dan OR 43,924 (95%CI 31,162-61,913) di Provinsi Sulawesi Utara. Mengingat dampak obesitas sentral yang sangat besar terhadap beban negara dan mengancam keberlangsungan generasi yang akan datang, maka penentuan faktor risiko obesitas pada tahap awal berdasarkan karakteristik wilayah tempat tinggal sangat penting dilakukan untuk mengatasi penyakit penyerta dan kematian terkait PTM terutama pada penderita penumpukan lemak berlebih di bagian abdominal tubuh.

Central obesity is the excessive accumulation of abdominal fat, measured by the Waist Circumference (WC) indicator with central obesity criteria being WC >90 cm for men and WC >80 cm for women. Central obesity is associated with cardiometabolic risks, type 2 diabetes mellitus, and increased secretion of free fatty acids, hyperinsulinemia, insulin resistance, hypertension, and dyslipidemia in the general population. North Sulawesi Province had the highest prevalence of central obesity in Indonesia in 2018, with a rate of 42.45%. Each district/city had a central obesity prevalence of >30% (lowest 31.2% and highest 48.78%), and according to the characteristics of the residential area, the prevalence of central obesity in urban areas was 2.78% higher than in rural areas, or 43.81% in urban areas and 41.03% in rural areas. This quantitative study used a cross-sectional design with a sample size of 14,911 adults aged ≥18 years from total sampling according to inclusion and exclusion criteria. Independent variables included unmodifiable risk factors (age and gender), modifiable risk factors (marital status, education, occupation, consumption patterns, lifestyle, nutritional status, and mental health). The data used in this study was secondary data from the 2018 Riskesdas. Data analysis was performed using statistical software and included three levels of analysis: univariate, bivariate (chi-square and logistic regression), and multivariate (multiple logistic regression). Results showed the prevalence of central obesity in adults aged ≥18 years in North Sulawesi Province was 45.0%, with an urban prevalence of 46.6% and a rural prevalence of 43.5%. The dominant risk factor associated with central obesity in this study was BMI, for both urban and rural areas, and overall in North Sulawesi Province, with OR 42.909 (95% CI 23.384-78.737) in urban areas, OR 23.701 (95% CI 18.324-30.656) in rural areas, and OR 43.924 (95% CI 31.162-61.913) in North Sulawesi Province. Considering the significant impact of central obesity on the national burden and the threat to the sustainability of future generations, determining the risk factors for obesity at an early stage based on the characteristics of the residential area is crucial for addressing comorbidities and mortality related to NCDs, especially in individuals with excessive abdominal fat accumulation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library