Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shinantya Ratnasari
Abstrak :
Tesis ini mengkaji hubungan intensi ibu terhadap asupan dan status gizi anak di dua sekolah dengan status sosial menengah ke atas dan ke bawah. Tujuannya untuk mengetahui gambaran faktor-faktor pembentuk intensi dan tingkah laku serta hubungannya dengan asupan dan status gizi anak. Faktor-faktor itu terdiri atas sikap, norma subjektif, perceived behavioral control (PBC). Asupan gizi mencakup asupan energi, protein, frekuensi konsumsi buah dan sayur. Status gizi anak diukur menggunakan indikator indeks antropometri TB/U dan BB/U. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cros sectional. Responden penelitian terdiri atas 67 orang, mencakup 33 orang dari sekolah X dan 34 orang dari sekolah Y. Data dianalisis menggunakan teknik korelasi Spearman Rank Order dan uji perbedaan menggunakan teknik Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap, norma subyektif, dan intensi ibu dengan asupan dan status gizi, tetapi ada korelasi positif antara PBC dan asupan energi anak. Hasil juga menunjukkan bahwa intensi ibu dari Sekolah Y lebih tinggi dari ibu di Sekolah X. Hasil menunjukkan bahwa ibu yang memiliki intensi memberi makanan sehat lebih tinggi memiliki kecenderungan memberikan makanan sehat yang lebih tinggi daripada ibu yang memiliki intensi memberi makanan sehat yang lebih rendah. Peneliti menyarankan untuk meningkatkan persepsi kontrol pada para ibu untuk memberi makanan sehat melalui peningkatan self-efficacy, mengembangkan strategi penyediaan bahan mentah, dan meningkatkan keterampilan memasak. ......This thesis examines the relationship among mother’s behavioral intention, child food intake and nutritional status children in two schools in South Jakarta, using the theory of planned behavior approach. The goal is to describe the factors forming intentions and behavior and its relationship with the nutritional status of children. These factors consist of attitude, subjective norm, PBC. Food Intake includes intake of energy, protein, frequency of consumption of fruits and vegetables. Nutritional status was measured using anthropometric indicators of HFA and WFA. This study used quantitative methods with cross sectional study design. The respondents consisted of 67 people, including 33 people from school X and 34 people from school Y. Data were analyzed using Spearman's Rank Order Correlation technique and mean difference test using the Mann-Whitney technique. The results showed no significant relationship between attitudes, subjective norms, and intentions to food intake and nutritional status of children, but there is a positive correlation between perceived behavioral control and children’s intake of energy. The results also indicate that mother’s behavioral intention of the Preschool Y is higher than mother’s behavioral intention of the Preschool X. Results showed that mothers who have higher intention of giving healthy food has a higher tendency to give healthy foods than mothers who have lower intention. Researchers suggest to improve mother’s perception of control on providing healthy food through increased self-efficacy, modeling, developing strategies to supply raw material food, and improve their cooking skills.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41892
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilmia Fahmi
Abstrak :
Perubahan musim memiliki dampak serius pada kualitas makanan. Oleh karena itu, kami menginvestigasi hubungan antara skor healthy eating index HEI dan status gizi pada wanita usia subur di dua musim di daerah pedesaan, Kabupaten Buol. Studi longitudinal dilakukan pada musim panen dan musim non-panen. Semua wanita n=153 di musim non-panen dan 98 wanita n=150 di musim panen termasuk dalam kategori poor diet. Total skor HEI lebih tinggi secara signifikan pada musim panen dibandingkan musim non-panen p=0.026 . Ada hubungan positif antara skor HEI dengan indeks massa tubuh ?=0.113, p=0.043 setelah dikontrol dengan musim dan karakteristik demografi. ......Seasonal change has serious impacts on diet quality. Therefore, we investigated the association between healthy eating index HEI score and nutritional status of reproductive aged women across two seasons in rural areas of Buol District. A longitudinal study was conducted in lean and harvest seasons. All women n 153 in lean season and 98 women n 150 in harvest season had poor diets HEI
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliani Budiyarti
Abstrak :
Di Indonesia masih ditemukan tradisi dan budaya seputar pantangan dan keharusan pasca persalinan. Salah satunya pantangan dan keharusan tentang perilaku konsumsi makanan oleh ibu nifas suku Banjar di propinsi Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui 'hubungan antara faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku ibu berpantang makanan selama masa nifas, dan hubungan perilaku berpantang makanan selama masa nifas dengan status gizi ibu di Banjarmasin'. Jenis penelitian analitik komparatif, dengan metode cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat pendidikan (p = 0,000; OR = 0,035; 95 % CI: 0,004- 0,281), tipe keluarga (p = 0,000; OR = 0,011; 95 % CI: 0,001-0,092), pengetahuan ibu (p = 0,000; OR = 0,004; 95 % CI: 0,000-0,036), pengetahuan masyarakat (p = 0,000; OR = 0,029; 95 % CI: 0,006-0,145) dan sikap masyarakat (p = 0,000; OR = 0,025; 95 % CI: 0,003-0,204) dengan perilaku ibu berpantang makanan selama masa nifas dan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku berpantang makanan selama masa nifas dengan status gizi ibu (p = 0,000; α= 0,05; OR= 46,75; 95 % CI: 9,04 - 241,7). ......In Indonesia, still found in the traditions and culture surrounding the taboo and mandatory post-delivery. One of these restrictions and the necessity of food consumption behavior by postpartum mothers tribe Banjar in South Kalimantan province. The purpose of this study to find out "the relationship between internal and external factors that affect maternal behavior during parturition food abstinence, and abstinence from food related behavior during postpartum with the nutritional status of mothers in Banjarmasin." Kind of a comparative analytical study, with cross sectional method. The results showed a significant correlation between level of education (p = 0,000; OR = 0,035; 95 % CI: 0,004 to 0,281), family type (p = 0,000; OR = 0,011; 95 % CI: 0,001 to 0,092), maternal knowledge (p = 0.000, OR = 0.004; 95% CI: 0.000 to 0.036), the knowledge society (p = 0.000, OR = 0.029; 95% CI: 0.006 to 0.145) and social attitude (p = 0.000, OR = 0.025; 95% CI: 0.003 to 0.204) with maternal behavior during the post partum abstinence from food and there were significant relations between the behavior during the post partum abstinence, food with nutritional status of mothers (p = 0.000, α= 0.05, OR = 46.75; 95% CI : 9.04 to 241.7)
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T29387
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Simbolon, Denny Marianty
Abstrak :
status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. status gizi merupakan indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara Optimal nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MP-ASI), Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok) dan Optimal Health Care (imunisasi lengkap sesuai jadwal dan pelayanan pediatrik sesuai pada saat sakit ke pelayanan kesehatan) dengan status gizi balita 0-59 bulan menggunakan data riskesdas 2007. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara indikator BB/U dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MP-ASI) dan Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok), indikator TB/U dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MPASI) dan Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok), indikator BB/TB dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MPASI), Optimal Environment (kebiasan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok. ......A good nutritional status can help the process of growth and development of children to achieve optimal maturity. nutritional status is the third indicator in determining the health status of children. research purposes to determine the relationship between optimal nutrition (6 months exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI), Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits) and Optimal Health Care (complete immunization on schedule and pediatric services at the hospital according to healthcare) with the nutritional status of children 0-59 months of using the data Riskesdas 2007. The results showed an association between indicators of BW/U with Optimal Nutrition (6 months exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI) and Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits), the indicator TB/U with Optimal Nutrition (exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI) and Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits), the indicator BB/TB with Optimal Nutrition (breast-feeding Exclusive 6 months, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI), Optimal Environment (hand-washing habits, there is no contamination of the environment and smokinghabits.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denita Selvia Sinta
Abstrak :
Citra tubuh merupakan suatu konsep yang berhubungan dengan penampilan fisik, yaitu ukuran, bentuk tubuh, dan berat badan yang menggambarkan seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan antara status gizi dengan citra tubuh dan faktor lain pada pengguna pusat kebugaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2015 dengan menggunakan desain cross-sectional dan jumlah sampel sebanyak 143 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 74,1% responden laki-laki dan perempuan mengalami ketidakpuasan citra tubuh. Beberapa variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan citra tubuh adalah status gizi (p-value = 0,001), pola makan berdasarkan frekuensi minuman berenergi dan minuman isotonik (p-value = 0,003), pengaruh teman sebaya (p-value = 0,001), dan pengaruh lawan jenis (p-value = 0,009) dengan citra tubuh. Disarankan kepada pusat kebugaran untuk melakukan kerja sama dengan universitas-universitas yang memiliki program studi gizi dalam mempromosikan dan meningkatkan pengetahuan tentang pola konsumsi, aktivitas fisik dan citra tubuh yang baik bagi pengguna pusat kebugaran melalui upaya komunikasi, informasi dan edukasi.
Body image is a concept related to the body appearance, including size, body shape and weight which describe someone based on their shape and weight. This study aims to show factors that have significance associated between nutritional status, body image, and other factors within the gym community. This cross-sectional study was conducted on April 2015 with a total of 143 respondents. The result showed that 74,1 % men and women respondents were unsatisfied with their body image. Variables that showed a significantly associated with body image are nutritional status (p-value = 0,001), model of meal based on energy and isotonic drink frequencies (p-value = 0,003), impact by peer group (p-value = 0,001), and their body image perception based on their opposite gender counterparts (p-value = 0,009). The results of this study has come to a few suggestions where gyms should work together with universities with major in nutrition to promote and increase knowledge about eating habits, physical activities and the right body image the gymers through the efforts of communication, information, and education.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Kurnianingtyas
Abstrak :
Underweight merupakan suatu keadaan dimana anak tidak mencapai berat badan ideal yang mengakibatkan asupan makan tidak sesuai kebutuhan anak pada umurnya. Underweight memiliki resiko terbesar di negara berkembang terhadap beban penyakit. Berdasarkan data Riskesdas 2018 prevalensi underweight di Sumatera Utara sebesar 19,7% yang tergolong tinggi dibandingkan prevalensi nasional. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian underweight pada anak usia 24-59 bulan di Sumatera Utara berdasarkan data IFLS 5 tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder IFLS 2014 yang dilaksanakan dari bulan Maret hingga April 2020. Jumlah sampel sebanyak 280 anak usia 24-59 bulan yang berlokasi di Sumatera Utara. Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian underweight pada anak usia 24-59 bulan di Sumatera Utara adalah jenis kelamin anak (0,502; 0,292-0,862), status gizi ibu (3,962; 0,965-14,165), dan pengeluaran rokok (1,800; 1,039-3,117) ......Underweight is a condition where the child doesn’t reach an ideal body weight which result inappropriate food intake to the needs of children at their age. Underweight has the biggest risk in developing country against the burden of disease. Based on Riskesdas data in 2018 the prevalence of underweight in North Sumatera had reached 19,7% and classified as high than the national prevalence. This Research aims to determine what factors are associated with incidence of underweight in child aged 24-59 months in North Sumatera based on Indonesia Family Life Survey 2014. This research used cross-sectional design using secondary data of 2014 IFLS which implemented from March 2020 untul April 2020. Total sample that used in this research is 280 child aged 24-59 months that located in North Sumatera. Result of bivariate analysis shows that variabel which significantly associated with the incidence of underweight in child aged 24-59 months are gender (0,502; 0,292-0,862), maternal nutritional status (3,962; 0,965-14,165), and cigarette expenditure (1,800; 1,039-3,117).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felly Febriyani
Abstrak :
Masalah gizi yang umum ditemui di Indonesia yaitu stunting atau kelainan berupa pertumbuhan panjang/tinggi badan anak yang lebih rendah dari standar panjang/tinggi badan anak seusianya. Pada tahun 2019, jumlah balita stunting terbanyak di Provinsi DKI Jakarta terdapat di Kota Jakarta Timur yaitu mencapai 10.485 jiwa. Kecamatan di Kota Jakarta Timur dengan jumlah balita stunting tertinggi pada tahun 2019 tepatnya terdapat di Kecamatan Jatinegara dengan total mencapai 351 balita stunting. Berdasarkan banyaknya jumlah balita stunting yang terdapat di Kecamatan Jatinegara, maka penelitian ini memfokuskan pada penelitian mengenai status gizi balita di Kecamatan Jatinegara. Permasalahan kesehatan penduduk di kota perlu segera diatasi mengingat masih maraknya perpindahan penduduk desa menuju kota. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui faktor-faktor apa saja yang memiliki hubungan dengan status gizi balita serta (2) untuk mengetahui pola spasial dari status gizi balita di Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan unit analisis Rukun Warga (RW) dengan metode analisis secara statistik menggunakan Chi Square dan analisis spasial menggunakan Nearest Neighbor Analysis (NNA). Hasil analisis statistik menunjukkan faktor individu yang memiliki hubungan dengan status gizi balita adalah pola makan balita, sedangkan faktor rumah tangganya adalah mata pencaharian keluarga serta dari faktor lingkungan adalah jenis hunian. Selain itu, analisis spasial menunjukkan bahwa balita dengan status gizi normal memiliki pola spasial yang sama dengan balita berstatus gizi sangat pendek yaitu tersebar seragam pada Rukun Warga (RW) dengan jumlah Posyandu yang rendah, kepadatan hunian yang rendah, dan jenis hunian berupa rumah kecil. Sedangkan balita dengan status gizi yang pendek cenderung memiliki pola yang mengelompok pada Rukun Warga (RW) dengan jumlah Posyandu yang rendah, kepadatan hunian yang rendah, dan jenis hunian berupa rumah sangat kecil. ......Nutritional problems that are commonly encountered in Indonesia are stunting or abnormalities in the form of growth in length/height of children that are lower than the standard length/height of children their age. In 2019, the highest number of stunting toddlers in DKI Jakarta Province was in East Jakarta City, reaching 10.485 people. The sub-district in East Jakarta City with the highest number of stunting toddlers in 2019 is precisely in Jatinegara District with a total of 351 stunting toddlers. Based on the large number of stunting toddlers in Jatinegara District, this study focuses on research on the nutritional status of toddlers in Jatinegara District. The health problems of the population in the city need to be addressed immediately considering the widespread movement of rural residents to the city. This study aims to (1) determine what factors have a relationship with the nutritional status of toddlers and (2) to determine the spatial pattern of the nutritional status of toddlers in Jatinegara District, East Jakarta City. This study uses the unit of analysis for the Rukun Warga (RW) with statistical analysis methods using Chi Square and spatial analysis using Nearest Neighbor Analysis (NNA). The result of statistical analysis shows that the individual factor that has a relationship with the nutritional status of children under five is the diet of the toddler, while the household factor is the family's livelihood and from the environmental factor is the type of dwelling. In addition, spatial analysis shows that toddlers with normal nutritional status have the same spatial pattern as toddlers with very short nutritional status, namely uniformly distributed in the Rukun Warga (RW) with a low number of Posyandu, low residential density, and the type of housing in the form of small houses. Meanwhile, toddlers with short nutritional status tend to have a clustered pattern in the Rukun Warga (RW) with a low number of Posyandu, low residential density, and very small housing types.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadillah Ayu Mahendra
Abstrak :
Permasalahan pangan dan malnutrisi pada usia anak masih banyak terjadi di Indonesia. Kedua masalah tersebut memiliki hubungan dimana ketika seseorang mengalami kekurangan pangan maka ia akan berpotensi mengalami masalah gizi. Penelitian ini akan melihat dampak jangka panjang dari bantuan pangan Raskin terhadap kesehatan anak. Anak yang diteliti dalam penelitian ini adalah anak usia 7-12 tahun dan berada pada rumah tangga miskin. Kesehatan anak akan diukur menggunakan pendekatan antropometri berupa nilai z. Status gizi anak yang digunakan dalam penelitian ini antara lain stunting yang berasal dari indikator height-for-age, underweight dari indikator weight-for-age, dan wasting dari indikator BMI-for-age. Penelitian ini menggunakan data IFLS 4 dan 5 dan metode regresi logit. Hasil penelitian ini menemukan bahwa anak yang mengonsumsi Raskin memiliki status gizi yang lebih baik dibandingkan anak yang tidak mengonsumsi Raskin. Hubungan yang signifikan ditemukan pada status gizi stunting, sedangkan untuk status gizi underweight dan wasting tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik. ......Hunger and malnutrition problems on children are still common in Indonesia. Both of these problems have a relationship, when a person experiences food shortages then he will have a potential to experience nutritional problems. This research will look at the long-term impact of Raskin on children's health. The age of children, that are studied in this study, is 7 until 12 years old and also live in poor household. Children's health will be measured using an anthropometric approach in the form of z-score. The nutritional status of children that used in this study are stunting which is derived from the height-for-age indicator, underweight from the weight-for-age indicator, and wasting from the BMI-for-age indicator. This study uses IFLS 4 and 5 data and logit regression method. The results of this study found that children who consume Raskin has better nutritional status than children who do not consume Raskin. A significant relationship is found in stunting nutritional status, while for underweight and wasting status has no statistically significant relationship.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Leila Mutia
Abstrak :
ABSTRAK Menarche adalah haid pertama yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, dimana fungsi sistem reproduksi dalam keadaan sehat dan tidak hamil. Umur menarche cenderung menurun jika tidak disertai dengan pemenuhan gizi yang sesuai kebutuhan dan dapat mempengaruhi perkembangan fungsi organ tubuh sehingga menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi yang berdampak pada gangguan haid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan status menarche dengan disain cross sectional yang dianalisis menggunakan uji chi-square dan t-test. Sampel penelitian sebanyak 113 responden yang dilakukan di SDN Pancoran Mas 2 Depok pada Maret 2011. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 87% responden belum menarche dan 23% responden sudah menarche. Rata-rata usia menarche adalah 133.69 ± 7.002 bulan. Dengan usia termuda 121 bulan dan usia tertua 145 bulan. Analisis bivariat menunjukkan hubungan signifikan antara status gizi dengan status menarche dengan nilai p=0.007. Terdapat juga hubungan yang signifikan antara usia menarche ibu dengan status menarche responden dengan nilai p=0.001. Perlu diadakan penyuluhan dan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) di sekolah tentang kesehatan reproduksi terutama menarche dan gizi pada remaja, khususnya melibatkan ibu dalam kegiatan ini.
ABSTRACT Menarche is the first menstruation which is a sign of maturity of a woman, in which the function of reproductive system in good health and did not pregnant. Age of menarche tends to decrease if have not accompanied by adequate intake of nutrients which could caused reproductive dysfunction and menstrual disorders. The purpose of this study is to identify the relationship between nutritional status and the status of menarche with cross-sectional design and statistical analysis used was chi-square and t-test. The study have been done with 113 respondents conducted in SDN Pancoran Mas Depok 2 in March 2011. Results showed 87% of respondents have not menarche and 23% of respondents have menarche. The average age of menarche was 133.69 ± 7.002 months. The youngest age was 121 months and the oldest age was 145 months. Bivariate analysis showed a significant relationship between nutritional status with the status of menarche and p=0.007, there was also significant relationship between mother?s age of menarche with status of menarche and p=0,001. Need to establish a counseling and communitation, information and education (CIE) programs at school about reproductive health particularly menarche and nutritions in adolescents, especially those involving mothers in these activity.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>