Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bako, Mery Rosalin
"Masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi keluarga telah menjadi persoalan yang mengemuka di negara ini semenjak terjadi krisis ekonomi tahun 1997. Masalah ini paling berat dirasakan oleh kelompok masyarakat Indonesia berpenghasilan rendah, dimana sehubungan dengan rendahnya pendapatan rumah tangga yang diterima tidak dapat mengimbangi membumbungnya harga bahan-bahan kebutuhan pokok, terutama kebutuhan makanan yang terjadi sebagai akibat dari krisis ekonomi.
Namun demikian sebagai kebutuhan hidup pokok dan harus dipenuhi, maka orang akan berusaha untuk mencukupinya. Bagaimana respons kelompok masyarakat berpenghasilan rendah di daerah perkotaan, khususnya di Jakarta menghadapi krisis ekonomi terutama dalam pemenuhan kebutuhan makanan anggota keluarga atau rumah tangga dan strategi apa yang ditempuh dalam mengatasi masalah tersebut, dibahas dalam tesis ini.
Penelitian yang dilakukan terhadap kelompok rumah tangga berpenghasilan rendah di RW 06 Kelurahan Paseban Jakarta Pusat menemukan bahwa untuk mengatasi masalah krisis makanan dalam rumah tangga, maka rumah tangga-rumah tangga berpenghasilan rendah yang diteliti melakukan dua strategi adaptasi yaitu, pertama : strategi internal rumah tangga, terdiri dari 1) merubah menu makanan; 2) mengurangi pengeluaran kebutuhan lain di luar makanan dan membatasi menu makan; 3) merubah pola makan dan 4) mencari penghasilan tambahan. Kedua, strategi eksternal rumah tangga dimana individu-individu dalam rumah tangga aktif memanfaatkan jaringan hubungan yang ada dalam masyarakat untuk mencapai kepentingan memenuhi kebutuhan makanan. Jaringan hubungan yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah jaringan kerabat, jaringan tetangga dan jaringan campuran kerabat dan tetangga.
Penelitan ini menemukan bahwa jaringan sosial yang ada dalam masyarakat memberikan kontribusi yang berarti bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi rumah tangga yang diteliti. Jaringan sosial merupakan salah satu strategi penting yang memberikan rasa aman bagi anggota rumah tangga ketika mengahadapi situasi sulit, khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Bertolak dari temuan ini, maka saya mengusulkan agar dalam penelitianpenelitian yang berhubungan dengan cara pemenuhan kebutuhan makanan khususnya pada masyarakat kompleks atau setting perkotaan, agar memperhatikan aspek jaringan sosial dalam masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khouw Loanita Theresiana
"Jendela paling kritis kurang gizi terletak pada usia 6-12 bulan karena air susu ibu (ASI) saja sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi. Sehingga diperlukan makanan pelengkap ASI yaitu makanan pendamping ASI (MP-ASI). Praktek pemberian MP-ASI dipengaruhi berbagai faktor antara lain faktor biologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan pelayanan kesehatan sehingga menimbulkan banyak permasalahan dalam praktek pemberian MP-ASI tersebut. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai praktek pemberian MP-ASI dan faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek pemberian MP-ASI pada bayi 4-11 bulan di Kabupaten Tangerang.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang / cross sectional pada bayi umur 4-11 bulan di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, di mana pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2002. Sebagai sampel adalah ibu yang mempunyai bayi berusia 4-11 bulan yang diambil sesuai dengan metode survei cepat (Ariawan, 1996), menggunakan rancangan cluster dengan cara probability proportional to size (pps), sehingga didapat jumlah sampel sebesar 300 responden, dan pada waktu pelaksanaan ternyata 1 responden sudah pindah sehingga akhirnya diperoleh data dari 299 orang ibu yang mempunyai bayi 4-11 bulan.
Pengumpulan data dilakukan oleh 6 orang alumni Akademi Gizi Jakarta yang telah dilatih lebih dahulu. Variabel dependen yaitu praktek pemberian MP-ASI dan variabel independen adalah umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga dan peran petugas kesehatan. Untuk melengkapi data pada variabel praktek pemberian MP-ASI, juga dilaksanakan diskusi kelompok terarah di 2 desa cluster yang masing-masing dihadiri oleh ± 10 orang tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader posyandu. Sedangkan untuk variabel peran petugas kesehatan dilengkapi dengan wawancara langsung terhadap 29 oang pembina desa di lokasi penelitian. Analisis yang dilakukan adalah univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi 59,2% praktek pemberian MP-ASI yang baik dan 40,8% dengan praktek pemberian MP-ASI yang kurang balk. Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan praktek pemberian MP-ASI adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, dan peran petugas kesehatan (p < 0,005), sedangkan variabel umur ibu, pengetahuan gizi dan pendapatan keluarga tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek pemberian MP-ASI (p > 0,005). Hasil analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan praktek pemberian MP-ASI adalah peran petugas kesehatan dengan OR 3,6 yang berarti ibu yang tidak mendapatkan peran petugas kesehatan mempunyai peluang 3,5697 kali untuk praktek pemberian MP-ASI yang kurang baik dibandingkan dengan ibu yang mendapat peran petugas kesehatan yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa praktek pemberian MP-ASI di Kabupaten Tangerang belum optimal karena masih ada 40,8% dengan praktek pemberian MP-ASI yang kurang baik. Untuk itu disarankan adanya dukungan langsung dari pembuat kebijakan dengan lintas sektor terkait untuk meningkatkan pendidikan, adanya tempat penitipan bayi di sekitar tempat kerja, meningkatkan pemeliharaan ternak di tingkat keluarga. Untuk instansi kesehatan dalam hal ini Dinas Kesehatan , Puskesmas dan Organisasi Profesi didalamnya seperti IDI, IBI agar meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan motivasi mengenai praktek pemberian MP-ASI dengan tepat dan benar. Untuk peneliti lain agar dapat dilanjutkan dengan penelitian kohort mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan fisiologi pengeluaran ASI pada hari-hari pertama yang menyebabkan tingginya pemberian makanan prelakteal.

The most critical window of malnourished is on age 6-12 months, since the only breast-feeding is not enough to complete the nutrition need of infant. So it is need food complete the breast-feeding, that is food for complementary feeding. The practice in giving complementary feeding is influenced some factors, among others biology, economy, social culture, technology and health service, so raise a lot of problem in practice of giving the complementary feeding. The objective of this study was to obtain the information on the practice in giving complementary feeding and the factors that related to the practice of giving complementary feeding on infant age 4-11 months in Tangerang District.
This study design was cross-sectional on infant age 4-11 months in Tangerang District, Banten Province, where the data was conducted on March 2002. The sample was the mothers having infant age 4-11 months that taken based on rapid survey method (Ariawan, 1996), using cluster design by probability proportional to size (pps), so it obtained the number of sample was 300 respondents. On the implementation, the fact that 1 respondent had moved, so finally it obtained 299 mothers having infant age 4-11 months.
The data was collected by 6 alumnus of Nutrition Academy of Jakarta, which trained in advance. Dependent variable was the practice of giving complementary feeding and independent variable were mother's age, mother's education, mother's occupation, the knowledge of mother's nutrition, the number of family, family income and role of health provider. To complete the date on practice in giving complementary feeding variable, it also conducted the Focus Group Discussion at 2 cluster villages, where in each village attended by ± 10 community leaders, religion leaders and cadre. While for variable on the role of health provider it completed with in-depth interview to 29 village referrals at the study location. The analysis that conducted was univariate, bivariate and multivariate by logistic regression.
The result of this study showed that the proportion was 59.2% having good practice in giving complementary feeding and 40,8% was not good in practice in giving complementary feeding. Based on bivariate analysis known that the variable that having significant relationship with the practice in giving complementary feeding was mother's education, mother's occupation, number of family member, and the role of health worker (p<0.005). While the variable of mother's age, the knowledge on nutrition and family income have not significant relationship with practice in giving complementary feeding (p>0.005). The result of logistic regression multivariate analysis showed that the variable that the most dominant having relationship with practice in giving complementary feeding was the role of health provider with OR 3,5697. It means that the mother who had not get the role of health provider having tendency as 3.5697 times for practice in giving complementary feeding that was not good compared with mother whose obtain the role of good health provider.
Based on this study, it can be concluded that the practice in giving complementary feeding at Tangerang District is not optimal yet, since there is still 40,8% with practice in giving complementary feeding not good. It is recommended the availability of direct role from policy maker by related cross sector to improve education, the availability of day-care for infant at around the working place, and improving animal care at the family level. For health Institution, i.e. Local Health Service, Health Center and profession organization such as Association of Indonesia Medical Doctors, Association of Indonesian Midwives in order to improve their knowledge, skill and motivation on the practice in giving MP-ASI correctly and timely. For other researchers should continue cohort study on the factors that related to physiology breast-feeding expenses on the first day that caused to the high in giving the pre-lactation food.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Susilowati
"The urban population in Indonesia will soon be 50% of its total population. In the past, nutrition improvement programs were addressed to the rural community stressing on underweight. It is presumed that in the urban area both under and overweight are found. However, data on the subject are insufficient. A cross sectional study was done in East Jakarta. The study consisted of 679 households and 3442 peoples were chosen through a multistage random sampling. The analyses of the findings were based on households as well as on individuals.
The households were categorized based on the anthropometry of the individual family members. The indicator used, was BMI with a cut off 18.5 and 25 for those aged 17 years and more, and weight-for-age based on NCHS median + 2SD for those aged less then 17-year-old. Four households' categorizations were identified, Normal (all members had normal anthropometric status) 22.2%, Normal-Under (a combination of normal and underweight) 31.6%, Normal-Over (a combination of normal and overweight) 27.1% and Normal-Under-Over (a combination of normal, under and overweight) 17.2%. It covered 98.3% of all households.
Within households classified as having any overweight members, there were 37.9% overweight adults vs 2.3% overweight children. Within households classified as having any underweight members, there were 26.9% underweight adults vs 35.8% underweight children. Poorer households and households with children faced the risk for having underweight members, while richer households and households with adults faced the risk for having overweight members. Underweight is not only caused by poor socioeconomic background. There were differences in the food distribution patterns among the household members, and households with over weight members consumed more variety of foods.
Among children aged less than 17 years old, 21.4% were stunted (HAZ<-2SD), and 21.2% were underweight (WAZ<-2SD). Children aged less than 11 years 11.4% were wasted (WHZ<-2SD)_ Children aged less than 17 years whose HAZ, WAZ and WHZ were 2SD were less than 3%. Children aged 11 to 17 years old whose BMI was below 5%-tiles were 5.2%, while those whose BMI was above 85%-tiles were 15.2%. Adults aged 17 to 55 years old with BMI <18.5 were 15.6% and those with BMI >25 was 19.6%_ People aged more than 55 years old with BMI <18.5 was 18.7%, while those with BMI of X25 were 20.9%. Thus, underweight was prevalent in all age groups, but overweight was mainly found in adults and elderly. Among the adolescents the older age group showed a tendency of being overweight.
It is recommended that, household groupings according to the anthropometric status of the nuclear family members can be used as a screening method which serves the purpose of distinguishing the target population, in administrative, and project design and management terms, and to do an anthropometry assessment at regular intervals for all age groups. Special attention to detect overweight among adolescents should be given. Prevention of overweight in the community requires a multi sectoral approach rather than purely nutrition oriented programs. To continue the existing programs in nutrition and health, to prevent underweight in the community, especially for under fives, school children and adults. Within the poorer households there is positive deviance (as shown in Normal groups), this gives room for intervention."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
D384
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fifijanti Santoso
"ABSTRACT
A total of 40 households with pre-scholars belonging to East Jakarta District were surveyed for their intra household food distribution practices using food weighing and 24 h recall method for three consecutive days. It generally aimed to examine the contribution of intra-household food distribution practices to the nutritional status of the households' members.
Two groups of 20 households represented the study households, one group with low household income (less than Rp 37,500 or US $ 17/capita/month), the other with higher household income (more or equal to Rp 66,000 or US $ 301capitalmoth).
Results revealed that fathers and children of higher income group were better nourished than fathers and children of low-income group, but no difference between the mothers. The energy distributions were more or less equal in both low and higher income group. In low-income group the parents got more protein adequacy (the mothers got 108.7 % and the fathers got 108.4 %) than the children (83.9%). In higher income group, all household members got adequate protein (the fathers got 131.4%; the mothers got 110.4 % and the children got 124.8%). Low-income households assured themselves of sufficient intake of rice; oil; sugar and snacks whereas the higher income households consumed higher intake of milk; meat; egg; fruits & vegetables. Findings seemed to indicate that there were differences in the food distribution patterns between low and higher income group and these patterns closely associated with the nutritional status of household members.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryati
"Ikan sebagai bahan makanan telah diidentifikasi sebagai pangan yang memiliki keunggulan tertentu. Ikan menyediakan protein hewani yang relatif tinggi, juga memberikan asam-asam lemak tak jenuh yang esensial diperlukan bagi tubuh manusia. Ikan juga merupakan sumber vitamin A yang sangat terkenal, di samping sumber vitamin-vitamin lainnya dan berbagai mineral yang diperlukan bagi tubuh manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk Memperoleh Gambarat kebiasaan makan ikan serta hubungannya dengan status gizi anak usia 6-59 bulan pada keluarga nelayan harian di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Variabel yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berat badan dan tinggi badan anak, karakteristik anak, karaktristik ibu, Kebiasaan makan ikan, penyakit infeksi, berat badan lahir. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan pegambilan data langsung di lapangan (data primer). Penelitian ini bersifat cross sectional, diperoleh dengan metode survey dan hasilnya diuraikan secara deskriptif. Sampel yang diperoleh berjumlah orang 42 orang.
Berdasarkan indikator BB/U ditemukan sebanyak 2,4% anak mempunyai status gizi buruk, dan 31% anak mempunyai status gizi kurang, berdasarkan indikator TB/U 26,2% anak mempunyai tinggi badan pendek, dan berdasarkan indikator BB/TB anak dengan kategori sangat kurus sebanyak 2,4% dan 26,2% anak termasuk dalam kategori sangat kurus. Ada hubungan antara kelompok umur anak balita dengan status gizi dengan indeks TB/U. Ada hubungan antara pemberian obat cacing dengan status gizi dengan indeks TB/U. Ada hubungan antara pemberian ASI dengan status gizi dengan indeks BB/U.
Sebaiknya dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yang lebih kuantitiatif dan jumlah sampel yang lebih banyak dan Puskesmas Kelurahan Pulau Tidung perlu adanya peningkatan pemahaman kepada istri nelayan tentang keseimbangan zat gizi dan status gizi dan perlu adanya pelatihan tentang cara pengolahan ikan agar lebih variatif. Untuk Kelurahan Pulau Tidung perlu adanya peningkatan pendidikan nelayan dengan mengadakan program kejar Paket B dan C.

Fish as food substance has been identified as food with certain benefits. Fish provides high animal protein, and also giving essential unsaturated fatty acid which needs by human being body. Fish is one of Vitamin A source which very famous, instead other vitamins and minerals source that needed by human body.
This research was aimed to obtain the description about eating fish habit and its relation with nutrition status of children age 6-59 months at daily fishermen families in Tidung Island, Seribu Archipelago. The selected variable in this research is weight and height of the children, children and mother`s characteristics, eating fish habit, infection disease, and weight born. Research data were primary data. This is cross sectional research with survey method and the result explained descriptively. The samples obtained were 42 people.
Based on BB/U indicator found as 2,4% child having bad nutrition status and 31 children having lack of nutrient status. Based on TB/U indicator 26,2% children have short height, and based on BB/TB indicator children with very thin category as 2,4% and 26,2% include in thin category. There is relation between groups of baby under five year`s old age with nutrition status by TB/U index. There is relation between anthelmintic given with nutrient status by TB/U index. There is relation between mother`s milk with nutrient status by BB/U index.
It`s recommended for other researcher to doing research with more quantitative method and much more samples. The public health center of Tidung Island needs to improve the fishermen`s wife understanding about nutrient balance and status. The training in fish food producing for more varied is need. Tidung district needs fishermen education improvement by running Packet B and C programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Feni Amelia Puspitasari
"[ABSTRAK
Pemenuhan nutrisi pada bayi prematur seringkali menimbulkan masalah yang diakibatkan oleh imaturitas fungsi pencernaannya. Asuhan keperawatan yang tepat dapat mendukung keberhasilan terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi prematur. Asuhan keperawatan berbasis Model Konservasi Levine telah digunakan dalam menganalisis pemenuhan nutrisi pada bayi prematur melalui aplikasi praktik residensi pada lima kasus terpilih di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada bulan Maret-Mei tahun 2015. Analisis aplikasi Model Konservasi Levine melalui tahapan pengkajian, tropokognosis, hipotesis, intervensi, dan evaluasi. Tropikognosis utama terjadi pada konservasi energi yaitu masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Keberhasilan aplikasi Model Konservasi Levine terjadi pada empat kasus. Masalah nutrisi pada satu kasus lain belum teratasi. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan faktor-faktor lain seperti hipomotilitas, tersangka sepsis, dan imaturitas fungsi pencernaan. Keberhasilan penerapan Model Konservasi Levine dicapai melalui kompetensi perawat sebagai pemberi asuhan, edukator, promotor kesehatan, konsultan, inovator, dan peneliti.ABSTRACT Fulfillment of nutritional needs on premature baby occasionally give rise to problems that lead into immaturity digestive system. Nursing care that execute correctly can support to solve this problems. Levine?s Conservation Model is being used to analyze nutrition achievement on preterm baby through nursing practice residency on selected five cases in Perinatology Unit on Cipto Mangunkusumo Hospital. The analysis of Levine?s Conservation Model through stages of assessment, trophicognosis, hypothesis, intervention, and evaluation. The main trophicognosis founded on conservation energy, the imbalance of body needs nutrition. Four of five cases have been succeded using Levine?s Conservation Model. The other one still has nutrition problem. This problem related to another factors, like intestine hypomotility, suspect of sepsis, and the immaturity of intestinal function. The objectives of nursing care can be achieved through nurse?s role as a good caregiver, educator, health supervisor, consultant, innovator, and researcher.;Fulfillment of nutritional needs on premature baby occasionally give rise to problems that lead into immaturity digestive system. Nursing care that execute correctly can support to solve this problems. Levine?s Conservation Model is being used to analyze nutrition achievement on preterm baby through nursing practice residency on selected five cases in Perinatology Unit on Cipto Mangunkusumo Hospital. The analysis of Levine?s Conservation Model through stages of assessment, trophicognosis, hypothesis, intervention, and evaluation. The main trophicognosis founded on conservation energy, the imbalance of body needs nutrition. Four of five cases have been succeded using Levine?s Conservation Model. The other one still has nutrition problem. This problem related to another factors, like intestine hypomotility, suspect of sepsis, and the immaturity of intestinal function. The objectives of nursing care can be achieved through nurse?s role as a good caregiver, educator, health supervisor, consultant, innovator, and researcher., Fulfillment of nutritional needs on premature baby occasionally give rise to problems that lead into immaturity digestive system. Nursing care that execute correctly can support to solve this problems. Levine’s Conservation Model is being used to analyze nutrition achievement on preterm baby through nursing practice residency on selected five cases in Perinatology Unit on Cipto Mangunkusumo Hospital. The analysis of Levine’s Conservation Model through stages of assessment, trophicognosis, hypothesis, intervention, and evaluation. The main trophicognosis founded on conservation energy, the imbalance of body needs nutrition. Four of five cases have been succeded using Levine’s Conservation Model. The other one still has nutrition problem. This problem related to another factors, like intestine hypomotility, suspect of sepsis, and the immaturity of intestinal function. The objectives of nursing care can be achieved through nurse’s role as a good caregiver, educator, health supervisor, consultant, innovator, and researcher.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkya Nur Annisa Putri
"Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan ?Window of opportunity?. Pada masa ini, seorang anak memerlukan asupan zat gizi yang seimbang baik dari segi jumlah maupun proporsinya untuk mencapai berat dan tinggi badan yang optimal. Gizi kurang ataupun gizi buruk yang terjadi pada masa baduta akan sangat mempengaruhi masa pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini akan membawa dampak negatif terhadap kondisi kesehatan baduta tersebut di masa yang akan datang
(masa dewasa). Masalah gizi kurang maupun gizi buruk yang terjadi pada baduta di Depok tergolong sangat serius. Tren gizi buruk yang terjadi sejak tahun 2003 hingga 2007 selalu mengalami peningkatan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran status gizi baduta di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas, Depok, tahun 2008 dan faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan status gizi tersebut. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Data Dasar Gizi dan Kesehatan Baduta dan Bumil di Kecamatan Pancoran Mas, Depok, tahun 2008, dengan desain studi cross sectional. Jumlah sampel adalah 570 baduta. Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan mendeskripsikan variabel dependen dan independen. Sedangkan analisis bivariat bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan dependen, yaitu dengan menggunakan uji
chi square (X2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3,8% tergolong obese, 6,6% tergolong overweight, 9,7% berisiko overweight, 65,6% memiliki IMT yang sesuai dengan umurnya (normal), 11% baduta tergolong kurus, dan 3,4% tergolong sangat kurus. Berdasarkan hasil uji chi square, ternyata penyakit infeksi memiliki hubungan yang bermakna sengan status gizi baduta. Sedangkan anggota keluarga yang merokok dan perilaku menyusui tidak berhubungan dengan status gizi. Begitu juga dengan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif, pekerjaan, dan pendidikan ibu yang tidak berhubungan dengan perilaku menyusui.
Untuk meningkatkan status gizi baduta, disarankan pemerintah setempat untuk meningkatkan kampanye mengenai perilaku hidup bersih dan sehat agar pengetahuan masyarakat terutama ibu baduta dapat meningkat. Selain itu, kampanye mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif juga perlu ditingkatkan mengingat masih rendahnya persentase ibu yang memberikan ASI eksklusif. Kader sebagai sahabat
sumber informasi terdekat bagi masyarakat dapat meningkatkan fungsinya dengan cara membuka pelayanan konseling bagi ibu-ibu hamil atau menyusui mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI (makanan pendamping ASI). Perlu diadakan penelitian lebih dalam mengenai hubungan antara anggota keluarga yang merokok dengan status gizi baduta atau faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi baduta."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : UPGK, 2000
612.3 IND b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Widianto
"ABSTRAK
Prevalensi gizi lebih pada remaja setiap tahunnya mengalami peningkatan. Salah satu penyebab dari gizi lebih adalah kurangnya konsumsi sayuran-buah dan aktifitas fisik. Keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi aktifitas dan konsumsi sayuran-buah pada remaja, sehungga diperlukan cara untuk membimbing keluarga yaitu melalui coaching kesehatan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi coaching kesehatan terhadap peningkatan perilaku makan sayur buah dan latihan fisik pada keluarga. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Jumlah sampel yang digunakan adalah 10 keluarga dengan remaja gizi lebih. kuesioner yang digunakan adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang permasalahan gizi, food recall, dan activity daily recall. Penelitian ini menunjukan bahwa intervensi coaching kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap perilaku keluarga tentang praktik gizi lebih, peningkatan konsumsi sayuran-buah dan aktifitas fisik Kata kunci: Coaching Kesehatan, Aktivitas Fisik, Sayuran, Buah, Gizi Lebih, Obesitas, Remaja ABSTRACT
The prevalence of overweight iin adolescents each year has increased. One of the causes from overweight is the lack of consumption of fruit vegetables and physical activity. Family is a factor that affects the activity and consumption of vegetables in adolescents, so it takes a way to guide the family through health coaching. The purpose of this paper is to determine the effect of health coaching interventions on improving the eating behavior of fruit vegetables and physical exercise on the family. The purpose of this study was to determine the effect of health coaching intervention on increasing knowledge of family, attitudes and behaviors about overweight practices, improving the eating behavior of fruit vegetables and physical exercise on the family. The method used is case study. The number of samples used is 10 families with overweight adolescents. Questionnaires used are knowledge, attitude and skills about nutrition problems, food recall, and activity daily recall. This study demonstrates that health coaching interventions can increase knowledge, family behavior attitudes about overweight practices, increased consumption of fruit vegetables and physical activity.Keywords Health Coaching, phisycal Activity, Vegetables Fruits, Overweight, Obese, Adolescents"
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shoffi Hanifa
"Penelitian ini meneliti keseimbangan antara stres dan pemulihan, yang tergambar dalam recovery-stress state/RSS atlet. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya perbedaan posisi pemain, tingkat hidrasi, tipe olahraga, pengalaman pemain, starting status, serta tingkat latihan pada RSS atlet di Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar DKI Jakarta pada tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang.
Hasil penelitian ini menunjukkan 71,4 responden tergolong dehidrasi dan 73,5 responden memiliki RSS buruk, dengan rata-rata skor tertinggi pada skala penilaian conflicts/pressure. Selain itu, perbedaan posisi pemain pada RSS terbukti signifikan pada seluruh responden maupun pada responden laki-laki.

The focus of this study is the balance between recovery and stress, which can be seen from recovery stress state RSS of athletes. The purpose of this study is to know the diffrences between player position, hydration level, sport type, player experience, starting status, and exercise level on RSS of athletes on Students Sport Training Center of DKI Jakarta in 2018. This is a quantitative research with cross sectional design.
The result of this research shows that 71,4 respondents are dehydrated and 73,5 respondents has a bad RSS, with highest mean score in conflicts pressure scale. Moreover, the difference between player position on RSS of athletes is significant on all respondents and on male respondents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>