Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shaza Fadhilah
Abstrak :
Latar belakang: Corona Virus Disease 19 (COVID-19) merupakan sebuah kumpulan gejala permasalahan saluran napas atas yang disebabkan olehh virus SARS-CoV-2. Penyakit ini telah menjadi permasalahan global, dan diketahui bahwa populasi lanjut usia memiliki risiko jangkitan dan mortalitas yang tinggi. Prevalensi mortalitas pasien COVID-19 lanjut usia adalah 49,9%. Angka ini sangatlah tinggi karena pasien lanjut usia memiliki faktor risiko yang lebih banyak dibandingkan populasi dewasa, faktor risiko tersebut adalah usia, komorbiditas, dan adanya perubahan fungsi tubuh. Salah satu faktor risiko yang penting untuk dipertimbangkan dalam menilai prognosis adalah status nutrisi pasien. Disebutkan bahwa pasien lanjut usia memiliki prevalensi risiko malnutrisi yang tinggi yaitu berkisar antara 18-78%. Oleh karena itulah penelitian memiliki tujuan untuk melihat hubungan status nutrisi dengan mortalitas pasien COVID-19 berusia lanjut. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medis pasien Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo. Hasil: Total subjek penelitian berjumlah 459 orang dengan pasien berusia 60-69 tahun sebanyak 302 orang (65,7%) dan pasien berusia ≥70 tahun sebanyak 157 orang (34,2%). Rata-rata usia subjek penelitian adalah 67,78 ± 6,9 tahun dengan median 66 tahun. Jenis kelamin subjek yang paling mendominasi adalah laki-laki dengan jumlah 279 orang (60,8%). Sebanyak 177 orang (38,6%) dinyatakan berisiko malnutrisi menggunakan asesmen malnutrition screening tool (MST). Angka mortalitas dalam perawatan pasien COVID-19 berusia lanjut adalah 28,3%. Pada analisis bivariat, didapatkan bahwa malnutrisi memiliki hubungan yang signifikan pada mortalitas pasien COVID-19 berusia lanjut dengan relative risk 2,63 (95% CI: 2,603-6,273; p = 0,000). Kesimpulan: Malnutrisi meningkatkan risiko mortalitas pasien COVID-19 berusia lanjut. ......Introduction: Corona Virus Disease 19 (COVID-19) is a disease that is caused by SARS-CoV-2 and can be identified by several respiratory symptoms. This disease has been a global threat in every country, and it is known that elderly population have the greatest risk of infection and mortality. The mortality prevalence of eldery patients infected by COVID-19 in Indonesia is 49,9%. The prevalence is so high because elderly patient carries a lot of risk factors, such as age itself, comorbidities, and functional body change. One of the risk factors that we need to consider to be prognostic factors is nutrition status. Malnutrition prevalence in elderly patients is estimated to be 18-78%. With that in mind, this research is intended to look at the effect of nutrition status on mortality in COVID-19 elderly patients.      Method: This research is using retrospective cohort as its study design. We used secondary data from the Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo patient’s medical records. Result: There are 459 research subjects with 302 people (65,7%) in the 60-69 years old age population and 157 remaining people (34,2%) in ≥ 70 years old age population. The mean age in this study was 67,78 ± 6,9 years old with the median of 66 years old. This study population was dominated by males group of 279 people (60,8%). A total of 177 people was diagnosed with risk of malnutrition by malnutrition screening tool (MST) assessment. In-hospital mortality occurred for 28,3% from total sample population.  Bivariat analysis showed that malnutrition has a significant relationship with mortality in COVID-19 elderly patients with a relative risk of 2,63 (95% CI: 2,603-6,273; p = 0,000). Conclusion: Malnutrition increased the mortality risk for COVID-19 elderly patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyadi Budi Sulistyoaji
Abstrak :
Latar Belakang Jumlah lansia diperkirakan akan terus bertambah setiap tahunnya, dan erat kaitannya dengan perubahan kebutuhan gizi. Malnutrisi dapat terjadi jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dan menjadi faktor risiko frailty pada lansia. Asupan energi adekuat merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan status gizi dan konsumsi produk susu berperan sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral yang berperan dalam memelihara massa otot, kekuatan tulang, dan berat badan lansia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan asupan energi dan konsumsi produk susu dengan status gizi. Metode Penelitian observasional analitik menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan pada 104 lansia di komunitas berusia lebih dari 60 tahun yang terdaftar pada Poliklinik Rawat Jalan Geriatri RSCM periode April-Oktober 2019 dengan menggunakan Mini Nutritional Assessment, catatan makan 3 hari, dan semi-quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ) untuk kategori susu dan olahannya. Analisis hubungan dilakukan dengan uji chi-square. Hasil Sebagian besar responden memiliki asupan energi cukup atau memenuhi 80-110% AKG. Jumlah laki-laki yang memiliki asupan energi cukup (63,2%) dan konsumsi produk susu sesuai kriteria (38,6%) lebih banyak dibandingkan perempuan. Sebanyak 64 (61,5%) partisipan tidak memenuhi konsumsi produk susu sesuai kriteria. Median (min-maks) untuk konsumsi produk susu total sebesar 44 (0-639) gram/hari. Uji chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan status gizi lansia (p = 0,339) dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi produk susu dengan status gizi lansia (p = 1,000). Kesimpulan Tidak terdapat hubungan antara asupan energi dan konsumsi produk susu dengan status gizi lansia. ......Introduction The number of elderly people is expected to keep growing annually, which is closely related to changes in nutritional needs. Malnutrition can occur if these needs are not met and become a risk factor for frailty in the elderly. Adequate energy intake is one of the factors associated with nutritional status and dairy consumption serves as a source of protein, vitamin, and mineral that play a role in maintaining muscle mass, bone strength, and the weight of the elderly. This research is conducted to analyze the relationship between energy intake and dairy consumption with nutritional status. Method An analytical observational study with cross-sectional design was conducted on 104 community-dwelling older adults aged over 60 years who were registered at the Outpatient Geriatric Clinic RSCM during April to October 2019. This study used Mini Nutritional Assessment, 3-day food record, and semi-quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ) specifically for dairy products. Analyses of the relationship between variables were performed using the chi-square test. Results The majority of respondents had sufficient energy intake, meeting 80-110% of the Recommended Daily Allowance (RDA). The number of males with adequate energy intake (63.2%) and dairy consumption meeting the criteria (38.6%) was higher than that of females. A total of 64 participants (61.5%) did not meet the criteria for dairy consumption. The median (min-max) for total dairy consumption was 44 (0-639) grams per day. Chi-square tests indicated no significant relationship between energy intake and the nutritional status of the elderly (p = 0.339). Additionally, there was no significant relationship between dairy consumption and the nutritional status of the elderly (p = 1.000). Conclusion There was no association between energy intake and dairy consumption with the nutritional status of the elderly in this study.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Yasmina Ananda
Abstrak :
Menjaga pola konsumsi yang sehat, yaitu bergizi seimbang, selama pandemi COVID-19 merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan guna menjaga daya tahan tubuh, sehingga menurunkan risiko terinfeksi COVID-19. Kelompok pra lansia dan lansia menjadi salah satu kelompok yang terdampak pandemi COVID-19, baik secara sosial dan ekonomi, sehingga dapat memengaruhi kemungkinan terjadinya perubahan pola konsumsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola konsumsi selama pandemi COVID-19 pada kelompok pra lansia dan lansia, serta faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional yang berlangsung pada bulan Maret sampai dengan Juni 2021. Pengumpulan data dilakukan secara daring dan metode sampling yang digunakan, yaitu snowball sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 152 orang yang berusia ≥46 tahun dan bertempat tinggal di DKI Jakarta. Pengkategorian pola konsumsi selama pandemi COVID-19 dilakukan dengan menggunakan algoritma k-mean. Uji T dependen, uji Wilcoxon, dan uji Chi-Square dilakukan untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi sebelum dan selama pandemi, serta perbedaan pola konsumsi berdasarkan variabel independen. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat penurunan konsumsi sayur, buah, lauk pauk, dan air minum selama pandemi, serta adanya peningkat konsumsi minyak (p-value < 0,05). Diketahui bahwa sebanyak 57,2% responden mengalami perubahan pola konsumsi, baik perubahan ke arah sehat (30,9%) maupun ke arah tidak sehat (26,3%). Diketahui tidak ada perbedaan yang signifikan antara pola konsumsi selama pandemi dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, situasi pekerjaan, pendapatan, dan status tinggal. ......Maintain a healthy diet, which is a balanced diet, during the COVID-19 pandemic, is one thing to be considered because it helps strengthen our immune system and reduces the risk of being infected by COVID-19. Pre elderly and elderly are one of the vulnerable groups affected by the COVID-19 pandemic, both socially and economically, and consequently it affects the possibility change in dietary pattern. This study aimed to describe the dietary pattern during the COVID-19 pandemic in pre-elderly and elderly group, also determine related factors. This research used cross sectional study and was conducted between March to June 2021 through an online survey. This study was used snowball sampling to recruit participants. The number of respondents was 152 people aged 46 years or older and residing in DKI Jakarta. The k-mean algorithm was used to determine dietary pattern during pandemic. Dependent t-test, Wilcoxon t-test, and Chi Square test were conducted to determine differences in dietary pattern before and during COVID-19 pandemic, as well as differences dietary pattern during pandemic based on independent variables. The result of this study showed that decline consumption of vegetables, fruit, protein sources, and water during COVID-19 pandemic (p-value <0,05)., and there was an increase in oil or fat consumption (p-value <0,05). This study also showed that a half of the respondent, 57,2%, experienced changes in dietary pattern, both towards healthy diet (30,9%) and unhealthy diet (26,3%). There were no significant differences between dietary pattern during COVID-19 pandemic with age, gender, educational level, work situation, income, and living arrangement.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library