Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
The calculation of water fogging system for process conditioning the flue gas processor by elecron beam machine.In the course of gas processing flue gas needed water fogging to get condition moisture the desired that is from 7 % becoming 12 % with temperature processed at about 65 oC...
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sahala David
Abstrak :
Pada proses flotasi terdapat 3 sub-proses penting, yaitu penipisan interverensi dari lapisan fluida menjadi ketebalan kritis, pecahnya lapisan liquid terinterverensi dan pembentukan formasi kontak tiga fasa, serta ekspansi garis kontak tiga fasa mencapai kestabilan agregat. Kestabilan agregat menentukan keberhasilan proses separasi. Kestabilan agregat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu reagent, geometri dan ukuran partikel. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh geometri dan ukuran partikel terhadap stabilitas agregat. Eksperimental setup terdiri dari kolom flotasi dengan ukuran 9x9x26 cm dilengkapi dengan bubble generator, particle feeding system, dan video kamera berkecepatan tinggi (high speed video camera). Bubble generator berupa single nozzle berdiamater 0,3 mm yang dihubungkan ke programmable syringe pump. Particle feeding system terbuat dari pipet. Partikel yang digunakan dalam penelitian ini adalah partikel hasil tambang tembaga dengan bentuk sub-angular dengan ukuran antara 38-300 μm. Hasil rekaman high speed video camera diolah dan dianalisa dengan menggunakan image processing software. Hasil penelitian diharapkan akan menambah pemahaman pengaruh geometri dan ukuran partikel pada interaksi bubble-particle khususnya stabilitas agregat. Hasil eksperimen menunjukkan stabilitas agrgegat bubble-partikel dan waktu induksi (waktu partikel melekat pada bubble) dipengaruhi oleh ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar probabilitas terbentuk agregat yang stabil dan semakin panjang waktu induki. Partikel berukuran 38 𝜇m, 45 μm, 75 μm, 106 μm mamapu membentuk agregat stabil sehingga melekat pada gelembung. Sedangkan, partikel berukuran 150 μm dan 300 μm tidak mampu membentuk agregat stabil sehingga tidak melekat pada gelembung. ......There are three sub-proces on flotation. These processes are intervening liquid film intu critical thickness, rupture of liquid film forming three phase contact line, and expansion three phase contact line forming agregate stability. Agregate stability determines flotation efficiency. Agregate stability has some important factors such as reagent and particle geometry. This research focus on understanding effect of particle geometry to agregate stability. Experimental setup consists of 9x9x26 cm flotation coloumn made of glass, bubble generator, particle feeding system, and high speed video camera. Bubble generator made from single nozzle with 0,3 mm diameter attached to programmable syringe pump. Particle feeding system made of pipette. Particle used in this research is taken from open pit Grasberg in timika, Papua. Parcile has sub-angular size and varies between 38-300 μm. Recordings from high speed video camera analyzed using image processing software. Experiment result shows thet agregate particle-bubble and induction time depends on particle size. The smaller particle size, the higher probability attachment, agregate stability, and iduction time. Particle with size 38 𝜇m, 45 μm, 75 μm, 106 μm able to form stable agregate. While, particle with size 150 μm and 300 μm unable to form stable agregate.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanto
Abstrak :
ABSTRAK
Efisiensi kerja sebuah ejector dipengaruhi oleh geometri perancangannya, dimana salah satunya adalah pemilihan diameter driving nozzle (d). Diameter driving nozzle biasanya digunakan sebagai perbandingan dengan diameter mixing chamber (D). Hasil kerja yang optimal bagi jet pump, nilai d yang diizinkan berkisar antara 0,14D sampai dengan 0,9D.

Pada penulisan ini akan dibahas mengenai perbandingan efisiensi air siphon untuk harga perbandingan d/D sebesar 0,27 dan 0,33 dengan air sebagai fluida suction. Pengambilan data dalam percobaan dilakukan dengan tekanan masuk pada nosel (Pj) divariasikan antara 0.4 Kg/cm2 hingga 3 kg/cm2 dengan setiap kenaikan sebesar 0,2 kg/cm2.

Dari hasil pengujian didapatkan hasil bahwa efisiensi air siphon dengan d/D = 0,27 menunjukkan hasil yang lebih baik daripada air siphon dengan d/D = 0,33 pada kondisi operasi yang sama.
2000
S37216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widarto Kusumo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S35987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Muchlis
Abstrak :
Air siphon merupakan alat pemindah fluida yang memanfaatkan energi dari udara bertekanan sebagai tenaga penggerak untuk mengangkat fluida cair dari sebuah bak dan memindahkannya ke tempat lain. Kelebihan air siphon dibandingkan dengan alat pemindah fluida lain adalah tidak memiliki komponen yang bergerak atau berotasi dan tidak membutuhkan proses pelumasan. Penelitian ini menggunakan air siphon berspacing nozzle (s) 0 mm dan 5 mm dengan memanfaatkan fluida air sebagai suction fluid. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah menghitung nilai effisiensi air siphon dan menganalisis perbedaan nilai effisiensi akibat perbedaan spacing nozzle jet. Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan berbagai alat pendukung seperti kompresor sebagai penghasil udara bertekanan, orifis sebagai pengukur debit udara bertekanan, 3 buah manomeler U sebagai pengukur beda tekanan, stop watch sebagai pengukur waktu dan gelas ukur sebagai penentu volume suction fluid. Tekanan pada nozzle jet divariasikan 1/5 kg/cm2, dari 2/5 kg/cm2 hingga 3 kg/cm2. Jenis fluida isi di dalam manometer adalah kerosene dan raksa. Volume suction fluid pada gelas ukur adalah 2 liter. Idealnya sebuah air siphon dapat mencapai nilai effsiensi maksimum mendekati 30%. Namun berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian dan kemudian diolah, make pada tekanan udara 3 kg/cm2, nilai effisiensi untuk air siphon berspacing nozzie 5 mm adalah 12,843% dan untuk air siphon berspacing nozzle 0 mm adalah 13,061%. ......Air siphon is a fluid displacement device that utilizes energy of pressurized gas as driven power to move fluid from one place to another. The advantages of air siphon compared to other fluid displacement devices are have no moving or rotating part and need no lubrication. This research uses 2 air siphons with nozzle jet spacing 5 mm and 0 mm, and utilizes water as suction fluid. The purpose of this research is to calculate the efficiency number of air siphon and to analyze the difference of efficiency number due to the difference of nozzle jet spacing. Some supporting devices are needed to make this research operate properly, such as gas compressor to generate pressurized gas, orifice to measure flow rate of pressurized gas, manometer, stop watch and measuring glass. Gas pressure in nozzle jet varies from 2/5 kg/cm2 to 3 kg/cm2. Fluids that are used in manometer are kerosene and mercury. Volume of suction fluid in measuring glass is 2-liter water. In reality, air siphon can achieve maximum efficiency number up to 30%. Based on data from research, at gas pressure 3 kg/cm2, the efficiency number is 12.843% for air siphon with nozzle jet spacing 5 mm and 13.061% for air siphon with nozzle jet spacing 0 mm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimaseta Rachmanda
Abstrak :
Biodiesel merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang berpotensi untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Biodiesel dibuat dengan minyak kelapa sawit dengan menggunakan reaktor berpengaduk dan katalis basa melalui reaksi transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi memiliki hambatan perpindahan massa akibat perbedaan viskositas antara alkohol dan minyak kelapa sawit di awal reaksi, sehingga membutuhkan waktu reaksi yang lebih lama. Reaktor jet column digunakan untuk mengatasi permasalahan perpindahan massa dengan memanfaatkan pencampuran antara fluida turbulen dan non-turbulen yang menghasilkan fenomena entrainment. Reaksi menggunakan nozzle rectangular dan sirkular. Yield biodiesel dengan menggunakan circular nozzle adalah 94.91 dan 92.00 untuk rectangular nozzle. Waktu mulainya asimptotik yield untuk reaksi transesterifikasi dengan reaktor jet column adalah 60 menit. Rasio mol yang lebih dari 6:1 tidak menunjukkan hasil yang signifikan dalam peningkatan yield. ......Biodiesel is a potential renewable energy resource which can be used to reduce dependencies on fossil fuel. Biodiesel produced by transesterification reaction in a stirred tank with base catalyst. Transesterification has an issue on mass transfer resistance due to significant viscosity difference, which resulted longer reaction time. Jet Column reactor used to reduce mass transfer resistance by utilizing turbulent mixing of turbulent and non turbulent fluid which resulted entrainment, a small scale mixing phenomena. Transesterification reaction used rectangular and circular nozzle. Circular nozzle yields 94.91 of biodiesel while rectangular nozzle yields 92.00 of biodiesel. Asymptotic reaction time for transesterification in a jet column reactor is 60 minutes. While molar ratios more than 6 1 aren rsquo t resulting significant effect on biodiesel yield.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Nozzle of RKX l00 rocket contributes 30 % to the total weight of the structure, so that allowing further research on weight reduction. An alternatiye for this is by substitution of massive graphite, which is currently used' as thermal protector in the nozzle, with thin layer of HVOF (High Velocity Oxy-Fuel) thermal spray layer. A series of study on the characteristics of various type of HVOF coating material have been conducted This paper presents the investigation on the HVOF Cr,C3-NiCr thermal spray coating, particularly, the optimization of bonding strength by varying surface roughness of substrates. Characterization includes bonding strength test, microhardness measurement and microstructural analysis by both optical and scanning electron microscopes (SEM). The results showed that grit blasting pressure increases the surface roughness from 4.54 ,urn to 5.72 _um at the pressure of 6 bar. Average microhardness of the coating is 631 VHN_;m.Coating applied to the Surface with roughness of 5.42 ,ann possessed the highest bonding strength of 4 4 MPa. Microstructural observation by using optical microscope and scanning electron microscope (SEM) confirmed dense lamellae structure with variable composition. High coating adherence was found to be due to mechanical interlocking.
Jurnal Teknologi, Vol. 20 (3) Maret 2006 : 203-208, 2006
JUTE-20-3-Sep2006-203
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library