Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tena Djuartina
Abstrak :
Gastro Esophageal Reflux Disease)  adalah suatu kondisi terjadinya refluks isi lambung ke dalam esophagus yang menyebabkan  berbagai gejala klinis. Penyebab dari GERD sudah banyak diketahui namun patofisiologi  densitas saraf pleksus Meissner dan pleksus Aurbach di daerah gastroesofagus junction (GEJ) akibat pemberian senyawa nitrat (NO3) sehingga menyebabkan  GERD belum diketahui. Metode : Membuat model hewan  GERD dan menilai variabel-variabel   pengaruh senyawa nitrat  di daerah GEJ menggunakan tikus wistar usia 10-12 minggu dengan berat badan 200-300 gram yang  dibagi dalam 4 kelompok :  kontrol (n=12) dan  kelompok perlakuan (n=36). Pada kelompok perlakuan dilakukan pemberian senyawa nitrat masing kelompok (n=12)  sebanyak 1 ml, 1.5 ml dan 2 ml  NaNO3 . Pada hari ke 2,4,6 dan 8 setelah   puasa dan diberikan  senyawa nitrat, sebanyak 3 tikus dari setiap kelompok dianalisis menggunakan pemeriksaan biokimia, histologi, histokimia dan imunohistokimia (IHK). Hasil: Tikus  model GERD berhasil dibuat. Dimana  pada hari ke 2 terdapat korelasi antara NO luminal dengan  fibroblast, NO jaringan dengan perpanjangan lamina propria, penebalan sel basal dengan limfosit, hiperplasi sel basal dengan  IHK IL6 dan perpanjangan lamina propria dengan  limfosit.  Pada hari ke 4 didapat korelasi antara NO luminal dengan penebalan sel basal, NO luminal dengan GSH, penebalan  sel basal dengan GSH, dan korelasi limfosit dengan IHK IL6.  Pada ke 6 terdapat korelasi antara NO luminal dengan FGF2. Pada hari ke 8 didapati  korelasi antara NO luminal dengan densitas saraf pleksus Meissner dan pleksus Auerbach didapat korelasi kuat dan bermakna ( r = 0,758 dan p = 0,004) , penebalan sel basal dengan fibroblas , limfosit dengan fibroblast, IHK IL6 dengan fibroblast dan IHK FGF2 dengan penebalan sel basal. Kesimpulan: Pemberian senyawa NO3 meningkatkan kadar NO luminal yang mengakibatkan  perubahan morfologi makrokopis dan mikroskopis, penurunan antioksidan endogen, inflamasi serta peningkatan densitas saraf pleksus Meissner dan pleksus Auerbach didaerah sfingter GEJ sehingga menyebabkan terjadinya GERD.
Background: GERD (Gastro Esophageal Reflux Disease) is a condition with reflux of gastric contents into the esophagus which causes various clinical symptoms. The causes of GERD have been  known but the pathophysiology of the density of the Meissner plexus nerve and the Aurbach plexus in the gastroesofagus junction region (GEJ) due to administration of nitrate (NO3) compounds is not known unknown. Methods: GERD animal models were prepared to asses the variables affected by nitrate compounds in the GEJ area using wistar mice aged 10-12 weeks with a weight of 200-300 grams divided into 4 groups: control (n = 12) and treatment group (n = 36). In the treatment group, nitrate compounds were given as NaNO3 in each group (n = 12) with the doses of 1 ml, 1.5 ml and 2 ml. On days 2,4,6 and 8 after fasting and gavage of nitrates, 3 rats from each group were sacrificed, and esophageal tissue was taken for biochemical, histological, histochemical and immunohistochemical (IHC) examinations. Results: GERD model rats were successfully made. On day 2, there was a significant correlation between luminal NO level with fibroblasts, tissue NO with extension of lamina propria, thickening of basal cells with lymphocytes, basal cell hyperplasia with IL6 IHC and extension of lamina propria with lymphocytes. On day 4, there was a correlation between luminal NO and basal cell thickening, luminal NO with GSH, basal cell thickening with GSH, and lymphocyte with IL6 IHK. On day 6, we found a significant correlation between luminal NO and FGF2. On day 8, there was a correlation between luminal NO and the density of Meissner plexus nerve and Auerbach plexus with a strong and significant correlation (r = 0.758 and p = 0.004), thickening of basal cells with fibroblasts, lymphocytes with fibroblasts, IL6 IHC with fibroblasts and FGF2 IHC with thickening of basal cells. Conclusion: The administration of NO3 compounds increases luminal NO levels which results in changes in macroscopic and microscopic morphology, decreased endogenous antioxidants, inflammation and increased density of Meissner plexus nerve and Auerbach plexus in the area of the GEJ sphincter leading to development of GERD.
2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lesya Wiradini Pradita
Abstrak :

Latar BelakangNitric Oxide  (NO) merupakan mediator penting dalam sistem inflamasi dan imunitas. Gen eNOS merupakan salah satu dari tiga isoform Nitric Oxide Synthase (NOS), yang bertugas mensintesis NO. Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi dengan keterlibatan faktor genetik. Adanya polimorfisme pada gen eNOS menyebabkan perubahan dalam aspek fungsional pada gen tersebut yang dapat meningkatkan kerentanan pada berbagai penyakit inflamasi, termasuk periodontitis. Tujuan: Mendeteksi adanya polimorfisme gen EndothelialNitric Oxide Synthase (eNOS) intron 4 pada penderita periodontitis di Indonesia. Metode: Analisis polimorfisme gen eNOS dilakukan dengan metode PCR-VNTR. Analisis statistik dilakukan dengan uji Chi-square dan odds ratioHasil: Dalam penelitian ini, pada kelompok periodontitis ditemukan 34 sampel dengan genotip AA, 3 sampel dengan genotip AB, dan 13 sampel dengan genotip BB. Sedangkan pada kelompok kontrol, ditemukan 41 sampel dengan genotip AA dan 9 sampel dengan genotip BB. Tidak ditemukan genotip AB pada kelompok kontrol. Pada kelompok periodontitis ditemukan 71 alel A dan 29 alel B, serta pada kelompok kontrol ditemukan 82 alel A dan 18 alel B. Genotip dan alel polimorfik ditemukan lebih banyak pada kelompok periodontitis (32% dan 29%) dibandingkan kelompok kontrol (18%). Kesimpulan: Polimorfisme gen eNOS intron 4 ditemukan pada pasien periodontitis. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada distribusi polimorfisme gen eNOS intron 4 antara penderita periodontitis dan kelompok kontrol. Polimorfisme gen eNOS intron 4 tidak memengaruhi tingkat risiko terjadinya periodontitis.

 


Background: Nitric Oxide (NO) is an important mediator in the inflammatory and immune system. The eNOS gene is one of the three isoforms of Nitric Oxide Synthase (NOS), which is responsible for synthesizing NO. Periodontitis is an inflammatory disease in periodontal tissue with genetic involvement.  Polymorphism in eNOS gene changes the functional aspect of this gene and is associated with several inflammatory diseases including periodontitis. Aim: To detect Endothelial Nitric Oxide Synthase intron 4 gene polymorphism in Indonesian population with periodontitis. Method:Analysis of the Endothelial Nitric Oxide Synthase (eNOS) intron 4  gene polymorphism was observed by carrying out PCR method followed by electrophoresis for the analysis, without the usage of restriction enzyme. The chi-square test and odds ratio were performed for statistical analysis. Result: In this study, there were 34 samples with AA genotype, 3 samples with AB genotype, and 13 samples with BB genotype in periodontitis group. Whereas in control group, there were 41 samples with AA genotype and 9 samples with BB genotype. AB genotype was absent in control group. In periodontitis group, there were 71 A alleles and 29 B alleles, and in control group, 82 A alleles and 18 B alleles were found. Polymorphic genotypes and alleles were found higher in periodontitis sample (32% and 29%) than healthy controls (18%). Conclusion: The polymorphism of eNOS intron 4 was found in periodontitis patients. There is no significant distribution difference was found between the periodontitis patients and the control group. ENOS intron 4 gene polymorphism does not affect the risk of periodontitis.

Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Humaira
Abstrak :
Pre-eklampsia adalah sekumpulan sindrom klinis khusus kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang akan berhenti setelah kelahiran sang bayi. Faktor seperti genetik, imunologis, perilaku dan lingkungan terlibat dalam proses patologis pre-eklampsia. Di Indonesia sendiri, hipertensi adalah penyebab utama kedua dari kematian ibu. Berkurangnya konsentrasi Nitric Oxide NO diduga berperan dalam patogenesis pre-eklampsia karena Nitric Oxide NO berfungsi sebagai vasorelaksan dan antikoagulan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah konsentrasi Nitric Oxide sebagai penanda stres oksidatif untuk plasenta dengan pra-eklampsia pada usia 26-40 minggu menurun atau tidak. Penelitian ini dilakukan secara cross-sectional pada tahun 2016 dengan sampel jaringan plasenta manusia yang telah disetujui sebelumnya. Absorbansi diukur menggunakan reaksi Griess dan dianalisa dengan uji Mann-Whitney pada software SPSS. Uji Mann-Whitney membuktikan bahwa konsentrasi Nitric Oxide NO pada jaringan plasenta dengan pra-eklampsia akhir n = 12 lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi Nitric Oxide NO yang didapat dari jaringan plasenta kehamilan normal. Uji Mann-Whitney telah mengkonfirmasi hubungan antara konsentrasi Nitric Oxide NO dengan patogenesis preeklampsia. Oleh karena itu, Nitric Oxide NO dapat dianggap sebagai penanda stres oksidatif pada preeklampsia karena berperan penting dalam patogenesis preeklampsia.
Pre eclampsia PE is a clinical syndrome specific to pregnancy which are distinguished by hypertension and proteinuria that remits after delivery. Many factors such as genetic, environmental, behavioral and immunological factors are involved in the development of PE. In Indonesia itself, hypertension is the second leading cause of of maternal deaths. It is implied that reduced concentration of Nitric Oxide NO will induce the pathogenesis of PE as it can not function as vasorelaxant and anticoagulant factors well. The study aims to identify whether the concentration of Nitric Oxide as an oxidative stress marker for pre eclamptic placenta age 26 40 weeks decrease or not. The cross sectional study was held on 2016 with human placental tissue which have been consented before as the samples. The absorbance was measured using the Griess reaction and analyzed through SPSS Software using the Mann Whitney test. The result showed that the concentration of Nitric Oxide NO in late pre eclamptic placental tissues n 12 were lower compared to the concentration of Nitric Oxide NO taken from placental tissue of normal pregnancy. The Mann Whitney test has confirmed the relation of Nitric Oxide NO concentration to the pathogenesis of pre eclampsia. Therefore, Nitric Oxide NO can be considered as an oxidative stress marker to pre eclampsia as it plays a pivotal role in the pathogenesis of PE.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Cyntia Putri
Abstrak :
ABSTRACT
Latar Belakang : Nitric oxide (NO) merupakan sistem pertahanan non spesifik yang berperan sebagai antibakterial di dalam rongga mulut yang dapat ditemukan di dalam saliva. Tujuan : Mengetahui hubungan konsentrasi NO sebagai sistem pertahanan non spesifik dengan derajat kebersihan gigi dan mulut yang dinilai melalui skor OHI-S. Metode : Sampel yang diteliti adalah saliva unstimulated dan diukur dengan metode Griess Reagent pada 50 subjek dewasa muda yang terdiri dari dua kelompok, yaitu 25 subjek perokok dan 25 subjek non perokok. Indeks skor OHI-S dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk. Metode analisis yang digunakan adalah uji statistik Independent T-test, dan korelasi Spearman. Hasil : Konsentrasi NO saliva pada dewasa muda perokok lebih tinggi dari non perokok dengan adanya perbedaan bermakna (p < 0,05) dan hubungan antara konsentrasi NO dengan skor indeks OHI-S adalah positif sedang dengan tidak ada hubungan yang signifikan (r = 0,305, p > 0,05). Kesimpulan : Konsentrasi nitric oxide saliva pada perokok meningkat diakibatkan oleh kondisi kebersihan rongga mulut subjek yang buruk.
ABSTRACT
Background: Nitric oxide (NO) is a non-specific defense system that acts as an antibacterial in the oral cavity which can be found in saliva. Objective: To determine the relationship between NO concentration as a non-specific defense system and the degree of oral hygiene as assessed by the OHI-S score. Methods: The sample studied was unstimulated saliva and measured by the Griess Reagent method on 50 young adult subjects consisting of two groups, namely 25 smoking subjects and 25 non-smoking subjects. The OHI-S score index was categorized into good, moderate, and bad. The analytical method used is the Independent T-test statistical test, and the Spearman correlation. Results: NO salivary concentration in young adult smokers was higher than non-smokers with a significant difference (p <0.05) and the relationship between NO concentration and OHI-S index score was moderate positive with no significant relationship (r = 0.305, p> 0.05). Conclusion: The concentration of salivary nitric oxide in smokers is increased due to poor oral hygiene conditions in the subject.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Astuty
Abstrak :
ABSTRAK
Nitrit Oksida (NO) adalah suatu gas radikal babas yang dapat bersifat melindungi tubuh, tetapi dapat juga membahayakan tubuh bila terdapat dalam jumlah yang berlebihan. Gas radikal itu sendiri merupakan suatu atom atau molekul yang mempunyai elektron tidak berpasangan; dapat berupa anion, kation atau netral. Selama ini banyak dilakukan pengamatannya pada mencit dan beberapa diantaranya pada manusia yang hasilnya masih kontroversi. Baru-baru ini dari hasil pengamatan, diduga NO dapat berperan di dalam sistem mekanisme pertahanan tubuh yang tidak spesifik.

Pada penelitian ini pengukuran kadar Nitrit Oksida (NO) digunakan untuk mengetahui peranan NO di dalam infeksi malaria, dengan cara mengukur Reactive Titrogen Intermediates (RNI) pada serum anak-anak dan orang dewasa dari penduduk desa Tipuka, kecamatan Mimika Timur, Timika - Irian Jaya. Hasil yang didapat secara kuantitatif menunjukkan bahwa kadar NO pada anak-anak golongan umur 2 - 9 tahun jauh lebih tinggi dibandingkan pada orang dewasa, meskipun secara kualitatif dengan tes kemaknaan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (PA,O5). Pada hasil hubungan antara NO dengan splenomegali juga tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa NO dapat berperan pada infeksi malaria.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Rianissa Putri
Abstrak :
Latar Belakang: Berbagai polimorfisme gen nitric oxide synthase 2 (NOS2) telah diteliti dalam kaitannya dengan penyakit asma dengan pola yang bervariasi, bergantung pada ras dan negara. Beberapa di antaranya menunjukkan hubungan yang bermakna dengan asma atau penanda hayati asma, misalnya polimorfisme Ser608Leu diketahui berhubungan dengan keparahan asma. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara polimorfisme gen NOS2 Ser608Leu dan fractional exhaled nitric oxide (FeNO) pada pasien asma terkontrol dan tidak terkontrol. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain potong lintang. Subjek penelitian adalah pasien berusia dewasa di Klinik Asma-PPOK RS Persahabatan Pusat Respirasi Nasional yang direkrut secara total sampling. Kontrol asma dinilai dengan Asthma Control Test (ACT), pengukuran FeNO dilakukan dengan menggunakan alat monitor FeNO dan pemeriksaan polimorfisme dilakukan dengan teknik PCR-RFLP menggunakan DNA dari sampel darah perifer. Hasil: Sebagian besar subjek penelitian berjenis kelamin perempuan (70,9%), tergolong obesitas (50,9%), bukan perokok (60,0%) dan berdomisili di Jakarta Timur (60,0%). Sekitar 49,1% subjek penelitian mendapatkan kortikosteroid inhalasi dengan dosis jika perlu-rendah, diikuti oleh dosis sedang sebesar 41,8% subjek penelitian. Terdapat 40,0% subjek penelitian dengan kepatuhan berobat (adherence) yang baik. Berdasarkan skor ACT, 56,4% tergolong asma terkontrol. Frekuensi nilai FeNO yang tergolong rendah pada asma tidak terkontrol sebesar 12,7% total pasien sedangkan pada asma terkontrol sebesar 20,0% total pasien. Frekuensi nilai FeNO yang tergolong meningkat pada asma tidak terkontrol sebesar 30,9% total pasien sedangkan pada asma terkontrol sebesar 36,4% total pasien. Hasil uji multivariat regresi logistik variabel jenis kelamin, riwayat merokok, kepatuhan penggunaan inhaler, kontrol asma dan polimorfisme gen NOS2 Ser608Leu juga tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara polimorfisme gen NOS2 Ser608Leu dan peningkatan nilai FeNO (p = 0,629, OR 0,741, IK95% 0,219-2,507, aOR 0,971, IK95% 0,232-4,070). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara genotip gen NOS2 dan kategori FeNO pada pasien asma terkontrol dan tidak terkontrol di RS Persahabatan Pusat Respirasi Nasional. ......Background: Various polymorphisms of nitric oxide synthase 2 (NOS2) had been studied in asthma which showed varied patterns among race and countries. Several NOS2 polymorphisms showed significant association with asthma or its biomarker, e.g. Ser608Leu polymorphism was associated with asthma severity. This research aims to analyse the relationship of NOS2 Ser608Leu polymorphism and fractional exhaled nitric oxide (FeNO) in controlled and uncontrolled asthma patients. Methods: This was observational research with cross-sectional design. Subjects were adult patients in Asthma-COPD Clinics of Persahabatan Hospital National Respiratory Center who were recruited using total sampling. Asthma control was assessed with Asthma Control Test (ACT), FeNO testing were performed using FeNO monitor and polymorphism testing were performed with PCR-RFLP using DNA from peripheral blood samples. Results: Most subjects were female (70.9%), obese (50.9%), non-smoker (60.0%) and living in East Jakarta (60.0%). About 49.1% subjects were taking as needed-low dose of inhaled corticosteroids (ICS), 41.8% subjects were taking medium dose of ICS. About 40.0% subjects had good adherence. Based on ACT score, 56.4% were controlled asthma. Low FeNO value were found in 12.7% of total patients in uncontrolled asthma and 20.0% of total patients in controlled asthma patients. Increased FeNO value were found in 30.9% of total patients in uncontrolled asthma patients and 36.4% of total patients in controlled asthma patients. Logistic regression of gender, history of smoking, adherence to inhaler, asthma control and Ser608Leu polymorphism of NOS2 did not show significant association between NOS2 polymorphism and increased FeNO (p = 0.629, OR 0.741, 95% CI 0.219-2.507, aOR 0.971, 95% CI 0.232-4.070). Conclusion: Genotypes of NOS2 were not significantly associated with increased FeNO value in controlled and uncontrolled asthma patients of Persahabatan Hospital National Respiratory Center.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurkhasanah
Abstrak :
Nitrogen Monoksida memiliki peranan penting dalam proses fisiologis. Pengukuran NO secara akurat penting dilakukan untuk memahami fungsi esensial NO namun NO memiliki waktu paruh yang sangat singkat sehingga dibutuhkan metode penentuan kadar NO yang memiliki respon cepat, sensitivitas tinggi, peralatan yang sederhana, dan praktis. Pada penelitian ini, digunakan logam emas dan platina yang terdeposit pada permukaan SPE yang telah dimodifikasi grafena untuk mendeteksi NO. Logam emas dan platina dideposisi menggunakan larutan HAuCl4 dalam 0,05 M H2SO4 dan K2PtCl6 dalam H2SO4 0,05 M. Variasi konsentrasi deposisi Au/Pt pada G/SPE dilakukan untuk mendapatkan perbandingan konsentrasi deposit AuPt/G/SPE yang optimum. Uji deteksi NO dilakukan pada potensial 0.878 V vs Ag/AgCl. Deposit AuPt/G/SPE dengan variasi konsentrasi 1mM:1mM merupakan sensor yang memiliki performa terbaik karena mempunyai sensitivitas tertinggi sebesar 23029,92 A mM-1 cm-2, batas deteksi terendah sebesar 2,2 x 10-3 mM dan linearitas paling baik sebesar R2 0.9943. Metode Griess Saltzman digunakan sebagai metode pembanding dalam mendeteksi NO. Dari hasil yang diperoleh deteksi NO dengan metode elektrokimia lebih baik dibandingkan dengan metode Griess Saltzman dilihat dari linearitasnya. ...... Nitric oxide has an important role in physiological processes. NO measurements accurately is important to understand the essential function of NO but it has a very short half life so it needed a method of determining the levels of NO which has a fast response, high sensitivity, simple, and practical. In this study, used gold and platinum metals are deposited on the surface of SPE has been modified Graphene to detect NO. Gold and platinum metals deposited using a solution of HAuCl4 in 0.05 M H2SO4 and K2PtCl6 in 0.05 M H2SO4. Variation of concentration of the deposition of Au Pt on G SPE carried out to obtain optimum a deposit concentration ratio AuPt G SPE. NO detection test conducted at a potential of 0.878 V vs Ag AgCl. Deposit AuPt G SPE with various concentrations of 1 mM 1 mM is a sensor that has best performance because it has the highest sensitivity at 23029.92 A mM 1 cm 2, the lowest detection limit of 2.2 x 10 3 mM and most excellent linearity to R2 0.9943. The Griess Saltzman method is used as a comparison method in detecting NO. From the results obtained by electrochemical method to detection of NO is better than Griess Saltzman method seen from linearity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sotya Prawatyasiwi
Abstrak :
Latar Belakang: Penurunan eNOS secara signifikan terjadi pada penyelam terlatih yang melakukan penyelaman dekompresi. Latihan fisik submaksimal akut diperkirakan dapat mencegah terjadinya penurunan eNOS pada penyelaman dekompresi. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh pemberian latihan fisik submaksimal akut prapenyelaman tunggal dekompresi dalam mencegah penurunan kadar eNOS pada kelompok perlakuan dan kontrol. Metode: Penelitian menggunakan studi eksperimental murni. Kadar eNOS diperiksa pada awal penelitian, sebelum penyelaman dan setelah penyelaman. Kelompok perlakuan melakukan latihan fisik submaksimal akut 70 frekuensi kardiak maksimal dengan ergocycle putaran 60 rpm 24 jam sebelum penyelaman 280 kPa selama 80 menit. Subjek penelitian adalah penyelam laki-laki terlatih. Hasil: Latihan fisik submaksimal akut dapat mencegah penurunan ekspresi eNOS setelah penyelaman tunggal dekompresi pada kelompok perlakuan dengan kadar eNOS awal penelitian 2.7 2.07 - 20.76 dan kadar eNOS sesudah penyelaman dekompresi 2.7 1.81 - 34.77 serta terdapat perbedaan perubahan rerata ekspresi eNOS bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan perbedaan rerata 0.00 -6.66 ndash; 29.27 pada keleompok perlakuan dan -0.39 -122.03 - 0.84 pada kelompok kontrol. Kesimpulan dan Saran: Latihan fisik submaksimal akut dapat mencegah terjadinya penurunan ekspresi eNOS setelah penyelaman tunggal dekompresi. Terdapat perbedaan perubahan rerata ekspresi eNOS bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol. Kajian lebih lanjut diperlukan mengenai manfaat secara klinis dan subjek penelitian selain penyelam laki-laki terlatih. ...... Background: eNOS decreased significantly in trained divers who do decompression dives. Acute Submaximal exercise can prevent a decrease of eNOS in decompression dives. This study aims to prove the effect of exercise before a single decompression dive in preventing reduction of eNOS levels in the treatment group and control. Methods: This research uses true experimental study design. eNOS levels were checked at the beginning, before and after dive. The experiment group performed acute submaximal exercise 70 of maximum cardiac frequency with ergocycle 60 rpm 24 hours before dive 280 kPa for 80 minutes. The control group did not do ergocycle before dive. Subjects were male trained divers. Result: In experiment group, acute submaximal exercise can prevent a decrease of eNOS levels after a single decompression dive with baseline levels of eNOS 2.7 2.07 20.76 and eNOS levels after decompression dives 2.7 1.81 34.77 , and there are differences in changes of the mean levels of eNOS significantly between experiment group and control with mean difference 0.00 6.66 ndash 29.27 on experiment group and 0.39 122.03 ndash 0.84 in control group. Conclusion and Recommendation: Acute submaximal exercise can prevent a decrease of eNOS levels after single decompression dive. There are significant differences between treatment group and control. Further study is needed on the clinical benefits and the research subject other than a male trained diver.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimmo Ciptono Kuncoro
Abstrak :
ABSTRAK
Konsentrasi rendah oksigen reaktif dan nitrogen reaktif berfungsi dalam mediasi pemberian sinyal regulator Kelch-like ECH-associated Protein-1 Keap1 . Konsentrasi tinggi oksigen reaktif dan nitrogen reaktif akan mengakibatkan kadar nitrat oksida tinggi dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh parameter optimum penambatan molekuler dan mengetahui afinitas serta interaksi senyawa derivat sakarin terhadap target terkait antioksidan, yaitu Kelch-like ECH-associated 1-Nuclear factor erythroid 2-related factor 2 Keap1-Nrf2 dan enzim inducible nitric oxide synthase iNOS . Saat ini, penelitian mengenai senyawa antioksidan sudah berkembang dan salah satu senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan adalah senyawa derivat sakarin. Beberapa senyawa derivat sakarin telah diuji secara in vitro dan memiliki aktivitas antioksidan. Metode pendekatan pada penelitian ini adalah secara in silico. Pada penelitian ini, dilakukan penambatan sembilan senyawa derivat sakarin terhadap kompleks Keap1 dan enzim inducible nitric oxide synthase iNOS menggunakan parameter AutoDock, AutoDock4Zn, dan Vina. Berdasarkan hasil penambatan, metode terbaik terhadap kompleks Keap1 dengan menggunakan Vina dan terhadap enzim inducible nitric oxide synthase iNOS dengan menggunakan AutoDock4Zn. Senyawa yang memiliki afinitas ikatan dan interaksi terhadap kompleks Keap1 dan enzim inducible nitric oxide synthase iNOS terbaik adalah senyawa 9 dan senyawa 5.<
ABSTRACT
Low concentrations of reactive oxygen and reactive nitrogen have a function to mediate signaling of regulator Kelch like ECH associated protein 1 Keap1 . High concentrations of reactive oxygen and reactive nitrogen resulted in high levels of nitric oxide which could cause various diseases. This research aimed to obtain molecular docking optimum parameter, determine binding affinity and saccharine derivative compound interaction to antioxidant target, Kelch like ECH associated 1 Nuclear factor erythroid 2 related factor 2 Keap1 Nrf2 and inducible nitric oxide synthase iNOS enzyme. Current research on antioxidant compounds has developed and one of the potential antioxidant compounds is saccharine derivative. Some saccharine derivative compounds have been tested by in vitro method and it shown antioxidant activity. The approaching method in this research is done by in silico method. In this study, nine saccharine derivative compounds were docked to Keap1 complex and inducible nitric oxide synthase iNOS enzyme by AutoDock, AutoDock4Zn, and Vina parameters. Based on the docking results, the best method for Keap1 complex by using Vina and on the inducible nitric oxide synthase iNOS enzyme by using AutoDock4Zn. The compounds which have the best binding affinity and the best interaction against Keap1 complex and inducible nitric oxide synthase iNOS enzyme are compound 9 and compound 5.
2017
S68839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumere, Kristiani Oktoviani
Abstrak :
Latar Belakang: Olahraga lari merupakan suatu olahraga yang dapat dilakukan sehari-hari agar tubuh tetap sehat, Nitric Oxide (NO) merupakan radikal bebas yang terbentuk karena adanya aktivitas fisik. NO berfungsi sebagai sistem imun non spesifik sehingga peningkatan nilai NO mempengaruhi bakteri dalam mukosa oral. Tujuan: Menguji konsentrasi saliva nitric oxide pada saliva subjek pelari dan non pelari. Metode: Sampel pada pelari dan non pelari diambil kemudian diidentifikasi untuk melihat konsentrasi NO yang terkandung di dalam saliva Hasil: Terdapat perbedaan konsentrasi saliva NO pada mahasiswa pelari vs mahasiswa non pelari. Kesimpulan: Aktivitas olahraga berdampak pada peningkatan nilai NO didalam saliva.
Background: Running is an exercise that we can do everyday to keep the body always healthy, Nitric Oxide (NO) formed due to physical activity is a free radical. NO functions as a non-specific immune system so that an increase in NO values affects bacteria in the oral mucosa. Objective: Determine the concentration of salivary nitric oxide in the saliva of runner and non-runner subjects. Method: Samples of runners and non runners were taken and then identified to see NO concentrations contained in saliva. Results: There were differences in NO saliva concentrations in runners vs. non runners. Conclusion: Activities sports have impact on increasing in the value of NO saliva.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>