Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini
"ABSTRAK
Keracunan Pb merupakan masalah kesehatan dunia dan environmental disease utama. Untuk mengatasi akumulasi Pb dalam tubuh, pengurangan nefrotoksisitas Pb sangat penting dilakukan.
Penelitian ini bertujuan mempelajari kemungkinan penggunaan bawang putih rancangan acak lengkap, terhadap 20 ekor tikus putih jantan, galur Wistar. Digunakan bawang merah (Allium ascalonicum) sebagai pembanding. Kelompok kontrol (I). diberi 1 mL aquades/100 g BB/hari selama 31 hari; Kelompok II diberi air dengan jumlah yang sama selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB/hari selama 16 hari. Kelompok II dan IV, masing-masing diberi sari bawang merah dan sari bawang putih, 1 g/100 g BB/hari selama 15 hari, dan pada hari ke 16, 30 menit sesudahnya diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB/hari selama 16. Kadar ureum dan kreatinin plasma sebagai parameter fungsi ginjal.
Kadar ureun plasma antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05). Sebaliknya, kadar kreatinin plasma keompok II meningkat bermakna (P<0,05), kelompok III dan IV menurun bermakna (p<0,05). Dengan demikian, bawang merah dan bawang putih berpotensi mengurangi nefrotoksisi Pb.
Pada nefrotoksisin Pb, Pb ginjal meningkat dan terjadi stres oksidatif. Bawang putih digunakan secara luas sebagai bahan alam dan berkhasiat obat, sehingga dipelajari potensi dan mekanisme proteksinya terhadap nefrotksisitas Pb. Desain penelitian, jumlah, dan jenis tikus sama.
Kelompok kontrol (I), diberi 0,1 mg CMC/100 g BB/hari, selama 31 hari. Kelompok II, diberi CMC dengan jumlah yang sama selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB / hari selama 16 hari. kelompok III dan IV, masing-masing diberi sari bawang putih dalam fraksi semi polar dna polar, 1 g/100 g BB/hari, selama 15 hari, dan pada hari ke 16, 30 menit sebelumnya diberi Pb asesat 20 mg/100 g BB/hari selama 16.
Mekanisme proteksi bawang putih diteliti dengan mengukur kandungan Pb, senyawa bergugus SH, MDA dan OH jaringan ginjal.

Pada kelompok II, kandungan Pb meningkat bermakna (p<0,05) mengakibatkan penurunan kadar senyawa bergugus SH bermakna (p<0,05). Sementara itu, kadar OH dan MDA meningkat bermakna (p<0,05). Sebaliknya kelompok III dan IV, kadar Pb menurun bermakna (p< 0,05) dan kadar senyawa bergugus SH meningkat bermakna (p<0,05). Sementara itu, kadar OH dan MDA menurun bermakna (p<0,05). Pengurangan nefrotoksisitas Pb terlihat dari penurunan bermakna kadar kreatinin plasa (p<0,05). Hasil uji in vitro, daya khelat senyawa bergugus SH sari bawang putih sebanding dengan kadar senyawa bergugus SH.
Dengan demikian, terbukti potensi antioksidan fraksi sei polar dan polar sari bawang putih mengurangi nefrotoksisitas PB."
2006
D639
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini
"ABSTRAK
Keracunan Pb merupakan masalah kesehatan dunia dan environmental disease utama. Untuk mengatasi akumulasi Pb dalam tubuh, pengurangan nefrotoksisitas Pb sangat penting dilakukan.
"
2006
D771
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Dewi Permata Sari
"Nefrotoksisitas merupakan efek samping utama yang membatasi penggunaan cisplatin sebagai obat anti-tumor. Kurkumin memeliki beberapa aktivitas farmakologis salah satunya, yaitu sebagai nefroprotektor. Akan tetapi kurkumin kurang larut di dalam air, sehingga digunakan nanokurkumin yang lebih mudah larut/terdispersi dalam air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek kurkumin dan nanokurkumin terhadap nefrotoksisitas tikus yang diinduksi cisplatin melalui jalur ERK1/2. Perlakuan hewan coba dilakukan selama 10 hari, menggunakan tikus Sprague Dawley yang dibagi menjadi 5 kelompok, n=6, yaitu kelompok normal, cisplatin CIS, Cisplatin kurkumin 100 mg/kgBB/hari p.o Cis Kurku100, Cisplatin nanokurkumin 50 mg/kgBB/hari p.o Cis Nanokur50, Cisplatin nanokurkumin 100 mg/kgBB/hari p.o Cis Nanokur100 . Pada hari ke-7 dilakukan injeksi cisplatin 7 mg/kgBB, i.p dan 72 jam setelah injeksi cisplatin dilakukan pengambilan darah dan organ ginjal. Cisplatin dosis tunggal pada kelompok CIS menyebabkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin dalam plasma, kadar MDA, peningkatan rasio ekspresi BCL-2/Bax, serta peningkatan rasio ekspresi protein p-ERK/ERK secara signifikan, dibandingkan kelompok normal. Pemberian kurkumin 100 mg/kgBB dan nanokurkumin 100 mg/kgBB berperan sebagai antioksidan untuk mencegah progresifitas nefrotoksisitas akibat cisplatin, dilihat melalui terjadinya penurunan kadar BUN dan kreatinin dalam plasma, penurunan kadar MDA, dan peningkatan rasio ekspresi gen BCL-2/Bax secara signifikan dibandingkan kelompok CIS, serta penurunan rasio ekspresi protein p-ERK/ERK secara signifikan dibandingkan kelompok CIS. Cisplatin dosis tunggal 7 mg/kgBB dapat menyebabkan nefrotoksisitas pada tikus yang menyerupai AKI Acute Kidney Injury pada manusia. Kurkumin 100 mg/kgBB cenderung memiliki efek nefroprotektor yang lebih baik dalam mencegah progresifitas nefrotoksisitas akibat cisplatin melalui jalur stress oksidatif dan apoptosis.

Nephrotoxicity is the major limitation for the clinical use of cisplatin as an antitumor. Curcumin has some pharmacological activity, one of them as nephroprotector. However, curcumin less soluble in water, so it is used nanocurcumin which is readily dispersed in aqueous media. The purpose of this study is to investigate the effects of curcumin and nanocurcumin against ciplatin induced nephrotoxicity in rats through ERK1 2 pathway. This study conducted for 10 days treatment, five groups n 6 of male Sprague Dawley rats were examined normal, cisplatin CIS 7 mg kgBW, Cis curcumin Cis Curcu100 100 mg kg BW day, Cisplatin nanocurcumin 50 mg kg BW day Cis Nanocur50, and Cisplatin nanocurcumin 100mg kg BW day Cis Nanocur100 . After 72 h following injection cisplatin, specimens were collected. This study resulted a single dose of cisplatin in CIS group caused a significant increased in plasma BUN, plasma creatinine, MDA levels, decreased ratio expression of BCL 2 Bax gene, and increased ratio of p ERK ERK as compared to normal group. Pre treatment with curcumin 100 mg kgBW and nanocurcumin 50 and 100 mg kgBW acts as an antioxidant to prevent progression of nephrotoxicity cisplatin, were reduced plasma BUN levels, plasma creatinine levels, MDA levels in kidney, increased GSH level in kidney, increased ratio expression of BCL 2 Bax gene in kidney, and decreased ratio of p ERK ERK protein in kidney compared with cisplatin induced nephrotoxicity rats without treatment. Cisplatin with single dose 7 mg kgBW is able to induced nephrotoxicity in rats that mimicked acute kidney injury in human. Curcumin 100 mg kgBW tend to have a better nephroprotector effect in preventing the progression of cisplatin induced nephrotoxicity through oxidative stress pathways and apoptosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Ayu Rafika Apriliani
"Kematian akibat penyakit ginjal meningkat 31,7 persen dalam 10 tahun terakhir. Khusus di Indonesia, penyakit ginjal merupakan penyebab kematian terbesar yang menempati urutan ke-10 menurut data WHO Country Health Profiles tahun 2012. Dalam melakukan penelitian obat alternatif baru, terdapat satu fase sebelum obat dievaluasi pada manusia yaitu praklinis. pengujian yang menggunakan hewan uji dengan kondisi patofisiologis dibuat semirip mungkin dengan manusia. Losartan adalah obat hipertensi yang juga digunakan sebagai obat off-label dalam terapi nefrotoksik. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang untuk dapat menemukan metode pembentukan model hewan nefrotoksik yaitu pada hewan uji tikus, dan mengevaluasi efek terapi losartan pada hewan model nefrotoksik. Uji orientasi metode induksi nefrotoksik dilakukan pada 27 ekor tikus yang dibagi menjadi 7 kelompok perlakuan yaitu normal, 3 kelompok variasi dosis Gentamisin (80, 100, dan 120 mg / kg BB / hari), dan 3 kelompok perlakuan. variasi dosis natrium diklofenak (10, 50, dan 100 mg / kg BB / hari) diberikan secara intraperitoneal selama 15 hari. Uji efektivitas sampel losartan, menggunakan 40 ekor tikus Sprague-dawley yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu normal, kontrol negatif, dan 3 variasi dosis losartan (5, 10, dan 20 mg / kg BB / hari) diberikan secara oral selama 7 hari. . Pemberian Gentamisin dosis 2 dan 3 selama 5 hari secara signifikan meningkatkan kadar urea serum dan BUN (p <0,05). Sebaliknya pemberian natrium diklofenak tidak memberikan perbedaan yang bermakna (p> 0,05) pada parameter kadar kreatinin serum, urea, dan BUN. Selain itu, pemberian natrium diklofenak pada dosis 50 dan 100 mg / kg BB / hari menghasilkan efek toksik pada hewan uji tikus, yaitu menyebabkan kematian pada hewan uji dalam waktu kurang dari 5 hari. Pada hari ke 7 pemberian losartan tidak berbeda nyata pada parameter fungsi ginjal dan aktivitas antioksidan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Namun dari data yang diperoleh terjadi peningkatan parameter fungsi ginjal yaitu kadar kreatinin, urea, dan BUN serta peningkatan kadar SOD dan penurunan kadar MDA. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Gentamisin memiliki efek nefrotoksik yang lebih tinggi daripada natrium diklofenak, sehingga metode pembentukan hewan nefrotoksik terbaik adalah dengan menggunakan Gentamisin. Dosis dan durasi penggunaan terbaik adalah 120 mg / kg BB / hari selama 5 hari. Sedangkan pengaruh pemberian losartan tidak menunjukkan adanya efek terapeutik pada model hewan nefrotoksik.
Deaths from kidney disease increased by 31.7 percent in the last 10 years. Especially in Indonesia, kidney disease is the biggest cause of death which ranks 10th according to data from the WHO Country Health Profiles in 2012. In conducting research on new alternative drugs, there is one phase before the drug is evaluated in humans, namely preclinical. tests using test animals with pathophysiological conditions are made as closely as possible to humans. Losartan is a hypertension drug that is also used as an off-label drug in nephrotoxic therapy. Therefore, this study is designed to be able to find a method of forming a nephrotoxic animal model, namely in rat test animals, and evaluate the effect of losartan therapy in nephrotoxic animal models. The orientation test of the nephrotoxic induction method was carried out on 27 rats which were divided into 7 treatment groups, namely normal, 3 groups of Gentamicin dose variations (80, 100, and 120 mg / kg BW / day), and 3 treatment groups. variations in the dose of diclofenac sodium (10, 50, and 100 mg / kg BW / day) were given intraperitoneally for 15 days. The losartan sample effectiveness test, using 40 Sprague-dawley rats divided into 5 treatment groups, namely normal, negative control, and 3 variations of losartan doses (5, 10, and 20 mg / kg BW / day) were given orally for 7 days. . Giving Gentamicin doses 2 and 3 for 5 days significantly increased serum urea and BUN levels (p <0.05). On the other hand, diclofenac sodium did not give a significant difference (p> 0.05) in the parameters of serum creatinine, urea, and BUN levels. In addition, the administration of diclofenac sodium at doses of 50 and 100 mg / kg BW / day resulted in a toxic effect in rat test animals, namely causing death in test animals in less than 5 days. On day 7, losartan was not significantly different in the parameters of renal function and antioxidant activity when compared to the negative control group. However, from the data obtained, there was an increase in renal function parameters, namely the levels of creatinine, urea, and BUN as well as an increase in SOD levels and a decrease in MDA levels. From these results it can be concluded that Gentamicin has a higher nephrotoxic effect than diclofenac sodium, so that the best nephrotoxic animal formation method is to use Gentamicin. The best dose and duration of use is 120 mg / kg BW / day for 5 days. Meanwhile, the effect of giving losartan did not show any therapeutic effect in the nephrotoxic animal model."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oluebube Magnificient Eziefule
"Doxorubicin (DOX) dilemahkan oleh toksisitas jantung dan ginjal meskipun efektif melawan kanker. Walaupun dexrazoxane tersedia untuk mengatasi toksisitas DOX, efektivitasnya terbatas, begitu pula obat konvensional seperti beta-blocker dan statin. Penelitian ini menyelidiki efek perlindungan ekstrak etanol daun Andrographis panikulata (EEAP) terhadap toksisitas jantung dan ginjal yang diinduksi oleh DOX pada tikus sehat dengan fokus pada mekanisme anti-inflamasi dan mitokondria. Sebanyak 30 ekor (5 kelompok) tikus Sprague Dawley diaklimatisasi selama 2 minggu. Kelompok normal mendapat saline (ip) selama 4 minggu. Kelompok DOX menerima doxorubicin (4mg/kg/minggu). Kelompok perlakuan (DOX+EEAP) menerima doksorubisin dan ekstrak daun Andrographis Paniculata dengan dosis bervariasi (125, 250, 500 mg/kg/hari) secara oral selama 4 minggu. Setelah darah dan organ (jantung, ginjal) dikumpulkan, darah dianalisis untuk elektrolit (kalsium dan natrium). Jaringan dianalisis sebagai penanda inflamasi (NF-κB, IL-1β, NLRP-3), fungsi mitokondria (PGC1-α, TFAM), dan gambaran histopatologis yang menggunakan pewarnaan hematoxylin dan eosin (H&E) serta pewarnaan trikrom Masson. Kadar kalsium jantung juga diukur. Pengobatan bersama EEAP menurunkan natrium dan kalsium plasma dan kadar penanda inflamasi IL-1β dan NLRP-3 di jaringan jantung dan ginjal tetapi tidak menunjukkan efek signifikan pada ekspresi PGC1-α dan TFAM dibandingkan dengan kelompok DOX. Selain itu, kadar kalsium jantung berkurang. Lebih lanjut, konsentrasi NF-кB berkurang sedikit oleh EEAP dibandingkan dengan kelompok DOX saja. EEAP kemungkinan besar terlindungi dari peradangan yang disebabkan oleh DOX yang mengarah pada pemulihan histologi jantung dan ginjal menjadi normal. Efek perlindungan EEAP dalam penelitian ini dimediasi, setidaknya sebagian, oleh modulasi jalur NF-ĸB/NLRP3/IL-1β.

Doxorubicin (DOX), despite its effectiveness against cancer, is compromised by cardiac and renal toxicity. While dexrazoxane exists for DOX toxicity, its effectiveness is limited, as are conventional drugs like beta-blockers and statins. This study investigates the protective effects of an ethanolic extract of Andrographis paniculata leaves (EEAP) against DOX-induced cardiac and renal toxicity in healthy rats, focusing on anti-inflammatory and mitochondrial mechanisms. 30 Sprague Dawley rats (5 groups) were acclimatized for 2 weeks. The normal group received saline (ip) for 4 weeks. The DOX group received only doxorubicin (4mg/kg/week). Treatment groups (DOX+EEAP) received doxorubicin and varying doses (125, 250, 500 mg/kg/day) of Andrographis paniculata leaf extract orally for 4 weeks. After sacrifice, blood and organs (heart, kidneys) were collected. Blood was analysed for electrolytes (calcium and sodium). Tissues were analysed for inflammatory markers (NF-κB, IL-1β, NLRP-3), mitochondrial function (PGC1-α, TFAM), and histopathological features using hematoxylin and eosin (H&E) or Masson’s trichrome stain. Cardiac calcium levels were also measured. EEAP co-treatment lowered plasma sodium and calcium, decreased levels of inflammatory markers (IL-1β and NLRP-3) in heart and kidney tissues, but showed no significant effect on PGC1-α and TFAM expression compared to the DOX group. Additionally, cardiac calcium levels were reduced. Further, NF-кB concentration was slightly reduced by EEAP compared to the DOX only group. EEAP likely protected against DOX-induced inflammation, leading to a restoration of normal heart and kidney histology. EEAP's protective effects in this study were mediated, at least in part, by modulation of the NF-ĸB/NLRP3/IL-1β pathway."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Stephanie
"Hipertensi adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia dan dapat menyebabkan penyakit lain, seperti chronic kidney disease (CKD) dan hipertensi pada ginjal. Selain obat antihipertensi (captopril), tanaman herbal (Apium graveolens) juga terkenal untuk menurunkan tekanan darah. Malondialdehyde akan meningkat jika reactive oxygen stress (ROS) juga meningkat, sedangkan katalase adalah enzim antioksidan yang memetabolisme H2O2. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati efek aditif dari kombinasi captopril dan ekstrak seledri dalam menurunkan tekanan darah, katalase, dan MDA. Studi data eksperimental laboratorium yang menggunakan jaringan ginjal dari tikus Sprague-Dawley. Tikus di induksi dengan metode non-invasive blood pressure selama kurang lebih 60 hari. Setiap sampel dianalisa dengan ELISA untuk menentukan kadar MDA, katalase dengan menggunakan data protein jaringan ginjal. Hasil uji tekanan darah menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara grup pengobatan captopril dengan ekstrak seledri (p = 0,000). Hasil uji kombinasi pengobatan captopril dengan ekstrak seledri tidak menunjukkan adanya perbedaan signfikan dengan kelompok negatif dalam menurunkan tingkat katalase (p = 0,355) dan MDA (p = 0,213). Studi analisis data menunjukkan perbedaan bermakna dalam menurunkan tekanan darah, tetapi tidak menunjukkan perbedaan bermakna untuk menurunkan tingkat katalase dan MDA dalam jaringan ginjal tikus yang diberikan kombinasi pengobatan captopril dan ekstrak Apium graveolens. 

Hypertension is one of the leading causes of death and can cause other morbidities, such as chronic kidney disease and renovascular hypertension. Aside from antihypertensive medications (captopril), herbal medicine (Apium graveolens) is popular to decrease the blood pressure. Malondialdehyde will increase along with ROS activity, while catalase is an antioxidant enzyme to metabolize H2O2. This study aims to examine the additive effect of captopril and celery extract in decreasing blood pressure, MDA, and catalase. Laboratory experimental data using kidney tissue from Sprague-Dawley rats. The rats underwent induction by non-invasive blood pressure method for around 60 days. Samples are analyzed using ELISA, by obtaining data for MDA, catalase, and protein content from kidney tissue. Blood pressure showing significant decreases between combination treatment groups (p = 0,000). There are no significant differences between combination treatment groups with negative groups in decreasing catalase with p = 0,355) and MDA level (p = 0,213). Study data analysis showed significant differences in decreasing blood pressure, but did not show statistically significant differences in decreasing catalase and MDA level in rats treated with combination treatment of captopril and Apium graveolens extract. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumbung, Nielda Kezia
"Latar Belakang: Cisplatin merupakan salah satu obat kemoterapi yang biasa digunakan untuk mengobati berbagai jenis kanker. Namun, meskipun kemampuannya sangat baik dalam mengatasi kanker, cisplatin dapat menyebabkan nefrotoksisitas. Curcumin memiliki efek antioxidan dan anti inflamasi yang diperkirakan dapat melindungi ginjal dari toksisitas cisplatin. Namun, bioavailabilitas curcumin yang rendah menjadi perhatian utama. Pada percobaan ini, kami akan membandingkan efektivitas kurkumin dan nanokurkumin dalam hal
proteksi terhadap ginjal pada tikus yang diberikan cisplatin injeksi diperiksa menggunakan KIM-1 dan NGAL sebagai biomarker nefrotoksisitas akut. Metode: Tikus Sprague-dawley jantan dipilih secara acak dan dikelompokkan ke dalam 5 grup (n = 5 tikus/grup) dengan perlakuan yang berbeda; normal, cisplatin, cisplatin + curcumin, cisplatin + nanocurcumin 50 mg/kgBB, dan cisplatin + nanocurcumin 100 mg/kgBB. Dosis cisplatin yang digunakan sebesar 7 mg/kgBB. Pada hari ke 10, tikus dikorbankan dan ginjal diambil untuk dianalisis. Ekspresi KIM-1 dan NGAL pada ginjal dianalisa menggunakan RT-PCR. Hasil: Tidak ada perbedaan diantara seluruh kelompok (p>0.05). Namun, ekspresi kedua gen lebih rendah pada grup yang diberikan nanocurcumin. Konklusi: Ekspresi KIM-1 dan NGAL menurun setelah administrasi nanocurcumin, meskipun tidak signifikan.
Background: Cisplatin is one of the chemotherapy drugs that is commonly used to treat many kinds of cancer. However, despite its great effect, cisplatin can trigger nephrotoxicity due to its usage. Curcumin, has antioxidant and anti-inflammatory effect that has been suggested to be able to protect the kidney from cisplatin
toxicity. Nevertheless, its low bioavailability has become one of the major concern. In this experiment, we will compare the effectivity of curcumin and nanocurcumin in protecting the kidney from cisplatin-induced nephrotoxicity using KIM-1 and NGAL as the biomarker of acute kidney failure Method: Sprague Dawley rats are randomly divided into 5 groups (n = 5 rats/group) with different treatment; normal, cisplatin, cisplatin+curcumin, cisplatin+nanocurcumin 50 mg/kgBW, cisplatin+nanocurcumin 100mg/kgBW. The dose of cisplatin used in this research is 7mg/kgBW. On the 10th day of experiment, the rat is sacrified and the kidneys are taken for analysis. Then, KIM and NGAL expression in the kidney is analyzed using qRT-PCR. Results: There are no statistical significancy between all group (p>0.05). However,
expression of both KIM-1 and NGAL decrease in group treated using
Nanocurcumin Conculsion: The expression of both KIM-1 and NGAL are repressed by nanocurcumin, although it is statistically not significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library