Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York : Wiley Flammarion, 1979
616.61 NEP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jusuf Misbach
Jakarta: UI-Press, 2002
PGB 0156
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Harmon Mawardi
"ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang penelitian
Hasil penanganan terhadap penderita dengan sindrom gangguan pernapasan (SGP) dan asfiksia neonatorum sampai saat ini masih belum memadai. Menurut catatan medik di Bagian IAA FKUI-RSCM selama periode Pebruari 1984 sampai Agustus 1987 tercatat sebanyak 265 kasus SGP (± 65 kasus pertahun), yang dirawat di bangsal Infeksi Bayi dan Unit Perawatan Intensif (ICU) neonatus. Angka kematian tercatat sebanyak 70,6% di antara jumlah kasus SGP tersebut. Kematian akibat SGP sebesar 56,86% merupakan jumlah terbesar di antara seluruh penyebab kematian neonatus di SubBagian Perinatologi IRA RSCM (Boedjang dkk., 1981). Sedangkan Karjadi dkk. (1986) di RSUD Dr. Soetomo Surabaya mendapatkan angka kematian akibat SGP sebesar 92% pada tahun 1984, dan 59% tahun 1985.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa angka kejadian SGP pada neonatus masih tinggi, dengan angka kematian yang tinggi pula (di atas 50%).
Dahulu para ahli kurang memberi perhatian pada anoksia perinatal yang disebabkan oleh SGP atau asfiksia sebagai penyebab timbulnya gangguan fungsi ginjal (Dauber dkk., 1976). Beberapa kematian neonatus dengan SGP ternyata menderita gangguan fungsi ginjal, sehingga diperkirakan ada hubungan antara SGP dan asfiksia dengan fungsi ginjal.
Frekuensi terjadinya asfiksia neonatorum berkisar antara 10-20% (Buku Kuliah IRA, 1985), dengan angka kematian sebesar 56% (Hendarto, 1974 dikutip Kadri, 1982). Sebanyak 78% kasus SGP di ICU berusia di bawah 1 tahun, dan 60% di antaranya terdiri dari neonatus (Rezeki, 1981).
Selanjutnya Perlman dan Tack (1988) pada penelitiannya secara prospektif terhadap 120 kasus asfiksia pada neonatus cukup bulan (NCB) dan neonatus kurang bulan (NKB) mendapatkan adanya hubungan antara oliguria dan terjadinya kelainan neurologik atau kematian.
Stapleton dkk. (1987) melaporkan bahwa di ICU terdapat 8% GGA , dan sebanyak 9 di antara 15 kasus GGA pada neonatus mempunyai riwayat asfiksia perinatal.
Angka kematian GGA pada neonatus berkisar antara 14-73%.
SGP dapat menurunkan laju filtrasi glomerulus (LFG), dan GGA sering terjadi setelah mengalami asfiksia berat (Dauber dkk., 1976). Autopsi pada satu kasus penyakit membran hialin ditemukan kongesti vaskular dalam ginjal (Laporan Kasus IRA, 1988). Gangguan fungsi ginjal pada asfiksia berat pada umumnya reversibel apabila pemberian oksigen, keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi secara adekuat (Olavarria dkk., 1987). Sebaliknya GGA intrinsic dapat terjadi apabila iskemia berlangsung lama (Brenner dan Rector, 1986). Di Indonesia saat ini belum ada laporan penelitian tentang pengaruh SGP dan asfiksia neonatorun terhadap fungsi ginjal?
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rahayu Ningrum
"Latar belakang
Contrast media induced nephropathy (CIN) adalah komplikasi klinis akibat pemakaian media kontras. CIN menjadi semakin penting dengan makin banyaknya pemakaian media kontras pada prosedur diagnostik atau terapi intervensi, khususnya di bagian kardiologi. Penelitian tentang CIN yang sudah ada dilakukan di Eropa dan Amerika. Sedangkan di Indonesia data CIN belum ada dan faktor risiko untuk terjadinya CIN dijumpai pada pasien di bagian diagnostik invasif dan intervensi non bedah.
Tujuan penelitian
Mengetahui insidens CIN pada pasien yang dilakukan koroner-angiografi danlatau intervensi koroner perkutan, dan mengetahui faktor risiko yang berperanan.
Hipotesis dan manfaat penelitian
Pemakaian media kontras berhubungan dengan insidens CIN dan faktor risiko umur, jenis kelamin, DM, hipertensi, disfungsi ginjal, gagal jantung, anemia, status hidrasi yang kurang, infark miokard, media kontras, jenis tindakan berhubungan dengan terjadinya CIN.
Metodologi
Penelitian ini berupa quasi experimental (pre and post study), yang dilakukan pada 312 pasien di bagian invasif dan intervensi non bedah (laboratorium kateterisasi) RS Jantung dan PembuIuh darah Harapan Kita/Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK.UI yang menjalani koroner angiografi dan/atau intervensi koroner perkutan. Hasil yang dinilai adalah terjadinya kenaikan kreatinin serum sama dengan atau lebih dari 0,5 mg/dl pada hari ketiga setelah terpapar media kontras.
Hasil
Insidens CIN adalah 25% (79/312 orang) dengan insidens pada kelompok dengan faktor risiko 33% (51/156 orang) dan insidens pada kelompok tanpa faktor risiko 18% (28/156 orang). Hasil analisa univariat menunjukkan umur lanjut, hipertensi,lama hipertensi, DM, lama DM, anemia, status hidrasi, disfungsi ginjal, jenis kontras menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) dan hasil analisa multivariat menunjukkan umur lebih dari 60 tahun, hipertensi yang sudah berlangsung 5,5 tahun dan DM yang sudah terjadi 4,5 tahun bermakna untuk terjadinya CIN
Simpulan
Insidens CIN cukup tinggi di bagian invasif dan intervensi non bedah RSJPDHKIDepartemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular dengan faktor risiko yang paling berperanan adalah DM yang sudah terjadi 4,5 tahun, hipertensi yang sudah berlangsung 5,5 tahun dan usia lanjut lebih dari 60 tahun. Makin banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang makin besar prediksi untuk terjadinya CIN.

Background
Contrast media induced nephropathy (CIN) is a clinical complication due to the use of contrast media. With the increasing role of contrast media in diagnostic and intervention procedures, especially in the field of cardiology, CIN has become more important. Most studies a CIN were performed in Europe and US; currently in Indonesia data on this matter is limited while patients who undergo procedures in the Department of invasive diagnostic and non-surgical intervention are constantly at risk for this complication.
Aim of study
To investigate the incidence of CIN in patients who undergo coronary angiography and/or percutaneous coronary intervention, and to know the contributing risk factors.
Hypothesis and benefit of the study
The use of contrast media is related to the incidence of CIN. Age, sex, diabetes mellitus, hypertension, kidney dysfunction, heart failure, anemia, insufficient hydration level, myocardial infarction, the type of contrast media and the type of the procedure are the risk factors contributing to the incidence of CIN
Methods
This is a longitudinal prospective Cohort study on 312 patients in the Department of invasive diagnostic and non-surgical intervention of National Cardiovascular Center Harapan Kita/Department of Cardiology and Vascular Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia, March-May 2006 who undergo coronary angiography and/or percutaneous coronary intervention. We define CIN as an increase of plasma creatinine level of 0.5 mg/dl or more on the first three days after exposure to contrast media.
Results
Incidence of CIN was 25% (79 of 312 patients), with the incidence in the risk factor group was 33% (51 of 156 patients) and in the non risk factor group was 18% (28 of 156 patients). Uni variate analysis showed that advanced age, hypertension, duration of hypertension, diabetes mellitus, duration of diabetes mellitus, anemia, hydration status, underlying kidney dysfunction, and type of contrast media are significant risk factors for CIN While in the multivariate analysis the significant risk factors are advanced age (more than 60 years), 5.5 years hypertension, and diabetes mellitus that last 4, 5 years.
Conclusion
Incidence of CIN is relatively high in the Department of invasive diagnostic and non-surgical intervention of National Cardiovascular Center Harapan Kita/Department of Cardiology and Vascular Medicine, University of Indonesia. The contributing risk factors are advanced age more than 60 yearse,4.5 years hypertension, and diabetes mellitus that last 4.5 years. CIN is more likely to occur with an increasing number of risk factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Superti Daruningrum
"ABSTRAK
Ginjal merupakan organ yang dalam keadaan normoksia sekalipun rentan terhadap keadaan hipoksia. Salah satu mekanisme adaptasi terhadap keadaan hipoksia sistemik kronik adalah dengan mengekspresikan Cygb. Cygb berperan untuk mensuplai O2 ke mitokondria. Penyedian O2 dilakukan untuk reaksi hidroksilasi prolin pada sintesis kolagen dan asparagin pada HIF-1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekspresi relatif mRNA dan protein Cygb pada jaringan ginjal tikus yang diinduksi hipoksia sistemik kronik. Penelitian eksperimental ini menggunakan 25 tikus Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 5 kelompok, yakni: kontrol (normoksia: 20% oksigen/80% nitrogen), 1, 3, 7 dan 14 hari hipoksia (10% oksigen/90% nitrogen). Organ ginjal diambil setelah tikus dibedah. Parameter yang diukur adalah ekspresi relatif mRNA dan protein Cygb. Pengukuran mRNA dilakukan dengan menggunakan iScript One-Step SYBR Green (BioRad, NY). Protein Cygb diukur dengan menggukan Enzyme-Linked Immunosorbet Assay Kit (USCN). Ekspresi relatif mRNA dan protein Cygb mengalami titik puncak pada hipoksia 3 hari. Keduanya memiliki korelasi sangat kuat (r2 = 0.96, p<0.05). Ekspresi mRNA dan Protein Cygb meningkat pada jaringan tikus yang diinduksi hipoksia sistemik kronik.

ABSTRACT
Kidney is the organ in a state of normoxia though susceptible to hypoxia. One of the mechanisms of adaptation to chronic systemic hypoxia is to express Cygb. The function of Cygb is to supply O2 to the mitochondria. Supply O2 is needed for the reaction of proline hydroxylation in collagen synthesis and asparagine in HIF-1α. The aim of this study is to analyze the relative expression of Cygb mRNA and protein in chronic ischemia of kidney tissue in the rat. This experimental study used 25 Sprague-Dawley rats divided into 5 group: control (normoxia: 20% oxygen/80% nitrogen), 1, 3, 7 and 14 day hypoxia (10% oxygen/90% nitrogen). Kidney organ were collected after the rats were sacrificed. Parameters measured were: the relative expression of Cygb mRNA and protein. Measurement of Cygb mRNA was done using iScript One-Step SYBR Green (BioRad, NY). Cygb protein was measured using Enzyme-Linked Immunosorbet Assay Kit for (USCN). The peak of relative expression of Cygb mRNA and protein occurred at day 3 of hypoxia. Both parameters were strongly correlated (r2 = 0.96, p <0.05). The relative expression of Cygb mRNA and protein were increased in rat kidney tissue which has been subjected to chronic systemic hypoxia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The presence of Chronic Kidney Disease (CKD) increases the risk of death from cardiovascular causes and makes the management of heart failure difficult. The coexistence of CKD and heart failure is increasing in prevalence worldwide and requires a unique and subtle approach to patient management.
Managing the kidney in heart failure focuses on the therapeutic management of cardio renal patients. Common heart and kidney failure conditions are presented along with treatment scenarios aimed to reduce cardiovascular mortality and preserve kidney function"
New York: Springer, 2012
e20426194
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia, PA : Elsevier/Saunders, 2015
616.61 COM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia , 2017
616.6 BUK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Fully revised, third edition covering diagnosis and management of kidney disorders. Includes new chapters on diabetes. Previous edition published 2004."
New Delhi: Jaypee Brothers Medical, 2014
616.61 TEX
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Taslim Sodikromo Soetomenggolo, Author
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0144
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>