Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. M. Heru Basuki
"ABSTRAK
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) menurut UU No.20/1992 merupakan bagian integral dari Sistem Pendidikan Nasional. Penyelenggaraan PPBN dimulai sejak TK sampai Perguruan Tinggi (PT). PPBN di TK sampai dengan SLTA dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Kepramukaan. Mengingat peran strategis PT maka PPBN di PT diselenggarakan lebih intensif dan spesifik dalam bentuk perkuliahan MKDU Kewiraan. Tuiuannya adalah terbentuknya sikap bela negara yang positif yaitu: kecintaan pada Tanah Air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai Ideologi Negara, dan kerelaan berkorban guna meniadakan setiap ancaman yang datang dari dalam maupun luar negeri yang membahayakan kedaulatan bangsa dan negara. Namun, dari sisi lain realitas saat ini menunjukkan adanya kesenjangan antara nilai yang diraih mahasiswa dalam mata kuliah Kewiraan dengan perilaku sehari-hari yang tidak mencerminkan sikap bela negara yang positif.
Sehubungan dengan kenyataan itu permasalahan yang urgen untuk dipecahkan adalah "proses belajar mengajar Kewiraan yang bagaimanakah yang mampu menumbuhkan sikap bela negara pada mahasiswa dan orientasi nilai manakah yang reseptif terhadap materi belanegara". Permasalahan ini dijawab melalui penelitian dengan mengacu pada hipotesis yang disusun atas perpaduan konsep belajar mengajar yang bersifat kognitif dan afektif domain. Hipotesis yang diajukan memprediksikan adanya keterkaitan antara sikap bela negara pada mahasiswa dengan kebermaknaan proses belajar mengajar Kewiraan yang diperoleh, dan dengan orientasi nilai yang diyakini atau dominan dalam diri mahasiswa. Dengan keterkaitan itu diasumsikan akan terjadi perbedaan dalam sikap bela negara di antara mahasiswa yang disebabkan oleh perbedaan orientasi nilai yang dimiliki mahasiswa.
Penelitian dilakukan pada mahasiswa Unika Atmajaya Jakarta yang mengikuti perkuliahan MKDU Kewiraan Semester Genap tahun akademik 1991/1992 sebanyak 359 subjek dari 6
seksi atau kelas yang mencakup semua fakultas yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap bela negara mahasiswa dengan tingkat kebermaknaan proses belajar mengajar Kewiraan yang diikuti.
2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap bela negara dengan orientasi nilai yang dimiliki mahasiswa pada dimensi ilmu pengetahuan, religius.
3. Di antara mahasiswa yang memiliki orientasi nilai yang berbeda tidak menunjukkan adanya perbedaan secara signifikan dalam sikap bela negara.
Hasil penelitian tersebut mengandung makna bahwa semakin tinggi kebermaknaan proses belajar mengajar akan semakin tinggi pula sikap bela negara mahasiswa. semakin tinggi orientasi nilai ilmu pengetahuan dan religius dari mahasiswa, akan semakin tinggi pula sikap bela negaranya.
Berdasarkan hasil penelitian ini seianjutnya diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penataan kembali struktur (restrukturisasi dan rekonsepsi) program mata kuliah Kewiraan, sehingga dapat ditemukan suatu formulasi materi Kewiraan yang mampu mengintegrasikan antara kepentingan mahasiswa, masyarakat, dan negara.
2. Perlu dilakukan eksplorasi untuk menggali pola-pola baru model pengajaran mata kuliah Kewiraan baik dalam hal stra tegi maupun metode.
3. Perlu adanya pelatihan atau workshop bagi dosen-dosen Kewiraan dalam hal penyusunan disain instruksional, pengelolaan pengajaran, pemilihan metode pengajaran yang tepat, serta penggunaan multi media.
4. Meningkatkan keluasan wawasan keilmuan dosen Kewiraan, merupakan kebutuhan yang mendesak saat ini.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang mencakup sebaran sampel yang lebih luas, penggunaan alat ukur yang lebih standar, dan metodologi penelitian yang lebih komprehensif."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Minto Rahayu
"Perjalanan kehidupan suatu bangsa tidak pernah lepas dari pergerakan kaum terpelajar atau mahasiswa. Pergerakan mahasiswa lahir dari nasionalisme dan perubahan sosial. Demikian juga dengan Indonesia; diawali dengan pergerakan nasional Budi Utomo dan Sumpah Pemuda yang berhasil membawa bangsa Indonesia merdeka. Pergerakan mahasiswa juga berperan dalam melahirkan orde baru yang menggantikan orde lama, demikian juga orde reformasi yang menggantikan orde baru. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pengaruh nasionalisme dan perubahan sosial pada pergerakan mahasiswa di era reformasi, dengan pendekatan studi pustaka dan angket. Pergerakan mahasiswa di era reformasi dipicu oleh nasionalisme, yaitu krisis ekonomi dan kebijakan pemerintah, serta menghantarkan pada perubahan sosial pergantian pimpinan nasional dan kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis.
Pasca 1998, pergerakan mahasiswa banyak mengusung kepentingan subyektif mahasiswa. Persepsi mahasiswa terhadap nasionalisme mahasiswa, perubahan sosial, dan pergerakan mahasiswa mempunyai derajat yang seimbang dengan angka prosentase yang sama-sama tinggi. Namun persepsi mahasiswa terhadap nasionalisme dan perubahan sosial rendah. Berdasarkan analisis korelasi semakin tinggi nasionalisme mahasiswa akan semakin tinggi pula pergerakan mahasiswa; semakin tinggi perubahan sosial akan semakin tinggi pergerakan mahasiswa; dan semakin tinggi nasionalisme mahasiswa dan perubahan sosial akan semakin tinggi pergerakan mahasiswa. Peran pergerakan mahasiswa dalam ketahanan nasional ditinjau dari aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, dengan tujuan mempertahankan NKRI.

Life journey of a nation is inseparable from the movement of educated group of people, or then refers to as students. This students? movement bears from what so called nationalism and social changes. So does in Indonesia; Budi Utomo and Sumpah Pemuda initiated the national movements in this nation, which led to Indonesia?s independence. In the past, the students movement also played a significant role in delivery of the new order replacing the old order, as well as of the reform order substituting the new order. This research was conducted to find out the effects of nationalism and social changes on the students movement through literature study approach and questionnaire circulation.
Students movement in the reform era was triggered with nationalism upon economic crisis and government policy which then brought about social changes, replacement of national leaders, and more democratic national life. Soon after1998, the students movement carried a lot of subjective interest of students. The students perception on the students nationalism, social changes, and , students movement had an equivalent degree with the same high percentage. However, the students perception on nationalism and social changes was low. Based on the correlation analysis, the greater the students? nationalism the greater the student? movement; the greater the social changes the greater the students movement; and the greater the students nationalism and social changes the greater the students? movement. The role of students movement in the national resilience was viewed from the aspects of politics, economics, socio-culture, and security defence, and was intended to strongly maintain the unitary state of Indonesia.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jumiati
"Integritas negara ditentukan oleh kuatnya nasionalisme di antara masyarakat negara tersebut, dan juga merupakan salah satu hal terpenting untuk melindungi suatu negara. Nasionalisme dijalankan sesuai dengan nilai-nilai ideologi Pancasila yang dianut bangsa Indonesia, nasionalisme dalam pemerintahan sangat penting untuk memberikan kebijakan dan peraturan serta aturan yang berlaku untuk kesejahteraan masyarakat. Hubungan timbal balik yang diciptakan oleh nasionalisme ini membuat sulit bagi semua pihak yang terlibat, yaitu pemerintah dan masyarakat, untuk melepaskan nasionalisme tersebut. Akan tetapi, hal tersebut tidak terlihat di dusun Gun Tembawang, terlihat dari adanya permasalahan mengenai masyarakat periphery di dusun Gun Tembawang dalam memahami dan menerapkan konsep nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari. Perpindahan status kewarganegaraan tentunya menimbulkan pertanyaan mengapa mereka melakukannya. Mengapa kurang lebih ±35 kepala keluarga dusun Gun Tembawang melepas kewarganegaraan Indonesia dan lebih memilih menjadi kewarganegaraan Malaysia walaupun memiliki sejarah sebagai penduduk desa yang berada di wilayah Indonesia. Namun, jika dilihat lebih jauh terdapat ketidakmerataan ekonomi yang erat kaitannya dengan kesenjangan sosial anatara pusat dan masyarakat periphery di dusun Gun Tembawang (pinggiran). Kesenjangan yang begitu besar akan menyebabkan pemberontakan dari masyarakat yang terpinggirkan. Akan tetapi, terdapat hal yang menarik ditengah adanya daya tarik Malaysia serta permasalahan ketimpangan pembangunan ternyata masih terdapat ±30 kepala keluarga masyarakat periphery didusun Gun Tembawang yang bertahan dengan status kewarganegaraan Indonesia, mengapa masyarakat tersebut masih bertahan ditengah daya tarik Malaysia di bandingkan dengan Indonesia, dimana negara (Indonesia) kurang memberikan porsi pembangunan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di kawasan pinggiran. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengidentifikasi alasan dari masyarakat dusun Gun tembawang masih bertahan dengan kewarganegaraan Indonesia, walaupun negara kurang memberikan porsi pembangunan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di kawasan pinggiran. Dan juga untuk mengetahui nasionalisme masyarakat perbatasan dengan kondisi ekonomi dan situasi yang mereka hadapi ditengah adanya daya tarik Malaysia dibanding daya tarik Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan sumber informasi yang diperoleh dari buku, jurnal, website dan wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Nasionalisme dan Modernisasi Ernest Gellner.

The integrity of the state is determined by the strength of nationalism among the inhabitants of the country, and it is also one of the most important things to protect a country.. Nationalism is implemented according to the ideological values of Pancasila that the Indonesian people adhere to. Nationalism in the government is very important to provide policies and regulations and rules for the welfare of society. This interrelational relationship created by nationalism makes it difficult for all parties involved, namely the government and society, to let go of this nationalism. However, this is not seen in Gun Tembawang Hamlet, which is evident from the problems of the peripheral community of Gun Tembawang Hamlet in understanding the concept of nation and applying it in daily life. In this case, the issue of the transfer of citizenship (Gun Tembawang Hamlet) naturally raises the question of why they did it. Why about ±35 family members in Gun Tembawang Hamlet renounced their Indonesian citizenship in favor of Malaysian citizenship, even though they had a history as villagers in Indonesian territory. However, looking further afield, there is economic inequality in Gun Tembawang Hamlet (periphery) which is closely related to the social gap between the center and the periphery. Such a wide gap leads to rebellion by marginalized communities. However, there is something interesting amidst the problem of Malaysian charm and development gap, it turns out that in Gun Tembawang Hamlet, there are still ± 30 heads of families from peripheral communities who retain their Indonesian citizenship. Why these people maintain their Indonesian citizenship regardless of Malaysian charm compared to Indonesia, where the state (Indonesia) does not provide adequate development to meet the development needs of the periphery areas. Therefore, the purpose of this study is to understand nationalism and the activities of peripheral societies, which are often in conflict with the national spirit developed by the state. Specifically, to explain and identify the reasons why the community of Gun Tembawang Hamlet maintains their Indonesian citizenship despite the country not providing adequate development to meet the development needs of the periphery areas. This study also aims to find out about the nationalism of the peripheral society and the economic conditions and situations they face against the attractiveness of Malaysia compared to that of Indonesia. Descriptive research is used as a research method using data sources from books, magazines, websites and interviews. In this study, the author uses Ernest Gellner's theory of Nationalism and Modernisation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini antara lain mengenai putusan kongres pemuda Indonesia ke-II 28 Oktober 1928, amanat pemimpin besar revolusi tentang nation building ..."
Djakarta: Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat, Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa, 1964
K 370.196 096 98 CAP
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
London : Routledge, 1997
370.115 EDU
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dale, Leigh
Toowoomba: Association for the Study of Australian Literature, 1997
820.719 4 DAL e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library