Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aca Sugandhy
Abstrak :
ABSTRAK
Pelestarian dan pemanfaatan kekayaan hayati kawasan fungsi lindung diperlukan bagi keseimbangan Iingkungan dan keberlanjutan pembangunan dalam pemenuhan kebutuhan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara pengelolaannya adalah dengan penetapan Taman Nasional. Indonesia adalah negara kepulauan yang dinilai mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) baik di ekosistem daratan maupun lautan. Potensi kaanekaragaman hayati tersebut termasuk yang ada di kawasan taman nasional sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan obat-obatan dan ekowisata (ecotourism). Segara bioregional Indonesia terbagi dalam tujuh biogeografik region yaitu bio-regional Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Dalam Setiap bio-regional tersebut telah ditetapkan sejumlah taman nastonal. Taman nasional adalah satu kawasan nasional yang ditetapkan sebagai salah satu kawasan konservasi fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati. Sebagai salah satu dari kawasan fungsi lindung yang merupakan subsistem dari suatu ruang wilayah mempunyal peran yang sangat strategis bagi pembangunan berkelanjutan. Obyek penelitian adalah Taman Nasional menurut UU No. 5 tahun 1990 yaitu kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dlkembangkan sebagal pariwisata alam; merupakan kawasan yang dapat dibagl ke dalam zona Inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lainnya.
ABSTRACT
The conservation and utilization of biodiversity in the preservation area are needed for the environmental balance and sustainable development to meet the basic need and society welfare. One of the management effort is to designate the national park. Indonesia is an archipelagic country which has domain the most richness of the biodiversity resources (mega biodiversity country) not only in the terrestrial ecosystem but also in the marine environment. The biodiversity potential includes those in the national park, is not USBU yet in an optimal way not only in direct use but also in an indirect way for meeting the need such as foods, clothes, shelters, medicines and ecotorism. Indonesia bio-region consist of seven biogeography region l.e. bioregional Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku, dan lrian Jaya. In each bioregion consist of numbers of national park. National park is a national area designated as an ecosystem and biodiversity conservation area. As one of the preservation area in a subsystem of the regional spatial structure it has a very strategic role for sustainable development. As an object chosen for this study, a national park according to the Government of Indonesia Law Number 5 year 1990 is ah area which meet the criteria interalia as follows: appropriate size of land to maintain the sustainability of the natural ecological process; it has a unique and specific natural resources; it has one or more untouched ecosystem; it has an original natural conditions which are potential for developing the ecotourism. Internally national park area can be divided into various zone based on the function and it's structure of the ecosystem.
Depok: 2006
D720
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernita Sari
Abstrak :
Vegetasi mempunyai beberapa syarat tumbuh yang harus dipenuhi untuk dapat hidup dengan optimal Faktor-faktor yang memungkinkan keberadaan suatu vegetasi di suatu wilayah adalah faktor edafis, fisiografis, klimatis dan biotis (Polunin, 1990). Perubahan vegetasi sejalan dengan pertambahan ketinggian dari permukaan laut (elevasi), namun masih banyak faktor-faktor iklim yang penting dalam lingkungan pegunungan, terrnasuk jumlah dan penyebaran curah hujan, cahaya dan singkapanlexposure lereng (Loveless, 1989). Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango sebagal wilayah penelitian tergolong sebagal Hutan Hujan Tropis Pegunungan (Loveless, 1989), yang memungkinkan terdapatnya variasi vegetasi hutan dalam zona sub montana, montana maupun sub alpin (Novinita, 1992). Permasalahan yang ingin diutarakan adalah bagaimana penyebaran vegetasi di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, sehubungan dengan kondisi ketinggian, curah hujan serta penyinaran matahari pada musim hujan dan kernarau. Satuan analisis yang akan dipergunakan adalah lereng. Yang dimaksud dengan vegetasi adalah tumbuhan yang belum mendapat pengaruh, campur tangan, serta rekayasa manusia. Vegetasi yang akan diamati diklasiflkasikan mengacu pada Dansereau (1957) dalam Cohn (1969), dan Yamada 0977 yang kemudian diolah, yaitu : Vegetasi Al, lapisan pertama, tinggi Iebihlsama dengan 25 m, batang kayu keras, Vegetasi AZ lapisan kedua, tinggi kurang dari 25 m, pohon, batang kayu keras, tidak termasuk conifer, Vegetasi B, lapisan kedua, tinggi kurang dari 25 m, batang kayu keras, daun jarum/conifer, Vegetasi C, lapisan bawah, tinggi kurang dari 6 m, batang keras atau lunak, (semak herba, perdu, pakis, palma, bambu), Vegetasi D, lapisan bawah, tinggi kurang dari 6 m, menumpang pada tumbuhan lain (paku, epifit, liana), Vegetasi E, lapisan bawah, tinggi kurang dari I m, (rumputrumputan, alang-alang), Vegetasi F, lapisan bawah, tinggi kurang dari 0,1 m, (lumut, jamur). Vaniabel yang akan dilihat adalah ketinggian dan faktor klimatis, yaitu curah hujan serta penyinanan matahani pada musim hujan dan musim kemarau. Penyinaran matahani yang akan dilihat adalah rata-rata lama penyinaran matahari dalam 1 bulan. 100% berarti rata-rata tiap hari 8 jam. Untuk menjawab permasalahan pada penehitian mi dilakukan penampalan peta, dengan mengacu pada data-data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal PHPA Taman Ui Nasional Gunung Gede-Pangrango, beberapa eneI itian -te dahu lu, serta diperkuat meIaui survey lapangan dengan metode sampel yang mewakUi setiap lereng. Hasil analisa akan disajikan secara diskriptif dengan bantuan peta, tabel serta diagram. Hasil yang diperoleh dari penelitian mi dapat diringkas menjadi: - Setiap vegetasi mempunyai region tersendini untuk ditempat, dan didominasi. Khusus vegetasi Al clan A2 mempunyai kesamaan, tenluas pada region ketinggian, curah hujan clan lama penyinaran matahari pada kedua musim yang sama, di setiap lereng. - Setiap vegetasi tidak selalu menempati dan mendominasi region setiap variabel yang sama pada lereng yang berbeda. - Keanekaragaman vegetasi adalah sebagal benikut: - Keanekaragaman vegetasi maksimal lereng utara, pada region montana (meliputi ketinggian 2.000 - 2.400 rn), yaitu vegetasi Al, A2, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang pada kedua musim, serta lama penyinaran matahani sedang clan tinggi pada kedua musim. lereng timur, pada region montana (meliputi ketinggian 1.700 - 1.800 rn), yaltu vegetasi Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan tinggi pada musim hujan, curah hujan sedang clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah clan sedang pada musim hujan, Oan lama penyinaran matahari sedang pada musim kemarau. lereng s&atan, pada region sub montana (meliputi ketinggian 1.000 - 1.100 m), dan region montana (meliputi ketinggian 2.100 - 2.400 rn), yaitu vegetasi Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah hujan rendah clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahani rendah clan sedang pada musim hujan, lama penyinaran matahari sedang clan tinggi pada musim kemarau. lereng barat, pada region montana (meliputi ketinggian 2.100 - 2.400 m), yaltu vegetasi Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang pada musim hujan clan curah hujan rendah clan sedang pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah clan sedang pada kedua musim. - Keanekaragaman vegetasi minimal: lereng utara, pada region sub alpin (meliputi ketinggian 2.800 - 3.019 m), yaitu vegetasi C, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah hujan rendah, sedang clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah padá kedua musim. lereng timur, pada region montana (meliputi ketinggian 1.500 - 1.700 m), yaitu vegetasi A2, B, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada kedua musim, serta lama penyinaran matahari rendah clan sedang pada musim hujan, lama penyinaran matahari sedang pada musim kemarau. lereng selatan, pada region sub alpin (meliputi ketinggian 3.000 - 3.019 m), yaitu vegetasi C, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah hujan rendah dan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah pada kedua musim. lereng barat, pada region sub alpin (meliputi ketinggian 2.800 - 3.019 m), yaitu vegetasi C, E, F, dengan curah hujan sedang pada musim hujan, curah hujan rendah dan sedang pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah pada kedua musim.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erfa Canisthya
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai pemanfaatan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Subbidang Jalan Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2013 yang berorientasi kepada konteks Results Based Management (RBM) dan kriteria perancangan dana transfer terkait dengan pemanfaatannya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desentralisasi Fiskal, dan Transfer Fiskal Antar Tingkat Pemerintahan, Results Based Management dan Project Cycle Management. Penelitian ini menggunakan pendekatan post postivist dengan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam, studi literatur/dokumen dan survei lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan DAK bidang infastruktur subbidang jalan tahun anggaran 2013, dari sisi planning, implementing a project, monitoring, dan evaluating sesuai dengan konteks RBM dan PCM, namun yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pemanfaatan DAK terkait di wilayah Kabupaten Tangerang adalah regulasi, hubungan antar stakeholders, kapasitas internal kelembagaan dan sumber daya manusia. ......This research discusses about the effectiveness of specific purpose grant which is allocated by central government for regional government to fulfill national priority development on regional government, specific at road infrastructure sector in Kabupaten Tangerang fiscal year of 2013. Researcher uses Fiscal Decentralization Theory, Intergovernmental Fiscal Transfer, Results Based Management, and Project Cycle Management. Use post-positvist paradigm, in-depth interview, and field research methods are used by reasearcher to analyse main problem. This research also consider the RBM context (planning, monitoring, and evaluating) and PCM context (implementing a project) to determine the results of this research. Research has shown that management of specific purpose grant, sector of roads infrastructure in Kabupaten Tangerang, Fiscal Year of 2013 has supported RBM and PCM context, but there are some factors affecting the problem of budget management, such as regulations, stakeholders relations, internal institution capacities, and human resources.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erfa Canisthya
Abstrak :
Penelitian ini berusaha melihat implikasi kebijakan perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak sebagai bentuk upaya konservasi terhadap kelangsungan hidup masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini berfokus mengeksplorasi akses masyarakat dan kelangsungan hidup masyarakat. Terkait data kelangsungan hidup masyarakat, metode survei dilakukan untuk melengkapi deskripsi kepemilikan aset dan aktivitas masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat mekanisme akses melalui kesepakatan antara masyarakat dan pihak taman nasional dengan dibantu organisasi non pemerintah untuk pemanfaatan wilayah yang termasuk ke dalam kawasan, tetapi mekanisme akses tersebut belum cukup memberdayakan kelangsungan hidup masyarakat. Rekomendasi dari penelitian ini adalah adanya implementasi yang efektif dari kebijakan sistem zonasi dan model kolaborasi supaya dapat memberikan kepastian akses masyarakat dan meningkatkan kelangsungan hidup masyarakat. ......This study examines how the expansion of Gunung Halimun Salak National Park impact on the livelihood of communities who live in and around the parks. This study used qualitative approach and explored the livelihood assets and livelihood strategies of the people as they gained their access to use resources inside the park through households survey. The study unveils that communities gain their access through the negotiation of social relation between the communities and the national park authorities with limited help from non governmental organization, but the access mechanism is not yet to empower and to develop their livelihood assets and strategies. This study suggests that the effective implementation of zoning system and collaborative model management are needed to secure the access gained by communities and to improve the livelihood of communities.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: The Gibbon Foundation Indonesia, 2001
333.72 BER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cubitt, Gerald
Cambridge, UK: MIT Press, 1992
R 508.598 CUB w
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library