Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aca Sugandhy
Abstrak :
ABSTRAK
Pelestarian dan pemanfaatan kekayaan hayati kawasan fungsi lindung diperlukan bagi keseimbangan Iingkungan dan keberlanjutan pembangunan dalam pemenuhan kebutuhan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara pengelolaannya adalah dengan penetapan Taman Nasional. Indonesia adalah negara kepulauan yang dinilai mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) baik di ekosistem daratan maupun lautan. Potensi kaanekaragaman hayati tersebut termasuk yang ada di kawasan taman nasional sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan obat-obatan dan ekowisata (ecotourism). Segara bioregional Indonesia terbagi dalam tujuh biogeografik region yaitu bio-regional Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Dalam Setiap bio-regional tersebut telah ditetapkan sejumlah taman nastonal. Taman nasional adalah satu kawasan nasional yang ditetapkan sebagai salah satu kawasan konservasi fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati. Sebagai salah satu dari kawasan fungsi lindung yang merupakan subsistem dari suatu ruang wilayah mempunyal peran yang sangat strategis bagi pembangunan berkelanjutan. Obyek penelitian adalah Taman Nasional menurut UU No. 5 tahun 1990 yaitu kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dlkembangkan sebagal pariwisata alam; merupakan kawasan yang dapat dibagl ke dalam zona Inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lainnya.
ABSTRACT
The conservation and utilization of biodiversity in the preservation area are needed for the environmental balance and sustainable development to meet the basic need and society welfare. One of the management effort is to designate the national park. Indonesia is an archipelagic country which has domain the most richness of the biodiversity resources (mega biodiversity country) not only in the terrestrial ecosystem but also in the marine environment. The biodiversity potential includes those in the national park, is not USBU yet in an optimal way not only in direct use but also in an indirect way for meeting the need such as foods, clothes, shelters, medicines and ecotorism. Indonesia bio-region consist of seven biogeography region l.e. bioregional Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku, dan lrian Jaya. In each bioregion consist of numbers of national park. National park is a national area designated as an ecosystem and biodiversity conservation area. As one of the preservation area in a subsystem of the regional spatial structure it has a very strategic role for sustainable development. As an object chosen for this study, a national park according to the Government of Indonesia Law Number 5 year 1990 is ah area which meet the criteria interalia as follows: appropriate size of land to maintain the sustainability of the natural ecological process; it has a unique and specific natural resources; it has one or more untouched ecosystem; it has an original natural conditions which are potential for developing the ecotourism. Internally national park area can be divided into various zone based on the function and it's structure of the ecosystem.
Depok: 2006
D720
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernita Sari
Abstrak :
Vegetasi mempunyai beberapa syarat tumbuh yang harus dipenuhi untuk dapat hidup dengan optimal Faktor-faktor yang memungkinkan keberadaan suatu vegetasi di suatu wilayah adalah faktor edafis, fisiografis, klimatis dan biotis (Polunin, 1990). Perubahan vegetasi sejalan dengan pertambahan ketinggian dari permukaan laut (elevasi), namun masih banyak faktor-faktor iklim yang penting dalam lingkungan pegunungan, terrnasuk jumlah dan penyebaran curah hujan, cahaya dan singkapanlexposure lereng (Loveless, 1989). Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango sebagal wilayah penelitian tergolong sebagal Hutan Hujan Tropis Pegunungan (Loveless, 1989), yang memungkinkan terdapatnya variasi vegetasi hutan dalam zona sub montana, montana maupun sub alpin (Novinita, 1992). Permasalahan yang ingin diutarakan adalah bagaimana penyebaran vegetasi di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, sehubungan dengan kondisi ketinggian, curah hujan serta penyinaran matahari pada musim hujan dan kernarau. Satuan analisis yang akan dipergunakan adalah lereng. Yang dimaksud dengan vegetasi adalah tumbuhan yang belum mendapat pengaruh, campur tangan, serta rekayasa manusia. Vegetasi yang akan diamati diklasiflkasikan mengacu pada Dansereau (1957) dalam Cohn (1969), dan Yamada 0977 yang kemudian diolah, yaitu : Vegetasi Al, lapisan pertama, tinggi Iebihlsama dengan 25 m, batang kayu keras, Vegetasi AZ lapisan kedua, tinggi kurang dari 25 m, pohon, batang kayu keras, tidak termasuk conifer, Vegetasi B, lapisan kedua, tinggi kurang dari 25 m, batang kayu keras, daun jarum/conifer, Vegetasi C, lapisan bawah, tinggi kurang dari 6 m, batang keras atau lunak, (semak herba, perdu, pakis, palma, bambu), Vegetasi D, lapisan bawah, tinggi kurang dari 6 m, menumpang pada tumbuhan lain (paku, epifit, liana), Vegetasi E, lapisan bawah, tinggi kurang dari I m, (rumputrumputan, alang-alang), Vegetasi F, lapisan bawah, tinggi kurang dari 0,1 m, (lumut, jamur). Vaniabel yang akan dilihat adalah ketinggian dan faktor klimatis, yaitu curah hujan serta penyinanan matahani pada musim hujan dan musim kemarau. Penyinaran matahani yang akan dilihat adalah rata-rata lama penyinaran matahari dalam 1 bulan. 100% berarti rata-rata tiap hari 8 jam. Untuk menjawab permasalahan pada penehitian mi dilakukan penampalan peta, dengan mengacu pada data-data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal PHPA Taman Ui Nasional Gunung Gede-Pangrango, beberapa eneI itian -te dahu lu, serta diperkuat meIaui survey lapangan dengan metode sampel yang mewakUi setiap lereng. Hasil analisa akan disajikan secara diskriptif dengan bantuan peta, tabel serta diagram. Hasil yang diperoleh dari penelitian mi dapat diringkas menjadi: - Setiap vegetasi mempunyai region tersendini untuk ditempat, dan didominasi. Khusus vegetasi Al clan A2 mempunyai kesamaan, tenluas pada region ketinggian, curah hujan clan lama penyinaran matahari pada kedua musim yang sama, di setiap lereng. - Setiap vegetasi tidak selalu menempati dan mendominasi region setiap variabel yang sama pada lereng yang berbeda. - Keanekaragaman vegetasi adalah sebagal benikut: - Keanekaragaman vegetasi maksimal lereng utara, pada region montana (meliputi ketinggian 2.000 - 2.400 rn), yaitu vegetasi Al, A2, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang pada kedua musim, serta lama penyinaran matahani sedang clan tinggi pada kedua musim. lereng timur, pada region montana (meliputi ketinggian 1.700 - 1.800 rn), yaltu vegetasi Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan tinggi pada musim hujan, curah hujan sedang clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah clan sedang pada musim hujan, Oan lama penyinaran matahari sedang pada musim kemarau. lereng s&atan, pada region sub montana (meliputi ketinggian 1.000 - 1.100 m), dan region montana (meliputi ketinggian 2.100 - 2.400 rn), yaitu vegetasi Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah hujan rendah clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahani rendah clan sedang pada musim hujan, lama penyinaran matahari sedang clan tinggi pada musim kemarau. lereng barat, pada region montana (meliputi ketinggian 2.100 - 2.400 m), yaltu vegetasi Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang pada musim hujan clan curah hujan rendah clan sedang pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah clan sedang pada kedua musim. - Keanekaragaman vegetasi minimal: lereng utara, pada region sub alpin (meliputi ketinggian 2.800 - 3.019 m), yaitu vegetasi C, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah hujan rendah, sedang clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah padá kedua musim. lereng timur, pada region montana (meliputi ketinggian 1.500 - 1.700 m), yaitu vegetasi A2, B, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada kedua musim, serta lama penyinaran matahari rendah clan sedang pada musim hujan, lama penyinaran matahari sedang pada musim kemarau. lereng selatan, pada region sub alpin (meliputi ketinggian 3.000 - 3.019 m), yaitu vegetasi C, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah hujan rendah dan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah pada kedua musim. lereng barat, pada region sub alpin (meliputi ketinggian 2.800 - 3.019 m), yaitu vegetasi C, E, F, dengan curah hujan sedang pada musim hujan, curah hujan rendah dan sedang pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah pada kedua musim.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutherland, Mary
Tokyo : Kodansia International, 1980
915.2 SUT n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kindangen, Simon Albert
Abstrak :
Taman Nasional Dumoga Bone dengan luas wilayah 325.000 hektar meliputi Cagar Alam Bulawa 75.200 hektar, Suaka Margasatwa Bone 110.000 hektar, dan Hutan Lindung 46.300 hektar. Sesuai dengan masalah yang dihadapi, maka obyek penelitian hanya dibatasi pada Suaka Margasatwa Dumoga, yang pada tahun 1983 telah mengalami kerusakan hutan seluas kira-kira 20.000 hektar. Kegiatan-kegiatan sebagian petani di Desa-desa Kecamatan Dumoga yang berada di sekitar Taman Nasional dalam bentuk peladangan liar, pemukiman liar, pengambilan berbagai hasil hutan serta penangkapan binatang-binatang langka yang dilindungi, telah menyebabkan kerusakan sebagian hutan di wilayah Suaka Margasatwa Dumoga, dalam kawasan Taman Nasional-Dumoga Bone. Pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor sosial dan ekonomi apa dari penduduk di sekitar wilayah yang menghambat pengelolaan Taman Nasional. Tujuan dan kegunaan penelitian ini yaitu mengidentifikasi data dan informasi mengenai faktor-faktor sosial dan ekonomi penduduk di sekitar wilayah yang menghambat pengelolaan Taman Nasional, menguji hipotesis, sebagai masukan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Utara dan pengelola Taman Nasional, dan diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu lingkungan, serta bagi penelitian lebih lanjut. Penelitian ini telah dilaksanakan melalui pengamatan dan survai dengan menggunakan kuesioner, wawancara dengan para petani respondent pemerintah daerah, serta instansi-instansi yang bersangkutan di Tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan tingkat Pusat. Sesuai dengan hipotesis pertama, ternyata bahwa rendahnya pendidikan petani memberi pengaruh negatif (menghambat) terhadap pengelolaan Taman Nasional. Dalam kenyataannya, tingkat pendidikan yang lebih rendah menyebabkan kerusakan hutan yang lebih besar, dan sebaliknya, tingkat pendidikan yang lebih tinggi menyebabkan kerusakan hutan dengan intensitas yang lebih kecil (tabel 15, halaman 99). Selanjutnya dibuktikan pula bahwa hasil analisis mendukung hipotesis yang kedua yaitu rendahnya pendapatan petani, memberi pengaruh negatif (menghambat) terhadap pengelolaan Taman Nasional. Sebagaimana halnya dengan variabel pendidikan terhadap variabel kerusakan hutan, ternyata tingkat pendapatan berbanding terbalik dengan tingkat kerusakan hutan, yaitu pendapatan yang lebih rendah menyebabkan kerusakan hutan dengan intensitas yang lebih besar, dan sebaliknya, pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan kerusakan hutan yang lebih kecil. Dalam penelitian juga dijumpai bahwa selain faktor pendidikan dan pendapatan petani yang rendah sebagai faktor dominan, ternyata faktor-faktor pertambahan penduduk, peraturan perundangan, pemilikan tanah dan lapangan kerja juga telah turut menyebabkan hambatan bagi usaha perlindungan hutan di wilayah Suaka Margasatwa Dumoga, sebagai salah satu aspek pengelolaan Taman Nasional Dumoga Bone. Sebagai kelengkapan laporan ini maka melalui pengamatan di Desa Huluduotamo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Gorontalo, ternyata di Suaka Margasatwa Bone juga dihadapi masalah kerusakan hutan seluas kira-kira 2000 hektar dari luas keseluruhan yaitu 110.000 hektar. Untuk mengatasi masalah kerusakan hutan di Taman Nasional ini perlu diusahakan peningkatan pengertian petani mengenai bidang lingkungan hidup, antara lain yang meliputi pengenalan tentang arti, tujuan dan manfaat dari Suaka Margasatwa dan Taman Nasional secara keseluruhan melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, serta usaha peningkatan kesejahteraan petani di sekitar Taman Nasional Dumoga Bone.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1985
T3440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bhisma Gusti Anugra
Abstrak :
ABSTRACT
Taman Nasional Baluran merupakan taman nasional yang terletak di Kabupaten Situbondo Jawa Timur dan merupakan habitat alami dari Jalak putih-punggung abu. Jalak putih-punggung abu (Acridotheres tricolor Horsfield, 1821) merupakan burung berukuran sedang (23 cm) dari famili sturnidae. Populasi jalak putih umum dijumpai di savana, namun belum ada catatan mengenai populasi burung tersebut di habitat lain selain savana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan relatif dan penggunaan habitat dari populasi jalak putih-punggung abu pada beberapa habitat di Baluran. Kelimpahan relatif populasi jalak putih dihitung dengan menggunakan rumus encounter rates, sedangkan penggunaan habitat akan dianalisis dengan menggunakan PCA. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2018 di 6 habitat berbeda yaitu savana padang rumput, savana hutan, savana restorasi, hutan musim, hutan akasia, dan hutan pantai. Berdasarkan hasil perhitungan encounter rates habitat savana padang rumput memiliki nilai encounter rates tertinggi sebesar 11,16; sedangkan habitat hutan pantai menjadi habitat dengan nilai encounter rates terendah sebesar 0. Hasil analisis PCA menunjukkan bahwa penggunaan habitat jalak putih-punggung abu cenderung ditentukan berdasarkan oleh struktur habitat dengan banyak Brachiaria reptans Acacia nilotica, gebang, (Corypha utan), terdapat batang pohon mati, dan pohon berdiameter besar, serta keberadaan pohon asam (Tamarindus indica) dan serasah yang sedikit.
ABSTRACT
Baluran National Park (TNB) is a national park located in Situbondo Regency, East Java one of the natural habitats of the Grey-Backed Myna. Grey-backed myna (Acridotheres tricolor Horsfield, 1821) is a medium-sized bird (23 cm) from the family sturnidae. The population of grey-backed myna is common in savannahs, but there is no record of these bird populations in habitats other than savanna. This study aims to determine the relative abundance and habitat use of grey-backed myna populations in several habitats in Baluran. The relative abundance of the grey-backed myna population is calculated using the encounter rates, while the habitat use will be analyzed using PCA. The study was conducted in October to November 2018 in 6 different habitats: grassland savannah, woodland savannah, restoration savannah, dry minsoon forest, acacia forest, and beach forest. The results showed that grassland savannah had the highest encounter rates with score 11,16; and the beach forest is a habitat with the lowest encounter rates with score 0. The results of PCA analysis show that the habitat use of grey-backed myna tends to be determined by habitat structure with the abundant of Brachiaria reptans, Acacia nilotica, gebang (Corypha utan), dead tree stem, and trees with large diameter, also a habitat with fewer tamarind trees (Tamarindus indica) and detritus.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bolin, Luis A.
New York: Alfred A. Knopf , 1962
711.558 BOL n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Washington: National Geographic Society, 1989
R 712.5 NAT n
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erfa Canisthya
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai pemanfaatan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Subbidang Jalan Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2013 yang berorientasi kepada konteks Results Based Management (RBM) dan kriteria perancangan dana transfer terkait dengan pemanfaatannya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desentralisasi Fiskal, dan Transfer Fiskal Antar Tingkat Pemerintahan, Results Based Management dan Project Cycle Management. Penelitian ini menggunakan pendekatan post postivist dengan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam, studi literatur/dokumen dan survei lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan DAK bidang infastruktur subbidang jalan tahun anggaran 2013, dari sisi planning, implementing a project, monitoring, dan evaluating sesuai dengan konteks RBM dan PCM, namun yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pemanfaatan DAK terkait di wilayah Kabupaten Tangerang adalah regulasi, hubungan antar stakeholders, kapasitas internal kelembagaan dan sumber daya manusia. ......This research discusses about the effectiveness of specific purpose grant which is allocated by central government for regional government to fulfill national priority development on regional government, specific at road infrastructure sector in Kabupaten Tangerang fiscal year of 2013. Researcher uses Fiscal Decentralization Theory, Intergovernmental Fiscal Transfer, Results Based Management, and Project Cycle Management. Use post-positvist paradigm, in-depth interview, and field research methods are used by reasearcher to analyse main problem. This research also consider the RBM context (planning, monitoring, and evaluating) and PCM context (implementing a project) to determine the results of this research. Research has shown that management of specific purpose grant, sector of roads infrastructure in Kabupaten Tangerang, Fiscal Year of 2013 has supported RBM and PCM context, but there are some factors affecting the problem of budget management, such as regulations, stakeholders relations, internal institution capacities, and human resources.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erfa Canisthya
Abstrak :
Penelitian ini berusaha melihat implikasi kebijakan perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak sebagai bentuk upaya konservasi terhadap kelangsungan hidup masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini berfokus mengeksplorasi akses masyarakat dan kelangsungan hidup masyarakat. Terkait data kelangsungan hidup masyarakat, metode survei dilakukan untuk melengkapi deskripsi kepemilikan aset dan aktivitas masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat mekanisme akses melalui kesepakatan antara masyarakat dan pihak taman nasional dengan dibantu organisasi non pemerintah untuk pemanfaatan wilayah yang termasuk ke dalam kawasan, tetapi mekanisme akses tersebut belum cukup memberdayakan kelangsungan hidup masyarakat. Rekomendasi dari penelitian ini adalah adanya implementasi yang efektif dari kebijakan sistem zonasi dan model kolaborasi supaya dapat memberikan kepastian akses masyarakat dan meningkatkan kelangsungan hidup masyarakat. ......This study examines how the expansion of Gunung Halimun Salak National Park impact on the livelihood of communities who live in and around the parks. This study used qualitative approach and explored the livelihood assets and livelihood strategies of the people as they gained their access to use resources inside the park through households survey. The study unveils that communities gain their access through the negotiation of social relation between the communities and the national park authorities with limited help from non governmental organization, but the access mechanism is not yet to empower and to develop their livelihood assets and strategies. This study suggests that the effective implementation of zoning system and collaborative model management are needed to secure the access gained by communities and to improve the livelihood of communities.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>