Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angga Maulana
Abstrak :
Pada penelitian ini, sintesis dan karakterisasi dari nanomaterial aerogel titania (TiO2) untuk tujuan aplikasi sel surya tersensitasi zat pewarna (DSSC) telah dilakukan. Aerogel TiO2 dengan luas permukaan yang tinggi telah berhasil dipreparasi melalui dua tahapan: proses sol–gel dengan rasio hidrolisis (Rw) 2.00, diikuti oleh proses ekstraksi super kritis kontinu menggunakan CO2. Untuk tujuan perbandingan, xerogel juga disintesis dengan metode pengeringan biasa pada temperatur ruang. Metode kalsinasi bertahap digunakan untuk merubah kedua sampel menjadi anatase polikristalin dengan memanaskannya pada 1500C dan 3000C, masing-masing selama 3 jam di bawah pengaruh gas N2 dan melanjutkan hingga temperatur kalsinasi di 4200C selama 2 jam, di bawah tiupan gas oksigen. Karakterisasi dari aerogel dan xerogel didapatkan menggunakan DTA, BET, XRD, UV-vis DRS, dan FTIR. Kedua sampel diintegrasikan menjadi DSSC, yang pengukuran tegangan sirkuit terbukanya (Voc) dilakukan di bawah sinar putih menggunakan multimeter. Hasil penelitian menunjukkan aerogel yang dipreparasi memiliki luas permukaan yang lebih tinggi (1975 m2/g) dari xerogel (271 m2/g). Telah dibuktikan pula bahwa proses kalsinasi bertahap mampu meningkatkan ukuran kristalit dari aerogel hingga 9,21 nm dengan tetap mempertahankan luas permukaannya (71,90 m2/g) lebih tinggi dari xerogel (67,90 m2/g). Hasil pengukuran Voc menunjukkan tegangan terbuka yang lebih tinggi pada DSSC aerogel (21,40 mV) daripada DSSC xerogel (1,10 mV).
In this work, synthesis and characterization of nanomaterial titania (TiO2) aerogels for the purpose of dye-sensitized solar cells (DSSC) application have been performed. TiO2 aerogels with high surface area were succesfully prepared by two steps: sol–gel process with hydrolysis ratio (Rw) of 2.00, followed with continuous supercritical extraction with CO2. For comparison purposes, xerogels were also synthesized by conventional drying at room temperature. Multi-step calcination method was used to transform both samples to polycrystalline anatase by heating at 1500C and 3000C for 3 hours each under the influence of N2 gas and continuing to calcination temperature at 4200C for 2 hours, under oxygen flow (muffle). The characteristics of aerogels and xerogels were obtained by DTA, BET, XRD, UV-vis DRS, and FTIR. Both samples were integrated into DSSC, which open voltage measurement (Voc) were performed under white light using multimeter. The results suggest aerogels prepared had higher surface area (1975 m2/g) than xerogels’ (271 m2/g). It was also proven multi-step calcination could increase crystallite size of aerogels to 9,21 nm by maintaining its surface area (71,90 m2/g), which is higher than that of xerogels (67,90 m2/g). The Voc measurement reveals a higher voltage on aerogel’s DSSC (21,40 mV) than that of xerogel (1,10 mV).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Tanuwijaya
Abstrak :
Pengaruh memodifikasi TiO2 dengan menggunakan dopan C dan batu apung dalam mendegradasi fenol dan Reactive Orange 7 telah di investigasi. Sumber dopan Carbon diperoleh dari 1-propanol. Pelapisan C-TiO2 pada batu apung diperoleh dari metode deep coating. Analisis UV-Vis DRS menunjukkan bahwa penurunan bandgap energy C-TiO2 menjadi 3,05 eV. Analisis BET menunjukkan luas permukan C-TiO2-batu apung adalah 3,539 m2/g. Konsentrasi fenol dan Reactive Orange 7 dianalisis dengan Spektrofotometer UV-Vis. Penambahan laju udara 100 ml/menit dapat meningkatkan kinerja komposit dengan tingkat degradasi mencapai 100% selama 2,5 jam. Konsentrasi awal fenol 10 ppm dapat didegradasi selama 0,8 jam dengan konstanta laju degradasi 1,26 menit-1. ......Effect of TiO2 modified by using dopants C and pumice in degrading phenol and Reactive Orange 7 was investigated. Source of dopant Carbon was obtained from 1-propanol. Coating C-TiO2 on pumice stone was obtained by deep coating process. UV-Vis DRS analysis showed that bandgap energy of C-TiO2 is reducing to 3.05 eV. BET analysis showed surface area of composite is 3.54 m2/g. The concentration of phenol and Reactive Orange 7 was analyzed by UV-Vis spectrophotometer. The addition rate of air 100 mL/min to enhance the performance of composite with degradation rates reached 100% for 2.5 hours. Initial phenol concentration of 10 ppm for 0,86 hours can be degraded by the degradation rate constant 1.26 min-1.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Andini
Abstrak :
Fabrikasi Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC)menggunakan klorofil dan rhodamin B telah berhasil dilakukan.Bahan semikonduktor sebagai elektroda kerja dalam DSSC yang digunakan adalah TiO2nanotube yang ditumbuhkan pada plat titanium dengan teknik anodisasi, dilanjutkan dengan kalsinasi pada 500⁰C untuk membentuk fasa kristal TiO2. Karakterisasi terhadap Ti/TiO2-NT meliputi Field Emission Scanning Electron Microscope(FE-SEM), UV-VisDiffuse Reflectance Spectrometry (DRS), X-ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infra Red (FTIR), dan Linear Sweep Voltametry (LSV). Gambar FE-SEM menunjukkan bahwa TiO2 bermorfologi tube dengan diameter 88.99nm. Pola XRD menunjukkan puncak TiO2 anatase pada sudut 2θ: 25, 37,48,54, dan 55 derajat. Karakterisasi UV-Vis menunjukkan nilai bandgap TiO2 sebesar 3.24 eV. Spektrum FTIR menunjukkan keberadaan vibrasi ikatan ~Ti-O-Ti~. Kurva LSV menunjukkan bahwa TiO2 aktif pada daerah UV. Plat Ti/TiO2 dilapisi oleh zat warna melalui teknik elektroforesis dengan variasi waktu 8,10,12, dan 14 menit. Spektrum UV-Vis DRS dari TiO2 yang terlapisi zat warna menghasilkan puncak khas dari masing-masing zat warna, menunjukkan bahwa zat warna telah menempel pada TiO2. Pengujian terhadap performa DSSC menunjukkan nilai efiensi sebesar 0.3565% untuk Ti/TiO2-NT/Klorofil; 0.4351% untuk Ti/TiO2-NT/Rhodamin B; dan 0.3963% untuk Ti/TiO2-NT/Klorofil-Rhodamin B.Indonesia
Fabrication of Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) employing chlorophyll and rhodamine B has been successfully carried out. TiO2 nanotubes which was grown on titanium plate by an anodizationtechniques, followed by calcination at 500⁰C to form a crystalline phase of TiO2, was used as working electrode in the DSSC. Characterization of the Ti/TiO2-NT included Field Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM), UV-Vis Diffuse Reflectance Spectrometry (DRS), X-ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infra Red (FTIR), and Linear Sweep Voltametry (LSV). FE-SEM images showed the tube morphologies of TiO2 with a diameter of 88,99 nm. XRD pattern showed the TiO2 anatase peak at 2θ : 25, 37, 48, 54, dan 55 degree. UV-Vis DRS characterization revealed that the bandgap of the prepared TiO2is 3.24 eV. FTIR spectrum showed the presence of ~Ti?O-Ti~ vibration. LSV curves obtained indicate that the TiO2is active in the UV region . The Ti/TiO2 plate then was being coated with the dye through electrophoresis technique with time variation of 8, 10, 12, and 14 minutes. UV-Vis DRS spectrum of the dyes coated TiO2 showed that all typical dyes realted peaks were observed, indicate that the dyes was attached to the Ti/TiO2-NT. Performance tests of the assembled DSSC showed the efficiencies of 0.3565%for the Ti/TiO2-NT/Chlorophyll; 0.4351% for the Ti/TiO2-NT/Rhodamine B; and 0.3963% for the Ti/TiO2-NT/Chlorophyll/Rhodamine B respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrik
Abstrak :
Carbon Nanotube (CNT) merupakan material multifungsi yang akan dibutuhkan dalam jumlah besar di masa depan. Terdapat metode yang sangat menjanjikan untuk memproduksi CNT dalam jumlah besar yaitu dengan Chemical Vapor Deposition (CVD) dalam reaktor unggun terfluidisasi. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk dapat menghasilkan model reaktor unggun terfluidsasi sehingga dapat dikembangkan menjadi reaktor skala pabrik yang mampu memproduksi CNT dalam skala besar secara efisien. Persamaan peristiwa perpindahan untuk fenomena fisik yang berlangsung dalam reaktor akan dikombinasikan dengan persamaan kinetika reaksi dengan menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD) dalam COMSOL Multiphysics sehingga dihasilkan sebuah model reaktor. Selanjutnya model akan disimulasikan dengan variasi parameter proses. Hasil simulasi menunjukkan bahwa profil konsentrasi metana dipengaruhi oleh suhu dinding reaktor, rasio umpan, laju alir gas, tekanan umpan, dan ukuran katalis. Konversi metana dan yield karbon meningkat seiring dengan peningkatan suhu dinding reaktor, kandungan hidrogen dalam umpan, dan kecepatan fluida di dalam reaktor. Sedangkan konversi metana menurun seiring meningkatnya tekanan umpan dan ukuran katalis. Konversi metana pada model reaktor unggun terfluidisasi yang disimulasikan adalah sebesar 77% dengan Yield CNT yang dihasilkan sebesar 0.66 gCNT/gCat dalam waktu reaksi selama 5 jam. ......Carbon Nanotube (CNT) is well known material having an unique properties and will become future materials. Promising way to synthesize a large scale of CNT is through the Chemical Vapor Deposition in fluidized bed reactor. Focus of this research is to get fluidized bed reactor model which representate the condition and performance in the real reactor. Method of this research is develop model of mathematic equation based on mass, momentum, and energy balance. COMSOL Multiphysics is used to develop the model and for running simulation for several process parameter such as temperature, pressure, etc. The simulation results show that the methane concentration profile is influenced by the temperature of the walls of the reactor, the feed ratio, gas flow rate, feed presure, and radius of catalyst particles. Conversion of methane and carbon yield increases with increasing temperature of the reactor wall, the addition hydrogen in reactant and the velocity of the fluid in the reactor. Conversion of methane decreases with increasing of feed pressure and radius of catalyst particles. In this model, conversion of methane was about 77% and Yield of CNT was about 0.66 gCNT/gCat for 5 hours of reaction.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamilia Nabila Huwaida
Abstrak :
Material semikonduktor TiO2 yang digunakan sebagai fotoelektroda hanya dapat diaktifkan pada daerah sinar UV karena memiliki energi band gap yang relative besar. Untuk memperbaiki respon cahaya fotoelektroda, dilakukan pengembangan metode yang dapat mengubah respon fotokatalisis dari sinar UV ke sinar visible dengan menambahkan dopan karbon pada TiO2 nanotube. Menarik pula untuk diinvestigasi apabila sebelum dilakukan proses doping karbon, matriks TiO2 nanotube diperkaya terlebih dahulu dengan spesi Ti3+. Adanya spesi Ti3+ dapat memberikan hasil lebih baik daripada hanya menambahkan dopan karbon pada TiO2 nanotube. Spesi Ti3+ yang terdapat di dalam C-TiO2 nanotube diharapkan dapat memperkecil nilai energi band gap sehingga respon serapan sinar tampak lebih baik, arus cahaya yang dihasilkan lebih besar, dan meningkatkan kinerja fotoanoda dalam menghasilkan gas H2. Berdasarkan karakterisasi SEM, diameter tabung TiO2 nanotube yang dihasilkan rata-rata sebesar 68,92 nm. Dari karakterisasi XRD, didapatkan TiO2 nanotube yang berfasa anatase. Dari persamaan Kubelka-Munk, diperoleh nilai energi celah pita TiO2 nanotube sebesar 3,18 eV. Dari hasil MPA, arus cahaya TiO2 nanotube yang dihasilkan sinar UV (0,000011 mA/cm2) lebih tinggi daripada sinar visible (0,000007 mA/cm2). Hal ini menunjukkan bahwa TiO2 nanotube memiliki aktivitas fotokatalitik pada daerah sinar UV.
Material of TiO2 semiconductor as a photoelectrode can only be activated in the UV light region because it has a relatively large band gap energy. To improve the photoelectrode, an effort was developed to shift the photocatalytic response visible light by adding carbon dopant in to TiO2 nanotube. It is also interesting to investigate if before the carbon doping process is carried out, the TiO2 nanotube matrix is enriched first with the Ti3+ species. The presence of Ti3+ species can give better results than just adding carbon dopant to TiO2 nanotube. Ti3+ species contained in C-TiO2 nanotube are expected to reduce the band gap energy value better response in visible light absorption, resulting higher photocurrent, and improve the performance of photoanode in producing H2 gas. Based on SEM characterization, tube diameter of TiO2 nanotube on average is 68,92 nm. From XRD characterization, obtained TiO2 nanotube which has an anatase phase. From Kubelka-Munk equation, band gap energy of TiO2 nanotube is 3,18 eV. From MPA result, photocurrent of TiO2 nanotube produced by UV light (0.000011 mA/cm2) is higher than visible light (0.000007 mA/cm2). This shows that TiO2 nanotube has photocatalytic activity in the UV light region.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadet Valentine
Abstrak :
ABSTRAK
Produksi nanotube karbon jenis Single Walled Nanotube Carbon (SWNT) dan Few Walled Nanotube Carbon (FWNT) masih sulit untuk dilakukan. Salah satu penyebab utama adalah pemilihan katalis yang kurang tepat. Penelitian ini menggunakan katalis Fe/Mo/MgO untuk menghasilkan SWNT atau FWNT (diameter luar nanotube karbon kurang dari 10 nm). Katalis Fe/Mo/MgO dipreparasi dengan metode sol gel/spray coating. Nanokarbon akan dihasilkan melalui reaksi dekomposisi katalitik metana pada suhu 850oC dengan katalis Fe/Mo/MgO. Hasil penelitian menunjukkan konversi metana tertinggi mencapai 97,64% dan yield karbon sebesar 1,48 gc/gkat. Nanokarbon kemudian dikarakterisasi dengan Transmission Electron Microscope (TEM). Nanokarbon yang dihasilkan pada penelitian ini terdiri atas nanotube karbon jenis FWNT (range diameter luar 4,5 nm ? 10 nm). Selain itu, MWNT (Multi Walled Nanotube Carbon, range diameter luar 10 nm ? 89,5 nm), carbon nanofiber, coil nanotube, dan bamboo-shaped carbon juga telah dihasilkan. Jenis nanokarbon yang dihasilkan bukan hanya jenis nanotube karbon disebabkan oleh waktu reaksi yang terlalu panjang serta diameter partikel katalis 20 nm hingga 100 nm yang terdeteksi dari hasil X-Ray Diffraction (XRD) dan Field Emmision Scanning Electron Microscope (FE SEM). Untuk memperbaiki hasil ini, running pada penelitian ini dilakukan sekali lagi dengan waktu reaksi 30 menit dengan waktu reduksi 30 menit di suhu 850oC dan suhu kalsinasi 550oC di udara. Hasil nanokarbon yang diperoleh memiliki range diameter luar yang lebih kecil dan berkisar antara 8,5 nm hingga 66,85 nm yang terukur pada FE SEM. Namun, jenis nanokarbon belum diketahui berupa FWNT atau MWNT atau nanokarbon lainnya.
Abstract
Production of Single Walled Nanotubes Carbon (SWNT) dan Few Walled Nanotubes Carbon (FWNT) is really hard to do recently. It occured due to inappropriate catalyst selection. Fe/Mo/MgO catalyst, used in literature, was used to make nanotubes carbon. Fe/Mo/MgO catalyst was prepared by sol gel/spray coating method and it would be reacted with methane in 850oC (methane decomposition catalytic reaction). The research result shows that the highest methane conversion reached 97,64% and carbon yield is 1,48 gc/gkat. Transmission Electron Microscope (TEM) indicated that the synthesized product was FWNT (carbon nanotubes with outer diameter between 4,5 nm ? 10 nm), MWNT (Multi Walled Nanotubes Carbon, outer diameter between 10 nm ? 89,5 nm), coil nanotube, carbon nanofiber, dan bamboo-shaped carbon. It is happened due to longer time reaction and catalyst diameters have range between 20 nm ? 100 nm which detected by XRD and SEM characterization. Then, methane decomposition catalytic reaction to get nanotube carbon was done once again in shorter times (30 minutes), longer time of reduction (40 minutes), and lower calcination temperature (550oC) in air. FE SEM indicated that range of outer diameter nanocarbon between 8,5 nm ? 66,85 nm but its types can not be determined by FE SEM.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43615
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Januar Rusli Putra
Abstrak :
Carbon Nanotube (CNT) merupakan sebuah material nano yang banyak digunakan pada berbagai aplikasi karena berbagai keunggulan yang dimilikinya. Aligned CNT (ACNT) bahkan dapat meningkatkan performa dari berbagai aplikasi. Namun, pemanfaatan ACNT mengalami hambatan karena ACNT sulit untuk didapatkan. Hal ini disebabkan banyaknya parameter yang perlu diperhatikan. Untuk mendapatkan ACNT, pada penelitian ini dilakukan variasi terhadap substrat, katalis, waktu reaksi dan sumber karbon. Katalis Fe/Mo/MgO dibuat menggunakan metode impregnasi, sehingga katalis terdeposisi pada substrat kaolinite dan vermiculite. CNT dengan diameter yang kecil (12-25nm) berhasil ditumbuhkan pada semua variasi, dengan sumber karbon metana pada reaktor Chemical Vapor Deposition (CVD). Penggunaan substrat vermiculite menunjukkan pertumbuhan beberapa CNT yang mengarah pada terbentuknya ACNT, dimana pertumbuhan tersebut semakin banyak terjadi ketika dilakukan penambahan MgO pada katalis Fe/Mo. Penambahan MgO juga menunjukkan pengecilan diameter CNT, dimana diameter terkecil yang dihasilkan berkisar 12 nm pada perbandingan mol Fe:Mo:MgO sebesar 1:0,46:13. Peningkatan yield CNT terjadi pada peningkatan waktu reaksi menjadi 90 menit, dimana dihasilkan yield sebesar 0,93 gCNT/gKat. Sementara penggunaan etilen menghasilkan yield CNT yang sangat besar (10,5 gCNT/gKat), serta diameter CNT yang besar (150-200nm). ...... Carbon Nanotube (CNT) is a nanomaterial that are widely used in various applications due to its advantages. Aligned CNT (ACNT) can even improve the performance of various applications. However, the utilization of ACNT were suspended because ACNT is difficult to be made. There are too many parameters that need to be considered. In order to obtain ACNT, in this research we investigate the effect of substrate, catalyst, reaction time, and carbon source. The Fe/Mo/MgO catalyst be prepared by impregnation, therefore the catalyst was deposited on kaolinite and vermicuite as the substrate. CNT with small diameter (12-25nm) has successfully grown in all variations, with methane as the carbon source in Chemical Vapor Deposition (CVD) reactor. The use of vermiculite substrate showed some CNT growth that leads to the formation of ACNT, where the more growth formation happens after the addition of MgO on Fe/Mo catalyst. The addition of MgO also reduced the diameter of the CNT, which the smallest diameter obtained was around 12 nm with the mol ratio of Fe:Mo:MgO = 1:0.46:13. An increase in CNT’s yield happened on the longer reaction time for 90 minutes, for around 0.93 gCNT/gKat. However, the use of ethylene produced an enormous number of CNT’s yield (10.5 gCNT/gKat), and a large diameter of CNT (150-200nm).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Syafaat
Abstrak :
ABSTRAK
Pada penelitian kali ini TiO2 nanotube dibuat dengan metode Rapid Breakdown Anodization menggunakan plat Ti dalam elektrolit HClO4 0,15 M. Serbuk TiO2 dikalsinasi pada 4500 C selama 3 jam, dan dikarakterisasi dengan SEM, XRD, UV-Vis DRS, FTIR and BET. Zinc-Phorphirin-Imide telah berhasil dilekatkan pada TiO2 Nanotube dengan merendam TiO2 Nanotube ke dalam larutan Zinc-Phorphirin-imide selama 24 jam. zinc-Phorphirin bebas memperlihatkan karakteristik spektra serapan pada daerah cahaya tampak, yaitu 439 nm and 620 nm. Saat dilekatkan dengan TiO2- Nanotube terjadi pergeseran serapan padathe 421 nm dan 640 nm. Zinc-Phorphirin/TiO2 electrode memperlihatkan respon arus yang baik pada daerah cahaya tampak dengan photocurrent density sebesar 1,1 mA/cm2. Saat fotoelektroda dirakit menjadi Solar Cell (DSSC), kurva I-V menunjukkan efisiensi fotokonversi dari Zinc-Phorphirin/TiO2 DSSC sebesar 1,914% (frontside illumination) dan1,147% (backside illumination).
ABSTRACT
In this work, TiO2 Nanotube were prepared by rapid breakdown electro oxidation of Ti foil in electrolyte containing 0.15 M HClO4. Obtained TiO2 Nanotube bundling powder was calcinated at 4500 C for 3 hrs, then was characterized by SEM, XRD, UV-Vis DRS, FTIR and BET. Zinc-Phorphirin-Imide dyes was deposited into TiO2 Nanotube by immersion of TiO2Nanotube in Zinc-Phorphirin-imide solution for 24 hours. Free zinc- Phorphirin-Imide dyes shows characteristics absorbtion spectra in visble region, these are 439 nm and 620 nm. While, when it was immobilized in to TiO2-Nanotube the absorbtion peak shift to 421 nm and 640 nm. The Zinc-Phorphirin-Imide/TiO2 electrode showed excellent respond toward visible light with the typical photocurrent density of 1,1 mA/cm2. When the fabricated photoelectrode was assemblied in a typical Dyes Sensitize Solar Cell (DSSC), the I-V curve showed photoconversion efficiency of the assemblied Zinc-Phorphirin-Imide/TiO2 DSSC was 1,914% (frontside illumination) and 1,147% (backside illumination).
2016
T44759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indar Kustiningsih
Abstrak :
Optimasi berbagai parameter untuk preparasi fotokatalis TiO2 nanotubes dan TiO2 nanowires telah dilakukan, diantaranya dengan kombinasi proses sonikasi dan hidrotermal yang dilanjutkan dengan post treatment (kalsinasi atau hydrothermal post treatment) dan penambahan dopan logam (Cu, Pt) dan dopan nonlogam (N). Karakterisasi terhadap hasil sintesis dilakukan dengan menggunakan analisa TEM, SEM, BET, DRS dan XRD. Dari hasil analisa TEM dan SEM menunjukkan proses kombinasi sonikasi hidrothermal menggunakan NaOH diperoleh morfologi nanotubes dengan diameter luar 40 nm, sedangkan dengan KOH diperoleh struktur nanowires dengan diameter luar sebesar 6 nm. Hasil pengujian XRD menunjukkan fasa kristal baik untuk nanotubes maupun nanowires yang dihasilkan adalah anatase. Uji aktifitas katalis untuk produksi hidrogen menggunakan sacrificial agent metanol. Dari hasil pengujian menunjukkan modifikasi TiO2 dari nanopartikel menjadi nanotubes dapat meningkatkan produksi hidrogen menjadi dua sampai tiga kalinya, sedangkan modifikasi ke bentuk nanowires menjadi dua kali dibandingkan TiO2 P25. Luas permukaan yang tinggi dan morfologi berongga pada nanotubes menyebabkan dispersi dopan Pt pada TiO2 nanotubes menjadi lebih baik sehingga mampu meningkatkan aktivitas fotokatalis dalam memproduksi hidrogen dari air hingga delapan belas kali lebih tinggi dibandingkan tanpa dopan platina. Pemberian dopan nitrogen pada fotokatalis TiO2 nanotube belum mampu menggeser panjang gelombang absorbansi secara signifikan sehingga dengan sumber foton sinar tampak belum dapat menghasilkan hidrogen yang cukup tinggi.
Optimization of various parameters on the preparation of TiO2 nanotubes and TiO2 nanowires have been conducted, such as combination of sonication and hydrothermal process followed by post-treatment (calcination or hydrothermal post treatment) and the addition of dopant metal (Cu, Pt) and non-metallic dopants (N). The modified catalysts were characterized using TEM, SEM, BET, DRS and XRD. The TEM and SEM analysis showed that the sonication-hydrothermal treatment with aqueous NaOH and KOH lead to the formation of nanotubes and nanowires morphology with an average outer diameter of 40 nm and 6 nm, respectively. XRD analysis showed that the both morphologies have anatase crystalline phase. Performance of the prepared photocatalyst on hydrogen production was examined by using methanol as sacrificial agent. The results indicated the modification of TiO2 nanoparticles into nanotubes could increased in producing hydrogen two-three fold, while the modification to the nanowires into two fold comparing to that of unmodified TiO2 (P25). Larger surface area and porous morphology in nanotubes enhanced the Pt dopant dispersion on TiO2 NT to increase the photocatalyst activity. Furthermore, this increased the production of hydrogen by 18 fold compared to that of non doped TiO2 nanotubes. However introduction of N dopant to the TiO2 nanotubes was not able to shift the absorbtion band toward visible region. Therefore, the high yield of hydrogen production was not achieved by as prepared N doped TiO2, when visible light was used as the photon source.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1502
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Januar Rusli Putra
Abstrak :
Carbon Nanotube (CNT) merupakan sebuah material yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan material lainnya. Karena keunggulan yang dimilikinya, CNT menjadi salah satu material yang paling aplikatif untuk berbagai peralatan, fuel cell, komposit, dan sebagainya. Aligned CNT merupakan carbon nanotubes yang terorientasi rapih menuju suatu arah tertentu. Namun, aligned CNT ini masih sangat sulit untuk dibentuk. Hal ini disebabkan terlalu banyaknya parameter yang perlu diperhatikan. Bentuk dan tipe substrat, katalis serta waktu reaksi yang digunakan merupakan beberapa parameter tersebut. Pada penelitian ini, CNT berhasil ditumbuhkan pada bola alumina dengan menggunakan Fe/Mo/MgO sebagai katalis dan metana sebagai sumber karbon pada reaktor Chemical Vapor Deposition (CVD) dengan variasi waktu reaksi 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 60 menit. Katalis Fe/Mo/MgO dibuat menggunakan metode sol-gel dan dilapiskan dengan metode spray pada bola alumina. Metode X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersive X-ray (SEM-EDX), serta Field Emission - Scanning Electron Microscopy (FE-SEM) digunakan untuk mengkarakterisasi kandungan katalis dan orientasi CNT yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan variasi waktu yang dilakukan tidak dapat menghasilkan aligned CNT. Namun, terdapat pengaruh variasi waktu pada yield CNT yang dihasilkan, dimana yield CNT pada reaksi 15 menit sebesar 0,41 gCNT/gcat, pada reaksi 30 menit sebesar 0,52 gCNT/gcat, pada reaksi 45 menit sebesar 0,54 gCNT/gcat, dan pada reaksi 60 menit sebesar 0,75 gCNT/gcat. ......Carbon Nanotube (CNT) is a material that has a lot of advantage than the other materials. Because of its advantage, CNT becomes one of the most applicative materials for devices, fuel cell, composites etc. Aligned CNT is carbon nanotubes that oriented into certain direction. Unfortunately, aligned CNT is very difficult to be made. There are too many parameters that need to be considered. One of the parameter is the substrate shape and types, catalyst, and also reaction time. In this research, CNT was successfully growth on alumina balls using Fe/Mo/MgO catalyst and methane as carbon source in a Chemical Vapor Deposition (CVD) reactor with some reaction time variation (15 minutes, 30 minutes, 45 minutes, and 60 minutes). Fe/Mo/MgO catalyst be prepared by sol-gel method and sprayed on alumina balls. X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersive X-ray (SEM-EDX), and also Field Emission - Scanning Electron Microscopy (FE-SEM) method were used to characterized catalyst and CNT that has been made. In this research, the correlation between reaction time and the alignment of CNT can not be proved as there are no aligned CNT. But, we can see that there is a correlation between reaction time and yield of CNT, where the yield for 15 minutes reaction is 0,41 gCNT/gcat, the yield for 30 minutes reaction is 0,52 gCNT/gcat, the yield for 45 minutes reaction is 0,54 gCNT/gcat and the yield for 60 minutes reaction is 0,75 gCNT/gcat.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>