Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monica Hikmawaty
Abstrak :
Suatu reksa dana merupakan sebuah bentuk portofolio yang dibentuk oleh manajer investasi. Terdapatnya faktor-faktor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) yang memiliki pengaruh besar terhadap kinerja reksa dana. Ketiga faktor ini akan mempengaruhi return yang akan dihasilkan oleh reksa dana, maupun risiko yang akan ditimbulkannya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kinerja reksa dana itu sendiri yang akan diukur melalui return yang akan dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui peringkat kinerja reksa dana terbaik selama periode 2001-2003 dengan menggunakan metode Sharpe's Measure, Treynor's Measure, dan Jensen's Measure dan untuk mengetahui pengaruh return Indeks Harga Saham Gabungan, return Suku Bunga Bebas Risiko dan return Nilai Tukar Rupiah terhadap kinerja reksa dana terbaik yang diukur dengan metode Sharpe's Measure, Treynor's Measure, dan Jensen's Measure. Penelitian ini mengambil sample 40 reksa dana yang terdaftar yaitu selama tahun 2001 sampai dengan 2003. Dari masing-masing reksa dana tersebut akan dihitung return dari risiko-nya. Kemudian setelah didapatkan variable-variabel yang dibutuhkan untuk pcnghitungan kinerja reksa dana, maka dilakukan evaluasi kinerja portofolio dengan menggunakan metode evaluasi kinerja reksa dana yaitu Sharpe's Measure, Treynor's Measure, dan Jensen's Measure. Dilanjutkan dengan melakukan pengukuran dan pengujian untuk mengetahui signifikansi pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) terhadap kinerja reksa dana yang dihitung dengan 3 metode. Dalam pengukuran dan pengujian ini digunakan analisis regresi linier berganda, dimana untuk mengukur kinerja digunakan 3 metode yaitu Sharpe's Measure, Treynor's Measure, dan Jensen's Measure yang merupakan variabel dependen (Y) dan faktor-faktor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) sebagai variabel independen (X). Setelah diperoleh kinerja terbaik sctiap bulannya untuk masing masing metode, akan diteliti seberapa besar pengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs). Dengan confidence interval 90%, diperoleh kesimpulan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana yang dievaluasi dengan Treynor's Measure, dan Jensen's Measure, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) hanya mempengaruhi kinerja reksa dana yang dievaluasi dengan metode Jensen's Measure serta Nilai Tukar Rupiah (Kurs) berpengaruh secara signifikan pada kinerja reksa dana yang dievaluasi dengan metode Sharpe's Measure dan Treynor's Measure.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T14798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahdi
Abstrak :
Selama tiga tahun terakhir, reksa dana menjadi instrumen pasar modal yang paling agresif. Tahun 2004 yang lalu merupakan tahun cemas bagi perkembangan reksa dana di Indonesia dimana dana kelolaan reksa dana hingga akhir Desember 2004 mencapai 100,9 triliun. Hal ini menenjukan bahwa para investor di tahun 2004 lebih tertarik menanamkan investasinya pada jenis investasi reksa dana dimana return yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan investasi lainnya seperti deposito. Namun di tahun 2005, sejak awal tahun hingga akhir tahun terjadi redemption (pencairan dana besar-besaran) yang mengakibatkan dana kelolaan sampai akhir Desember 2005 tinggal 28,3 triliun. Hal ini menjadi pertanyaan besar bagi para investor, apakah reksa dana masih bisa dijadikan alternatif instrumen investasi yang menarik dan aman bagi investor. Pemilihan jenis reksa dana menjadi sangat menentukan berapa besarnya risiko dan hasil yang bisa didapat dari investasinya. Banyak investor yang ingin menempatkan dananya pada reksa dana saham, tapi masalah yang dihadapi mereka adalah bagaimana cara mengukur kinerja dari masing-masing reksa dana saham tersebut. Berdasarkan hal tersebut, dilakukanlah penelitian untuk menganalisis kinerja reksa dana saham yang ada di Indonesia sehingga layak untuk dijadikan alternatif investasi. Sampel yang diambil merupakan perusahaan yang menawarkan reksa dana saham untuk periode 2003 sampai dengan 2005. Sedangkan data-datanya didapat dari BAPEPAM, Bank Indonesia dan Bursa Efek Jakarta. Kemudian dari data-data tersebut diolah dan diperoleh hasil penelitian bahwa selama kurun waktu 2003 sampai 2005, reksa dana reksa dana saham yang terbaik adalah reksa dana Si Dana Saham yang memiliki nilai Sharpe sebesar 0.583042 (22% diatas kinerja market 0.477710). Pada periode ini terdapat enam reksa dana yang memiliki nilai Sharpe diatas market. Selain reksa dana Si Dana Saham, masih ada reksa dana Rencana Cerdas (0.582370), Dana Megah Kapital (0.555640), Citireksadana Ekuitas (0.499665), Mawar (0.486986), dan Panin Dana Maksima (0.481414). Reksa dana saham dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif investasi yang menguntungkan walaupun ada beberapa reksa dana saham yang harus dihindari untuk berinvestasi karena memiliki kinerja yang kurang baik. Berdasarkan dari basil penelitian ini, reksa dana saham yang memiliki kinerja terbaik dengan menggunakan Sharpe Measure adalah reksa dana Si Dana Saham. Namun dengan catatan hahwa kondisi dan risiko yang ada sama dengan periode penelitian. Investor sebaiknya melakukan investasi pada reksa dana saham yang memiliki kinerja diatas kinerja market dengan memperhatikan juga risiko dari tiap-tiap reksa dana saham tersebut seperti yang telah diteliti diatas. Di samping itu pula harus dihindari reksa dana yang kinerjanya berada dibawah market.
During three last years, mutual fund becomes the most aggressive capital market instrument. In the last 2004 represent the gold year for growth of mutual fund in Indonesia where total fund until December 2004 reaching 100, 9 trillion. This involve investors in 2004 more interested to invest at mutual fund where return bigger than deposit. But in 2005 since early year-end year happened redemption and make fund to the last December 2005 only 28, 3 trillion. This becomes the big question for investors, what is mutual fund still interesting as investment instrument alternative for investor. Choosing type of mutual fund become very determining how big is the risk and result can be obtained from its investment. A lot of investor wishes to place its fund at equity fund, but the problem how to measure the performance from each the equity fund, based on that, a research to analyze the performance of equity fund in Indonesia as an alternative investment. The sample represents the company offering equity fund for the period of 2003 to 2005. While its data from BAPEPAM, Bank of Indonesia and Jakarta Stock Exchange. Then from the data, the result of research during 2003 until 2005, the best equity fund is Si Dana Saham with Sharpe value 0.583042 ( 22% above market performance 0.477710). Also in this period there are six equity funds with Sharpe value above market. Besides Si Dana Saham, there are Rencana Cerdas (0.582370), Dana Megah Kapital (0.555640), Citireksadana Ekuitas (0.499665), Mawar (0.486986), and Panin Dana Maksima (0.481414). Equity Fund can be made as one of beneficial alternative investment although there are some Equity fund must he avoided for the investment because under performance. From this research result, the best equity fund by using Sharpe Measure is Si Dana Saham. But with the note that existing risk and condition is equal to research period. Investor should invest at equity fund with performance above market by paying attention to the risks from every equity fund such as have been checked above. Besides that, investor should avoid equity fund with performance below/under market.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Fadillah Indra, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Seiring perkembangan dunia investasi pada saat ini, semakin banyak pilihan instumen investasi di luar tabungan dan deposito yang juga menarik untuk dipilih. Walaupun memiliki resiko yang lebih tinggi, namun risiko terse but cenderung dapat dikelola dan instrumen yang bersangkutan menjanjikan tingkat pengembalian yang lebih baik dibanding tabungan dan deposito.

Reksa dana merupaka salah satu instrumen investasi yang saat ini menarik untuk dipilih. Jumlah produknya terus bertambah, dan nilai Nilai Akiva Bersih nya juga terus meningkat secara progresif dari waktu ke waktu. Data dari Bapepam menunjukkan hingga akhir tahun 2004 adalah 175 reksa dana. Dari jumlah tersebu 74 diantaranya adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT). Fakta tersebut menunjukkan bahwa RDPT adalah salah satu jenis reksa dana yang berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.

Lebih jauh lagi, lewat penelitian ini penulis ingin mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan analisis kinetrja untuk membuktikan apakah instrumen Reksa Dana Pendapatan Tetap memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding dengan instrumen investasi yang lain. Dengan perkembangan RPDT yang cukup mengesankan tersebut penulis merasa perlu adanya analisis mengenai kinetrja reksa dana untuk menilai apakah investasi dalam instrumen tersebut dapat menghasilkan imbal hasil (return) yang lebih baik dibandingkan investasi pada instrumen lainnya.

Analisis mengenai kinerja reksa dana khususnya reksa dana pendapatan tetap merupakan tahapan penting yang harus diperhatikan masyarakat pemodal atau investor sebelum menanmkan modalnya dalam instrumen tersebut. Salah satu indikator untuk menganalisis kinetja reksadana Pendapatan Tetap adalah keberhasilan strategi manajer investasi dalam mengelola portofolio reksa dananya, yang tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB).

Analisis kinetja reksadana pendapatan tetap dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara return NAB dan return pembandingnya, yaitu indeks obligasi yang datanya diambil dari Bank Indonesia.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada para investor dalam melakukan keputusan berinvestasi, khususnya untuk melihat lebih jauh kinerja setiap reksa dana pendapatan tetap. Tolak ukur kinetja Reksa Dana Pendapatan Tetap dalam hal ini adalah tingkat pengembalian yang lebih tinggi.

Untuk menilai tingkat signi:fikansi perbedaan kinetja reksa dana dan pembanding dilakukan uji hipotesis menggunakan uij Beda Dua Rata - rata. Hasil uji hipotesis menunjukkan perbedaan tersebut tidak: signiflkan pada level 5% artinya return reksa dana pendapatan tetap tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan return pembandingnya pada tingkat uji signifikansi 5%.

Hasil kinerja reksa dana pendapatan tetap periode 1999 - 2002 secara umum tidak begitu baik apabila dibandingkan dengan return indeks obligasi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kinetja reksa dana yang underperformed terhadap kineja pembandingnya, baik untuk pengukuran return maupun pengukuran kinetja sharpe, treynor, Jensen. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar RDPT kurang menguntungkan untuk investasi jangka panjang.

Dalam penelitian ini terdapat kondisi yang abnormal dan pengtlkuran kinerja reksa dana hanya sebatas penggunaan metode sharpe, treynor, jensen. Kiranya untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada kondisi yang normal dan menggunakan paramater - parameter lain yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja reksa dana di Indonesia
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Renita Fatma, Author
Abstrak :
Reksadana adalah salah satu bentuk investasi di pasar modal yang telah dan masih terus berkembang pesat. Setelah sempat ikut terpuruk pada masa krisis moneter pada tahun 1997, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi di awal tahun 2000, bisnis reksadanapun menggeliat kembali. Jenis reksadana yang paling berkembang pesat adalah reksadana pendapatan tetap, sedangkan reksadana dengan pertumbuhan yang paling kecil adalah reksadana saham. Begitupun dengan jumlah penelitian terhadap kinerja reksadana, kinerja yang selama ini paling banyak diteliti adalah kiner:ja reksadana pendapatan tetap. Penelitian ini ingin melihat gambaran kinerja reksadana saham yang dikelola oleh manajer investasi di Indonesia selama tahun 2002-2004, sehingga dapat dijadikan pertimbangan bagi para investor bahwa kinerja reksadana saham juga relatif bisa diandalkan sebagai tempat investasi. Dalam karya akhir ini, pengukuran reksadana saham dibatasi hanya menggunakan metode Sharpe Measure, karena dalam metode ini risiko yang diukur telah mencakup risiko sistematis dan tidak sistematis. Setelah ukuran kinerja diperoleh, maka untuk menentukan apakah kinerja tersebut baik atau tidak akan dibandingkan dengan benchmark-nya yaitu kinerja pasamya, dalam hal ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga telah diukur kinerjanya menggunakan metode yang sama. Jika outperformed terhadap pasar berarti kinerja reksadana baik, sedangkan sebaliknya jika underperformed berarti buruk. Terakhir dilakukan pengujian ada tidaknya hubungan antara kinerja reksadana saham dengan umur reksadana. Hasil yang didapat penulis, temyata sejak talmn 2002 hingga tahun 2004, kinerja reksadana saham yang dikelola oleh Manajer lnvestasi di Indonesia berdasarkan metode Sharpe, cukup baik tetapi tidak stabil. Pada tahun 2002 dan 2004, diatas 70% reksadana saham outperformed terhadap kenerja pasar, tetapi pada tengah periode yang diteliti yaitu pada tahun 2003 justru terjadi sebaliknya dimana hanya 23,5% yang outperformed terhadap kinerja pasar. Reksadana yang memiliki kinerja positif dan melebihi kinerja pasar serta selama tiga tahun berutut-turut berada di peringkat 10 teratas adalah Schroder Dana Prestasi Plus, Bahana Dana Prima, Rencana Cerdas, Citi Reksadana Ekuitas dan Reksa Dana Mawar. Adapun dari hubungan antara umur reksadana dengan kinerja reksadana, ternyata tidak terdapat korelasi yang signifikan dengan tingkat keyakinan 95%.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ngurah Bagus
Abstrak :
ABSTRAK
Seiring dengan menurunnya suku bunga SBI, banyak investor merasakan bahwa berinvestasi pada risk free asset seperti deposito temyata kurang menguntungkan karena memberikan tingkat return yang rendah. Sehingga dirasakan perlu untuk mencari altematif investasi lain yang memberikan imbal hasil optimal dengan tetap memperhatikan tingkat risiko yang ada. Fenomena tersebut juga dialami oleh manajemen PT XYZ yang mempunyai sejumlah dana yang dikumpulkan dari karyawan dengan tujuan berinvestasi untuk kesejahteraan karyawannya. Setelah membandingkan kelebihan dan kekurangan dengan deposito, altematif investasi yang dipilih adalah reksadana.

Altematif investasi yang dipilih didasarkan pada keunggulan reksadana antara lain dari segi pengelolaannya yang dilakukan oleh tenaga profesional sehingga memudahkan di dalam menganalisa harga efek dan sebagai akses intormasi ke pasar modal, adanya diversifikasi investasi sehingga dapat mengurangi risiko, nilai investasi awal yang relatif rendah, likuiditas yang tinggi, dan biaya yang relatif rendah. Dari keempat Reksadana yang ada di Indonesia, yaitu Reksadana Pendapatan Tetap, Reksadana Saham, Reksadana Pasar Uang, dan reksadana Campuran, reksadana yang dipilih adalah Reksadana Pendapatan Tetap karena dianggap memberikan return yang stabil dan keamanan dalam berinvestasi. Juga dana yang diinvestasikan ke daiam instrumen reksadana di Indonesia sebagian besar ditanamkan pada Reksadana Pendapatan Tetap, rata-rata lebih dari 60%. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan dibebaskannya pajak atas kupon bunga dari obligasi yang diterima oleh reksadana.

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah Reksadana Pendapatan Tetap yang memberikan return positif dan aktif diperdagangkan 'Selama periode Januari 2003 sampai Desember 2003. Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Pengelolaan lnvestasi dan Reksadana (PIR) BAPEP AM, terdapat 7 reksadana pendapatan tetap yang akan dijadikan obyek penelitian. Langkah-langkah dalam mencari reksadana terbaik diawali dengan mcnghitung return dan standar deviasi tahunan yang diperoleh dari return standar deviasi bulanan, kcmudian dilanjutkan dengan menghitung koefisien korelasi dan kovarian dari masing-masing reksadana. Selanjutnya menghitung bobot dari masing-masing reksadana pendapatan tctap untuk mcnyusun portofolio dengan Metode Markowitz Diversification. Langkah bcrikutnya adalah mengukur reward to variability ratio pada masing-masing reksadana dan juga pada portofolio dengan menggunakan Metode Sharpe.

Berdasarkan hasil analisis dan pemhahasan pada penelitian ini, diperoleh portofolio reksadana pendapatan tetap yang menunjukkan performa terbaik dengan proporsi 13.75% reksadana BNI Dana Plus dan 86.25% reksadana Reksa V-Plus, dan komposisi tersebut memberikan tingkat return sebesar 13.00% dengan tingkat risiko (standar deviasi) 0.63%. Nilai yang diberikan pada indeks reward to variability ratio adalah 5.2994, merupakan nilai yang tertinggi dari portofolio reksadana lainnya. Untuk Reksadana Pendapatan Tetap individu, Reksa V - Plus menunjukkan performa yang terbaik dengan indeks reward to variability ratio 5.1652 dengan tingkat return sebesar 12.74% dan standar deviasinya 0.59%. Bila dibandingkan dengan kineija Deposito 1 bulan pada periode yang sama, dapat dilihat bahwa tingkat return reksadana pendapatan tetap baik secara individu maupun portofolio masih lebih tinggi dibandingkan dengan return Deposito 1 bulan yang hanya sebesar 9.69%.

Dengan adanya hasil penelitian ini, direkomendasikan kepada manajemen PT XYZ untuk mengembangkan investasinya dengan mengalihkan sebagian atau seluruh dananya ke dalam industri reksadana khususnya Reksadana Pendapatan Tetap. Namun tetap memperhatikan perubahan pada pasar reksadana, karena kinerja reksadana di masa lalu belum tentu sama dengan kinerja reksadana di masa mendatang.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Arsiyanti, Author
Abstrak :
Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), perkembangan reksa dana di Indonesia sangat pesat yang dibuktikan dari pertumbuhan jumlah reksa dana dan investomya serta total Nilai Aktiva Bersih (NAB). Oleh karena itu, penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa dengan semakin banyaknya reksa dana maka diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi investor dalam memilih reksa dana. Paling tidak investor dapat mengetahui kinerja reksa dana yang diukur dengan menggunakan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen. Reksa dana yang diteliti adalah reksa dana saham, hal ini dilakukan untuk memudahkan perbandingan imbal hasil reksa dana dengan imbal hasil pasar yang direpresentasikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan, periode penelitian adalah dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003. Periode ini dipilih karena walaupun reksa dana pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1996 tetapi baru mengalami perkembangan yang signiflkan sejak tahun 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2000 kinerja reksa dana di Indonesia menunjukkan angka yang negatif jika diukur dengan menggunakan metode Sharpe dan Treynor. Setelah diuji dengan menggunakan tes Anova menunjukkan hasil bahwa rata-rata return dari reksa dana saham tersebut tidak berbeda secara signiflkan, oleh karena itu tidak dapat dikatakan bahwa kinerja reksa ana yang satu lebih baik dari reksa dana yang lainnya. Untuk Sharpe Measure, kisaran nilai imbal hasilnya antara -0.8164 sampai dengan -0.5152. Untuk Treynor Measure, kisaran nilai nisbahnya antara -0.0398 dan -0.0665 (Dana Megah Kapital). Akan tetapi jika diukur menggunakan Jensen Measure, temyata hasi tesnya menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham menunjukkan hasil yang signiflkan berbeda, yang artinya dapat diperbandingkan tiap tahunnya. Pada tahun ini terdapat enam reksa dana yang mempunyai nilai alpha positif dengan kisaran o.oo78 (BNI Reksa Dana Berkembang) sampai dengan 0.0005 (Bahana Dana Prima). Pada tahun ini, average return-nya menunjukkan nilai -0.0354. Pada tahun 2001, average return-nya mencapai nilai -0.0024. Selain itu pengukuran kinerja dengan menggunakan Sharpe Measure, menunjukkan kisaran nilai nisbah Sharpe -0.0334, sampai dengan -0.7345. Begitu juga pengukuran dengan Treynor Measure, kisaran nilai nisbah Treynor - 0.0024 sampai -0.0573. Untuk Jensen Measure, terdapat tujuh reksa dana yang mempunyai nilai alpha positi£ Nilai alpha positif ini berkisar antara 0.0154 (Rencana Cerdas) dan 0.0013 (Master Dinamis). Walaupun secara angka penilaian kinerja reksa dana saham ini berlainan, akan tetapi sesungguhnya nilai tersebut sama karena dari hasil tes Anova menunjukkan bahwa sesungguhnya nilai rata-rata return dari reksa dana ini tidak berbeda secara signiftkan, dengan pebgecualian kinerja reksa dana dengan menggunakan metode Jensen yang dapat diperbandingkan karena hasil tes anova menunjukkan bahwa nilainya berbeda secara signiftkan. Pada tahun 2002 kinerja reksa dana bisa dikatakan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, karena tes Anova pada metode Jensen menunjukkan hasil bahwa kinerja reksa dana saham tidak sama dengan nol atau adanya perbedaan secara signiftkan. Perbaikan ini dapat dilihat dengan adanya sembilan reksa dana saham yang mempunyai nilai nisbah Jensen yang positif. Pada tahun ini nilai rata-rata imbal hasil dari semua reksa dana saham di tahun ini juga mengalami peningkatan dengan nilai 0.0125. Dengan menggunakan metode Sharpe, kisaran nilai nisbahnya antara 0.0759 sampai -0.1763. Pada Treynor Measure nilai nisbahnya berkisar antara 0.0857 sampai dengan -0.0128. Untuk metode Jensen, nilai alpha positifuya berkisar antara 0.0222 (BIG Nusantara) sampai 0.0020 (BNI Reksa Dana Berkembang). Pada tahun 2003 hasil pengukuran dengan metode Sharpe dan Treynor semuanya bernilai positif Selain itu dapat dilihat bahwa average return-nya yang mengalami peningkatan yang cukup signiftkan yaitu 0.0340, walaupun sekali lagi hasil tes Anova menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham ini tidak dapat diperingkatkan karena rata-rata return reksa dana adalah sama dengan nol. Dengan metode Sharpe, kisaran nilai imbal hasilnya antara 0.6160 sampai 0.1881. Untuk metode Treynor, kisaran nilai imbal hasilnya antara 0.0459 sampai 0.0161. Pengukuran dengan metode Jensen yang menunjukkan hasil tea Anova yang menyatakan bahwa nilai kinerja sahamnya berbeda secara signiftkan, hanya ada tujuh reksa dana yang memiliki nilai alpha positif. Nilai alpha positif pada metode ini berkisar antara 0.0086 sampai 0.0014.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Daulat H. H.
Abstrak :
ABSTRAK
Meskipun kondisi ekonomi makro hingga kini belum menguntungkan, kinerja reksadana mengalami peningkatan baik jumlah reksadana yang beredar maupun jumlah investomya. Reksadana berkembang secara pesat akibat kebijakan pembebasan pajak, sehingga pemilik dana akan memilih reksadana sebagai instrument investasi dibandingkan dengan deposito, terutama untuk reksadana obligasi. Secara teoritis semua investor adalah risk-averse yang berarti investor akan memilih jenis investasi yang memberikan rate of return sebesar mungkin dan tingkat resiko yang serendah mungkin.

Untuk membantu investor menakar resiko investasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama, dengan beta (p) yang memiliki nilai sebesar satu untuk resiko pasar dan kedua adalah standar deviasi yang biasa disebut dengan volatilitas (a). Reksadana yang akan digunakan sebagai objek penelitian adalah reksadana saham yang memiliki potensi resiko yang tertinggi.

Beberapa lembaga independen dunia juga menghitung kinerja investasi yang disesuaikan dengan resiko (risk-adjusted return). Dari basil perhitungan (riskadjusted return), selanjutnya akan dapat dilakukan rating atas reksadana. Rating ini melihat seberapa besar potensi resiko sebuah reksadana kalau dilihat dari data-data historis, selain juga pertumbuhan NAB-nya. Dengan rating ini investor akan dapat memilih reksadana yang mencatat pertumbuhan NAB tinggi, tetapi potensi resikonya seimbang. Gaya investasi tertentu dari reksadana bisa mencatat pertumbuhan yang rendah tetapi memiliki potensi resiko yang tinggi.

Proses Rating reksadana saham bertujuan untuk melihat kemampuan Manajer Investasi yang menerbitkan reksadana tersebut dalam mengelola portfolio investasi yang sangat beresiko. Indikator resiko yang akan digunakan adalah conditional variances dan akar dari conditional variances adalah volatilitas (a) yang akan diperoleh dengan metode: Exponential Weighted Moving Average Model (EWMA}, Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) I Generalised Autoregressive Conditional Heteroscedastic (GARCH).

Permasalahan dalam karya akhir ini adalah mengukur risiko investasi dalam reksadana saham menggunakan metode perhitungan standar deviasi (volatilitas) dengan estimator model EWMA dan model ARCH/GARCH, mencari estimator model volatilitas yang terbaik, membuktikan apakah reksadana saham yang memiliki volatilitas yang tingginya melebihi volatilitas pasar (IHSG) akan memiliki pertumbuhan imbal hasil (return) yang tinggi, atau sebaliknya. Meneliti strategi portfolio yang digunakan perusahaan manajer investasi di Indonesia dalam mengelola portofolio reksadana saham.

Data yang dipergunakan dalam penulisan karya akhir ini adalah nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan, yaitu NAB harian yang dikeluarkan oleh Bank Kustodian. Peri ode penelitian dalam penghitungan volatilitas adalah selama 24 (dua puluh empat) bulan yaitu dari tanggal 1 Januari 2001 sampai dengan 31 Desember 2002 (sekitar 500 titik data). Karya akhir ini difokuskan kepada penghitungan conditional volatilitas pada risiko pasar, yaitu resiko portfolio saham atau ekuitas. Kemudian melakukan uji validitas model dengan melakukan proses backtesting dengan Kupiec Test, baik pada EWMA maupun ARCH/GARCH untuk melihat model apa yang lebih baik.

Hasil dari portofolio yang diteliti pada umumnya menunjukkan risiko yang sebanding dengan returnnya, namun bisa saja suatu portofolio yang memiliki volatilitas tinggi tetapi ratingnya tidak begitu baik. Pada reksadana ABN Amro Dana Saham mengikuti fenomena Low Risk High Return. Phinisi Dana Saham, BNI Reksa Dana Berkembang, Panin Dana Saham, GTF Agresi( Si Dana Saham, Rencana Cerdas dan GTF Sentosa mengikuti fenomena High Risk High Return. BIG Nusantara mengikuti fenomena Low Risk Moderat Return. Nikko Saham Nusantara, Master Dinamis, Bahana Dana mengikuti fenomena High Risk Moderat Return. Megah Kapital, Danareksa Mawar, Arjuna, Bima, GTF Sejahtera mengikuti fenomena Low Risk Low Return. Fenomena volatilitas yang tinggi tidak selalu disertai dengan pertumbuhan return yang tinggi, jika para manajer investasi tidak melakukan pengelolaan yang baik. Keputusan terletak di tangan investor sendiri untuk memilih asset lokasi, strategi, style, reksadana maupun manajer investasi yang sesuai dengan rencana investasi.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Larasati PM.
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah mengukur kinerja reksa dana saham di Indonesia pada periode Januari 2007 hingga Desember 2011. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan Jensen?s Alpha Model dan Fama-French Three Factor Model. Pada penelitian ini dilakukan pengelompokkan reksa dana saham menjadi beberapa portofolio berdasarkan ukuran perusahaannya (size) dan nilai book-to-market dari saham-saham yang tergabung dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil penelitian dengan kedua model di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan reksa dana saham memiliki kinerja yang lebih tinggi (outperform) dari kinerja pasar. Faktor ukuran perusahaan dan nilai ­book-to-market tidak mempengaruhi tingkat pengembalian reksa dana saham. Lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata reksa dana saham di Indonesia memuat saham dengan kapitalisasi yang kecil dan saham dengan nilai book-to-market yang rendah (growth stocks). ......This study aims to examine the performance of equity mutual fund in Indonesia from January 2007 to December 2011. The performance?s measurements used are the Jensen?s Alpha and Fama-French Three Factor Models. This study classified the equity mutual fund into several portfolios based on size and book-to-market value of the stocks listed in Jakarta Composite Index (JCI). The result of the Jensen?s Alpha and Fama-French Three Factor Models indicated that overall equity mutual fund are outperformed the market performance. The size and book-to-market are not significant factors in explaining equity fund returns. The results further indicate that the average equity fund in Indonesia holds smaller market capitalization stocks and smaller book-to-market value (growth stocks).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S43984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewinta Aprillia
Abstrak :
Reksa dana merupakan salah satu instrument investasi dalam pasar modal yang memiliki peran penting bagi Investor. Melalui reksa dana, investor dapat menginvestasikan modalnya untuk mendapatkan return yang diinginkan dengan risiko yang disesuaikan dengan kriteria masing-masing investor. Dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) merupakan salah satu indikator investor dalam memilih reksa dana. Semakin banyak modal yang disetorkan oleh investor kedalam suatu produk reksa, maka semakin besar pula dana kelolaannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kinerja portofolio yang dimiliki reksa dana saham dengan dana kelolaan terbesar dalam keadaan kondisi pasar saham yang cenderung bearish, melalui tiga pengukuran yaitu, pengukuran perbandingan kinerja return reksa dana dengan return pasar, pengukuran diversifikasi reksa dana melalui koefisien determinasi dan juga pengukuran kinerja reksa dana menggunakan risk-adjusted return yaitu Sharpe, Treynor dan Alpha Jensen. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa menggunakan seluruh pengukuran, reksa dana saham dengan AUM terbesar dapat mengungguli kinerja pasar, namun hasil yang berbeda didapatkan untuk pengukuran manfaat diversifikasi dan pengukuran Alpha Jensen. ......A Mutual fund is one of the instruments in the capital markets that have an important role for investors. Through mutual funds, investors can invest their capital to get the returns with the risks that fit into each investor criteria. Asset under Management (AUM) is one of the indicator for investors in choosing a mutual fund. The more capital is deposited by the investor into a mutual fund, the greater the managed fund. This study aims to see how the performance of the portfolio held by equity mutual funds with the largest of Asset under Management when the stock market condition tends to be bearish. This research was conducted through three measurements, a comparison of the performance of the mutual funds returns with a market return, mutual fund diversification using coefficient determination and mutual fund performance measurement using risk-adjusted return, which are Sharpe Ratio, Treynor Ratio and Jensen's Alpha. The results showed that the use of the entire measurement, mutual funds performance with the largest AUM outperform the market, but different results obtained for diversification measurement and Jensen's Alpha.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamba, Sarah Irawidya
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kinerja lima reksa dana saham di Indonesia pada periode 2014-2016 dengan menggunakan metode sharpe ratio dan modified sharpe ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada reksa dana saham yang mampu melampaui kinerja market index secara konsisten berturut-turut selama periode 2014-2016. Pada umumnya reksa dana cenderung bisa melampui kinerja market index pada tahun 2014 dan 2015 meski saat pasar mengalami penurunan. Namun sebaliknya, reksa dana tersebut tidak berhasil melampaui kinerja market index saat pasar mengalami peningkatan di tahun 2016. Masing-masing reksa dana cenderung untuk mempertahankan peringkat yang relatif sama selama periode penelitian.
This research aimed to analyze the comparison of five equity mutual funds performance in Indonesia for period 2014 2016 using sharpe ratio and modified sharpe ratio method. The result of this research shows that there is no mutual fund that can outperformed market index performance consistently from 2014 2015 in a row. Generally, the equity mutual funds tend to outperformed market index in 2014 and 2015 although the market is decreasing. Otherwise, the mutual funds can not outperformed the market index performance in 2016 while the market is increasing. Each mutual funds tend to maintain the similar rank during the research periods.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>