Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita Suryani
"LATAR BELAKANGː Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidens dan karakteristik cedera muskuloskeletal pada atlet bola voli Indonesia selama pelatihan dan kejuaraan bola voli nasional. METODEː Studi ini memiliki desain kohort prospektif dengan melibatkan 34 atlet tim nasional bola voli Indonesia (18 laki-laki dan 16 perempuan) selama satu pelatihan dan kejuaraan nasional bola voli pada bulan Juli-September 2019. Semua atlet diamati selama 11 minggu dengan pencatatan semua kejadian dan karakteristik cedera (durasi, tingkat rasa sakit, keparahan dalam waktu rugi, sifat, kekambuhan, lokasi dan jenis anatomi). Beberapa faktor etiologi cedera seperti zona lapangan (belakang, depan/net, dan tidak spesifik), waktu cedera (latihan, pertandingan, atau keduanya), mekanisme cedera (kontak dengan bola, kontak dengan pemain, kontak dengan permukaan, non-kontak, atau overuse) , biomekanisme (bending, kompresi, berulang, traksi, atau repetitif) dan gerakan yang terlibat (blok, digging, passing, servis, spike, atau tidak spesifik) juga dicatat. Insiden cedera disajikan dalam 1.000 jam pemain. HASILː Insiden cedera adalah 100 kejadian dalam 4903,5 jam pemain atau 20,4 / 1.000 jam bermain. Cedera paling sering terjadi di lutut (36%), diikuti oleh pergelangan kaki (18%) dan pinggang (16%). Jenis cedera yang paling umum adalah keseleo (21%) dan tendinitis (21%) diikuti oleh nyeri punggung bawah (13%). Jenis cedera overuse dan rekuren jauh lebih dominan daripada yang akut.
KESIMPULAN: Temuan kami menambah sejumlah kecil studi tentang cedera spesifik bola voli yang penting dalam memahami etiologinya dan pengembangan strategi pencegahan yang efektif untuk mengurangi angka cedera muskuloskeletal dalam cabang olahraga bola voli.

BACKGROUNDː This study aimed to find out the incidence and characteristics of musculoskeletal injuries among Indonesian volleyball athletes during a national volleyball training and championship.
METHODSː A prospective cohort study involving 34 Indonesian volleyball national team athletes (18 male and 16 female) during one volleyball national training and championship in July-September 2019 was conducted. All athletes were observed for 11 weeks and the incidence and the characteristics (duration, pain level, severity in loss time, nature, recurrence, anatomical location and types) of the injuries were documented. Some etiologic factors of the injuries such as the court zone (back, front/net, and unspecified), time of injury (practice, competition or both), injury mechanism (ball contact, player contact, surface contact, non-contact or overuse), biomechanism (bending, compression, repetitive or traction) and movements involved (blocking, digging, passing, serving, spiking or not specific) were also recorded. Incidence of injuries was presented in 1000 playing hours.
RESULTSː Incidence of injury is 100 events over 4903.5 player hours or 20.4 / 1000 playing hours. Injuries occurred most frequently in the knee (36%), followed by the ankle (18%) and waist (16%). The most common type of injury is sprain (21%) and tendinitis (21%) followed by low back pain (13%). The overuse and recurrence type of injuries were much more dominant to the acute one.
CONCLUSIONSː Our finding adds to the relatively small number of studies on volleyball-specific injuries which is important in understanding its etiology and developing the effective prevention strategies to reduce the numbers of musculoskeletal injuries in volleyball."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universiats Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siani Setiawati S.
"Data World Health Organization (WHO) Tahun 2003 melaporkan bahwa gangguan muskuloskeletal diperkirakan mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja. Nyeri tengkuk (leher belakang) merupakan masalah gangguan muskuloskeletal tubuh bagian atas yang banyak terjadi. Di beberapa negara, nyeri tengkuk mengakibatkan meningkatnya absensi pekerja dan kenaikan biaya pengobatan perusahaan. Pekerja yang berisiko tinggi mengalami nyeri tengkuk adalah pekerja yang dalam pekerjaannya berada pada posisi duduk lama, membentuk posisi tubuh janggal pada kepala-leher dan mempertahankan posisi kepala dalam waktu yang lama, seperti pengemudi taksi. Jika penyebab nyeri tengkuk diketahui lebih awal, maka kerugian yang terjadi dapat dicegah. Diketahuinya penyebab nyeri tengkuk lebih awal dapat mengurangi kerugian yang terjadi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan posisi kepala dan faktor risiko lain terhadap kejadian nyeri tengkuk akut pada pengemudi taksi.
Metode penelitian menggunakan Cross sectional dengan jumlah sampel 113 orang yang diambil secara consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara, pemeriksaan fisik dan metode fotografik untuk pengukuran posisi kepala saat mengemudi. Subyek penelitian merupakan pengemudi taksi di PT X di Jakarta dengan kriteria inklusi bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani lembar persetujuan. Kriteria ekslusinya adalah pengemudi telah memiliki keluhan atau rasa tidak nyaman di daerah tengkuk saat awal bekerja pada saat dilaksanakan penelitian, konsumsi obat penghilang nyeri dalam waktu 24 jam terakhir dan penggunaan bantalan leher saat mengemudi.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis multivariat regresi logistik dan nilai titik potong berdasarkan kurva ROC . Didapatkan sebanyak 46,7% responden mengeluhkan nyeri tengkuk akut. Dari analisis multivariat, didapatkan posisi kepala yang berhubungan dengan nyeri tengkuk akut adalah neck-horizontal angle (OR=14.72, 95% CI = 5.08-42.60). Responden dengan neck-horizontal angle ≤ 50° memiliki risiko 15x mengalami nyeri tengkuk akut dibandingkan responden dengan neck-horizontal angle > 50°, dan faktor risiko pekerjaan yang berhubungan dengan nyeri tengkuk akut adalah lama istirahat (OR= 7.61, 95% CI=2.51-23.13). Responden dengan lama istirahat per hari ≤ 3 jam memiliki risiko 8x lebih besar mengalami nyeri tengkuk akut dibandingkan responden dengan lama istirahat >3jam. Tidak ditemukan faktor individu yang berhubungan dengan nyeri tengkuk akut.

Data from the World Health Organization (WHO) 2003 reported that musculoskeletal disorders are estimated account for 60% of all occupational diseases. Neck pain is a common upper body musculoskeletal disorder. In several countries, neck pain causes an increase in worker absenteeism and health expenses of companies. Workers who are at high risk of nape pain are workers who work with prolonged sitting position, form an odd postures on the head-neck position and maintain the position of the head for an extended time, such as taxi drivers. If the cause of neck pain has known earlier, the losses that occur can be prevented. This study aims to determine the relationship of the head position and other risk factors towards the incidence of acute neck pain among taxi driver.
The study method is a cross-sectional design with a sample of 113 respondents via consecutive sampling. Data are collected via interview, physical examination and photographic methods for measuring the head position while driving. The subject of the study is a taxi driver in PT X in Jakarta with the inclusion criteria are willing to follow the study and signed informed consent. Exclusion criteria are the driver with preexisting neck pain or neck discomfort at the initial time of the study, analgesic usage in the last 24 hours and the usage of neck pads while driving.
Data was analyzed by using statistical test of multivariate logistic regression and cutoff point determination based on ROC curve. As much as 46.7% of respondents are found experiencing acute neck pain. Based on multivariate analysis, the head position associated with acute neck pain is neckhorizontal angle (OR = 14.72, 95% CI = 5.08-42.60). Respondents with neckhorizontal angle ≤ 50° have 15 times greater risk of experiencing acute neck pain than respondents with neck-horizontal angle > 50°, the risk factor of occupation associated with acute neck pain is the duration of rest on duty (OR = 7.61, 95% CI = 2:51 to 23:13). Respondents with the duration of rest on duty ≤ 3 hours per day have 8 times greater risk of experiencing acute nape pain than respondents with a longer rest > 3 hours. There is no individual factor found to be associated with acute neck pain."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deti Nurbaeti
"Latar belakang dan tujuan: Keganasan berhubungan erat dengan keadaan hiperselularitas dan hipervaskularisasi jaringan. Magnetic resonance imagingdiffusion weighted imaging-apparent diffusion coefficient (MRI DWIADC) merupakan biomarker cancer imaging. Mengetahui tingkat kesesuaian antara nilai ADC dengan kontras gadolinium dapat menjadi informasi tambahan dan pemeriksaan alternatif dalam memprediksi keganasan lesi muskuloskletal.
Metode: Penelitian prospektif desain potong lintang pada 50 pasien dengan lesi primer muskuloskeletal regio ekstremitas, yang menjalani pemeriksaan MRI muskuloskeletal sekuens DWI-ADC dan pemberian kontrs gadolinium di RSUPN-CM dalam rentang waktu Oktober 2015-Februari 2016. Dilakukan penilaianrerata nilai minimum ADC, serta menghitung akurasi pada kasus-kasus yang dilakukan pemeriksaan histopatologi.
Hasil: Dari total 50 subjek penelitian, dengan analisa uji Kappa didapatkan tingkat kesesuaian yang baik (R = 0,592) antara nilai ADC dengan kontras gadolinium dalam memprediksi keganasan lesi muskuloskeletal, dan tidak ada perbedaan hasil yang signifikan diantara kedua metode tersebut(p = 0,754). Selain itu didapatkan sensitivitas nilai ADC (81%) hampir menyerupai kontras gadolinium (90,5%), dan spesifisitas ADC (60%) lebih rendah dibandingkan kontras gadolinium (90%) pada 31 subjek yang dilakukan pemeriksaan histopatologi.
Kesimpulan: Terdapat tingkat kesesuaian yang baik antara nilai ADC dengan kontras gadolinium dalam memprediksi keganasan lesi muskuloskeletal, sehingga nilai ADC dapat menjadi informasi tambahan dan modalitas alternatif, terutama pada pasien dengan keterbatasan penggunaan kontras gadolinium.

Background and purpose: Malignancy is closely linked with the state of hiperselularity and hypervascularization tissues. Magnetic resonance imaging diffusion weighted imaging-apparent diffusion coefficient (ADC DWI-MRI) is biomarker cancer imaging. Knowing the suitability ADC and gadolinium can become an additional information and an alternative method in predicting malignancy musculoskeletal lesions.
Methods: A prospective cross-sectional study design with 50 patients with diagnostic primary extremity muscosceletal lesions who underwent an MRI examination extremity musculoskeletal region using DWI-ADC sequences and gadolinium at RSUPN-CM in October 2015 - February 2016. The mean minimum ADC exercise is carried out and the accuracy based on histopatology examination cases is calculated.
Results: From 50 subjects been examined with Kappa Test Analysis, it shows good fit result (R = 0.592) between ADC and gadolinium contrast in predicting malignancy musculoskeletal lesions and no significant difference between the two methods (p = 0.754). Also, it is shows that the sensitivity of ADC (81%) is close to gadolinium contrast (90.5%) and the specifity of ADC (60%)is lower than gadolinium contrast (90%) for the 31 subjects who underwent histopathological examination.
Conclusions: Because of good suitability between ADC and gadolinium contrast in predicting malignancy musculoskeletal lesions, ADC could become an additional information and an altenaltive of modality especially to the patient with gadolimium contrast limitation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Devarie Likumahwa
"Nyeri tungkai bawah adalah salah satu keluhan muskuloskeletal yang sering dialami para penjahit industri garmen UMKM. Menurut penelitian- penelitian yang sudah ada sebelumnya, diketahui bahwa baik stretching ataupun mini-break mampu mengurangi keluhan muskuloskeletal pada pekerja, namun belum pernah ada yang meneliti efektivitas kedua intervensi tersebut pada penjahit industri garmen. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental, dan menggunakan desain two-group pre test-post test. Penelitian ini melibatkan 70 orang subyek penelitian, yang terbagi menjadi 33 orang pada ruang kerja 1, dan 37 orang pada ruang kerja 2. Sebelum diberikan intervensi, terlebih dahulu diambil skor VAS pre- intervensi dari seluruh subyek penelitian, kemudian para subyek mengikuti program intervensi sesuai ruang kerjanya, dimana pada ruang kerja 1 akan diberikan intervensi stretching, dan ruang kerja 2 akan diberikan intervensi mini- break. Kedua intervensi dilaksanakan oleh subyek penelitian selama 2 minggu. Setelah pemberian intervensi, akan dilakukan kembali pengukuran nilai VAS post- intervensi untuk menilai efektivitas dari program intervensi yang telah diberikan. Data-data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji statistik untuk menilai perbandingan efektivitas kedua kelompok intervensi. Hasil: Terdapat nilai median  selisih VAS pre- post intervensi sebesar 4 pada kelompok stretching, dan nilai median selisih VAS sebesar 2 pada kelompok mini- break. Dari hasil analisis perbedaan penurunan nyeri tungkai bawah antara kelompok intervensi stretching dan kelompok intervensi mini- break diperoleh hasil nilai p <0,001, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai median selisih VAS kelompok stretching dan selisih VAS kelompok mini- break yang signifikan secara statistik. Kesimpulan:  Terdapat penurunan nyeri tungkai bawah setelah pemberian program stretching ataupun pemberian mini- break, namun begitu, efek pengurangan nyeri setelah pemberian stretching lebih baik dibandingkan dengan pemberian mini-break

Lower leg pain is one of the musculoskeletal problem that often felt by a sewing worker of a MSME (Micro, Small, and Medium Enterprises) garment industries. According to previous research, it is known that either stretching or mini- break were able to reduce musculoskeletal problem in workers, but there has never been any research about the effectiveness of both interventions in reducing pain, specifically in lower leg in a sewing worker of a garment industry. Methods: Quasi experimental studies was applied, and using a two group pre test- post test design. This research involved 70 subjects, that was divided into 33 persons in workroom 1, and 37 persons in workroom 2. Before intervention was given to subjects, a pre- intervention VAS were collected first, then subjects followed the intervention program, correspond to their workroom. Stretching intervention was given to subjects in workroom 1, and mini- break intervention was given to subjects in workroom 2. Both intervention were given to the subjects for 2 weeks. After the intervention has been given, the post- intervention VAS was measured to assess the effectiveness of the given interventions. Collected datas will be analyzed using a statistical test to assess the comparison of effectiveness within the intervention groups. Result: From this research, a VAS differences median score of 4 at stretching group, and VAS differences median score of 2 at mini-break group were found. From the analysis of lower leg pain reduction comparison between stretching group and mini- break group, we found a p score <0,001, which means there was a statistically significant difference between VAS difference median score of stretching group and VAS difference median score of mini- break group. Conclusion: There were reduction of lower leg pain after stretching or mini- break programs were given, however, the effect of pain reduction after stretching program was better than mini- break."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aby Yazid Al Busthomy Rofi`i
"Praktik residensi keperawatan medikal bedah adalah rangkaian dari program pendidikan magister keperawatan yang dilaksanakan dalam tatanan pelayanan keperawatan. Keperawatan medikal bedah berfokus pada konsep dan prinsip dasar medikal dan bedah dalam penerapan ilmu dan tehnologi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien dewasa yang mengalami perubahan fisik dengan atau tanpa gangguan struktural. Praktik residensi keperawatan dilaksanakan di RSPAD Gatot Soebroto dan RSUP Fatmawati. Kegiatan Residensi terdiri dari pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan muskuloskeletal menggunakan pendekatan teori Virginia Henderson. Asuhan keperawatan telah diberikan pada pasien dengan fraktur, osteoarthritis, SCI, osteosarcoma, spondylitis TB dan beberapa kasus lainnya. Pendekatan teori Henderson membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya selama mengalami gangguan muskuloskeletal. Penerapan evidence based nursing (EBN) melalui intervensi edukasi pada pasien yang akan menjalani operasi tulang belakang membantu pasien dalam menurunkan kecemasan dan nyeri. Intervensi edukasi membantu pemahaman pasien dalam menghadapi operasi sehingga mengurangi kecemasan dan dapat mengelola nyeri dengan lebih baik. Proyek inovasi melalui aplikasi peran perawat dalam program Enhace Recovery for Orthopedic Surgery (EROS) pada pasien operasi Total Hip Replacement (THR). Aplikasi peran perawat membantu pasien dalam persiapan operasi sampai dengan rehablitasi paska operasi.

The residency program in medical medical nursing is a series of nursing master education programs carried out in the order of nursing services. Medical surgical nursing focuses on concepts and basic medical and surgical principles in the application of nursing science and technology to meet the needs of adult patients who experience physical changes with or without structural disorders. The practice of nursing residencies was carried out at Gatot Soebroto Army Hospital and Fatmawati General Hospital. Residency activities consist of giving nursing care to patients with musculoskeletal disorders using the Virginia Henderson theory approach. Nursing care has been given to patients with fractures, osteoarthritis, SCI, osteosarcoma, TB spondylitis and several other cases. Henderson's theoretical approach helps patients to meet their needs while experiencing musculoskeletal disorders. The application of evidence based nursing (EBN) through educational interventions in patients who will undergo spinal surgery helps patients reduce anxiety and pain. Educational interventions help understanding patients in the face of surgery so as to reduce anxiety and manage pain better. The innovation project through the application of the role of nurses in the Enhace Recovery for Orthopedic Surgery (EROS) program in patients operating Total Hip Replacement (THR). The application of the role of nurses helps patients in preparation for surgery until postoperative rehabilitation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library