Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
Yanti Azmah Ulya
"Latar belakang penelitian ini adalah untuk menjelaskan makna lampion merah dalam kebudayaan Cina di Jakarta. Setiap negara memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam kebudayaan Cina setiap warna memiliki maknanya masing-masing. Masyarakat Cina sangat percaya mengenai makna dari setiap warna, salah satunya adalah warna merah. Dalam kebudayaan Cina merah merupakan warna keberuntungan. Warna merah identik dengan hari-hari besar di Cina. Begitu pula dengan orang-orang Cina yang datang dan menetap di Indonesia, khususnya Jakarta. Kebanyakan masyarakat Cina memakai pakaian berwarna merah pada saat hari-hari besar, seperti pada saat perayaan tahun baru Imlek. Demikian pula oranamen-ornamen yang digunakan, seperti lampion merah. Lampion merah yang biasanya di gantungkan di depan pintu pada saat perayaan Imlek tidak hanya sebagai hiasan untuk memeriahkan perayaan Imlek saja, tetapi juga sebagi tanda keberuntungan dan kemakmuran.
The background of this research is to explain the meaning of red lanterns in Chinese culture in Jakarta. Every country have different culture. In Chinese culture, every colour has a meaning. Chinese people strongly belief regarding the meaning of each colour, one of them is red. In Chinese culture, red is a colour of fortune. Red identically with the major holidays in China. Likewise the Chinese people who came and lived in Indonesia, especially in Jakarta. Most of Chinese people wear red cloth during their major holidays, such as during the celebration of the Lunar new year. Likewise ornaments are used, such as red lanterns. Red lanterns that usually hung on the door during Chinese New Year celebrations are not just as decoration for the celebration of Chinese New Year, but also as a sign of fortune and prosperity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Dita Dea Desita
"Batik merupakan warisan budaya leluhur bangsa Indonesia. Periode awal kemunculan batik erat hubungannya dengan masa kerajaan Majapahit dan penyebaran Islam di tanah Jawa. Motif batik secara general dapat dibagi menjadi dua, yaitu motif batik pedalaman (keraton) dan motif batik pesisir. Motif batik pedalaman biasanya bermotif simbolik geometrik, serta corak-corak yang yang memiliki makna tertentu. Batik pedalaman biasanya berwarna hitam, cokelat, biru atau putih. Sedangkan batik pesisir biasanya memiliki motif yang banyak dipengaruhi oleh negri lain karena daerah pesisir biasanya dijadikan tempat persinggahan oleh para saudagar asing. Motif batik pesisir yang mendapat pengaruh dari negri lain, antara lain : awan, burung phoenix, naga, gajah, dll. Warnanya pun biasanya berwarna terang. Salah satu batik pesisir yang terkenal di Indonesia adalah batik mega mendung, batik ini merupakan produk asimilasi budaya antara kebudayaan Cina dan Indonesia.
Batik is the ancestral heritage of Indonesia. The initial period of batik emergence is closely connected with the Majapahit empire and the spread of Islam in Java. Batik motifs in general can be divided into two, namely the inland batik motif (palace) and the coastal batik motifs. Inland batik motif is usually symbolic geometric motifs, and the motifs that have specific meanings. Batik inland usually black, brown, blue or white. Meanwhile, coastal batik motifs usually have a lot of other lands as influenced by coastal regions typically be a haven by foreign merchants. Coastal batik motifs from other lands influenced by, among other things: clouds, phoenix, dragon, elephant, etc.. The color is usually light. One of the famous coastal batik in Indonesia is a batik mega mendung, batik mega mendung is a product of cultural assimilation between Chinese and Indonesian culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
"Multiculturalism, national integration and regional autonomy policy may not be intrinsically related. But it is certainly the case that they have been awkwardly and dangerously entangled. An emphasis on the one has often meant a reduction in the importance of the other. This paper argues that the regional autonomy policy implementation has not been on line with multiculturalism approach which was launched much later because the autonomy policy was designed on decentralization basis. Local groups' spirit has been stronger these days as a multiculturalism policy should be supported and legitimized by strong and committed law enforcement in local and national levels. In fact, unfortunately, our sense of nationalism has been weakening and degrading. "
JASOS 9:3 (2004)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Raissa Karen Hardhi
"Konflik Suku, Ras, Agama, dan Antargolongan (SARA) yang timbul di Indonesia sering disebabkan oleh masalah intoleransi multikulturalisme. Faktor yang mungkin berelasi dengan sikap ini adalah Openness to experience yang berkorelasi dengan variabel yang mengatur sikap penerimaan multikulturalisme. Hubungan ini diteliti dengan tujuan mencari korelasi antara trait kepribadian Openness to experience dengan sikap penerimaan multikulturalisme. Penelitian dilakukan pada 46 laki-laki dan 115 perempuan dengan kriteria mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan sarjana, berusia 18-24 tahun dan tinggal di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Ditemukan korelasi positif yang menegaskan hubungan antara kedua variabel. Implikasi penelitian adalah pemahaman lebih mengenai hubungan Openness to experience dan sikap penerimaan multikulturalisme di Indonesia.
Conflicts stemming from differences in ethnicity, race, religion, and intergroup conflict (SARA) that arise in Indonesia are often caused by the intolerance of multiculturalism. A factor that may be related to this attitude is Openness to experience, which is correlated with the variables that govern an individual’s attitude regarding multiculturalism. Research investigating this relationship employed a sample of 162 undergraduate students aged 18- 24 years and who are living in Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). A positive correlation between Openness to Experience and Multicultural attitudes was found, which confirms the relationship between the two variables. The implication of this research is a better understanding of the relationship between Openness to experience and multicultural attitudes in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Parsudi Suparlan, 1938-2007
Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2008
306.092 PAR m
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Semiarto Aji Purwanto
2013
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Semiarto Aji Purwanto
Universitas Indonesia, 2014
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
M.D. La Ode
Jakarta: Komunitas Ilmu Pertahanan Indonesia (KIPI), 2018
305.8 LAO t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ahmad Kholil
Malang: UIN-Maliki Press, 2011
201.7 AHM a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Gondomono
Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2013
306.951 GON m (1)
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library