Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagas Haryotejo
Abstrak :
Thesis ini menganalisa struktur industri sepeda motor di Indonesia dan pengaruh regulasi/deregulasi pemerintah selaku legal entry barriers yang tertuang dalam Keputusan Menteri Peridustrian dan Perdagangan Nomor 290/MPP/Kep/6/1999, dan menganalisa faktor-faktor yang menjadi entry barriers dan kondisi entry pada industri sepeda motor di Indonesia, serta mengkaji kondisi persaingan dan potensi praktek persaingan usaha tidak sehat pada industri sepeda motor di Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah formula untuk menghitung tingkat konsentrasi yaitu, Concentration Ratio 3 (CR3) perusahaan sepeda motor dengan pangsa pasar terbesar. Alat analisis ini berguna untuk mengetahui trend perkembangan tingkat konsentrasi. Selain itu alat analisis lain yang digunakan adalah studi literatur dan wawancara, serta pendekatan persaingan usaha untuk melihat potensi praktek persaingan usaha tidak sehat dalam industri sepeda motor Indonesia. Struktur pasar pada industri sepeda motor di Indonesia bercorak oligopoli asimetris, hal ini ditunjukan oleh adanya 3 prinsipal asing selaku pemain utama (Honda, Yamaha dan Suzuki) yang mendominasi pasar dengan konsentrasi pasar industri sepeda motor tinggi yaitu sebesar 96,3%. Pada periode setelah munculnya kebijakan nilai rasio konsentrasi menurun cukup signifikan untuk jangka pendek, yaitu sebesar 78,4% dan 84,4% pada tahun 1999 dan 2000. Tetapi pada periode tahun 2001 hingga 2002 konsentrasi pasar kembali meningkat Hal ini disebabkan tidak sebandingnya penambahan jumlah penjualan merek-merek baru dengan merek-merek lama seperti Honda, Yamaha, dan Suzuki yang mencatat peningkatan jumlah penjualan unit sepeda motor yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya serta buruknya brand image di mata konsumen, dimana banyak merek-merek baru tersebut yang tidak menyediakan layanan purna jual yang memadai serta rendahnya kualitas yang ditawarkan dari merek-merek baru tersebut. Pada periode setelah tahun 2002 konsentrasi pasar kembali menurun ke angka 88,S% dan 87,3% dikarenakan konsumen masih banyak yang mencari produk murah, dan kualitas motor China yang tidak jauh dengan motor Jepang yang berharga di bawah 10 jutaan. Berdasarkan jumlah pelaku utama yang terdapat pada industri sepeda motor Indonesia; terlihat bahwa para pemain utama tersebut (Honda, Yamaha dan Suzuki) memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh produsen lain, terutama produsen baru. Keunggulan tersebut dapat menjadi hambatan masuk (barrier to entry) bagi produsen lain yang ingin masuk ke dalam industri tersebut. Faktor barrier to entry dalam industri sepeda motor di Indonesia yang dimiliki oleh perusahaan dominan (Honda, Yamaha dan Suzuki) adalah Diferensiasi produk berupa ragam varian yang lebih banyak, ditunjang dengan besarnya kapasitas produksi dan besarnya investasi yang miliki oleh perusahaan dominan tersebut. Perusahaan dominan dalam hal ini Honda, tidak terbukti menyalahgunakan (market power) dan posisi dominannya yaitu memberlakukan harga jauh lebih tinggi dibandingkan pesaing-pesaingnya. Perusahaan dominan dalam hal ini Honda, tidak terbukti menyalahgunakan posisi dominannya dengan cara melakukan strategi predatory price (menerapkan harga yang rendah), karena dibutuhkannya informasi tambahan berupa biaya total rata-rata uiituk menyatakan bahwa Honda melakukan predatory price. Perusahaan dominan dalam hal ini Honda, diduga menyalahgunakan posisi dominannya dengan cara melakukan strategi limit price, karena Honda mengeluarkan produk dengan harga murah (second brand/ fighting brand). Honda memiliki potensi untuk melakukan limit price karena memiliki kapasitas produksi yang ditunjang nilai investasi yang besar sehingga dapat memproduksi dengan skala besar sehingga dapat memberikan harga yang lebih murah. Dalam kasus industri sepeda motor di Indonesia, para ATPM tidak bisa dikenakan pasal 8 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang penetapan harga karena secara rule of reason tidak merugikan konsumen dan dalam hal ini masih tetap ada persaingan non harga, dan juga selain itu karena dalam undang-undang terdapat pengecualian yaitu memperbolehkan perjanjian dalam rangka keagenan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17153
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Budi Prakarsa
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang luas, Indonesia menjadi negara ketiga terbesar di dunia untuk pasar sepeda motor dan negara terbesar keempat di dunia untuk jumlah produksì sepeda motornya. Pertumbuhan produksi sepeda motor dari tahun ke tahun, kecuali ketika kñsis ekonomi melanda Indonesia di tahun 1998- 2000, terus meningkat dan diperkirakan akan tenis meningkat seiiring dengan masuknya para pemain baru dari Cina.

Dies sebagai peralatan penunjang, untuk menghasilkan komponen-komponen alumunium tentunya mengalami peningkatan yang sebanding dengan jumlah produksi sepeda motor. Setiap tahunnya kebutuhan penggnban dies yang berproduksi dan penambahan jumlah dies berbeda-beda bergantung kepada fcrecast produksi yang akan dilakukan pada tahun tersebut untuk masing-masìng,jenis sepeda motor. Saat ¡ni PT. Astra Honda Motor memiliki fasilitas dan teknologi yang memadai untuk membuat sendiri dies yang dibutuhkan untuk berproduksi akan tetapi kapasitas yang ada belumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan dies seliap tahunnya, oleh karena itu keterlibatan para sub-contractor masih sangat dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dies setiap tahunnya.

Karya akhir ini mempunyai tujuan utama untuk meminimalkan biaya yang hams dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan dies yang dLbutuhkan untuk berproduksi. Permasalahan ini muncul ketika biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membuat sendiri dies yang dibutuhkan berbeda derigan bìaya yang harus dikeluarkan ketika perusahaan membuat dies tersebut di luar. Kapasitas yang ada sudah tentunys harus dimanfaatkan semaksimal mungkin karena idle capacity sejauh ¡ni belum dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai tambah.

Analisis pertama yang dilakukan adalah dengan mencari tahu unit cost dan masing-masing dies yang. dibutuhkan di tahun 2002. Unit cost ini didapat dari komponen-komponen direct cost dan irdirect cost yang terlibat dalam peinbuatan dies tersebut. Biaya-biaya yang termasuk ke dalam kategori di atas adalah biaya bahan baku, biaya permesinan, biaya produksi tidak Iangsung dan biaya operasional tidak Iangsung. Unit cost yang didapat dan hasil analisis tersebut dibandingkan dengan harga pembelian dies yang pernah dilaku kan antara ta.huni 990 sampal dengan tahun 2000 untuk selanjutnya dilakukan optimalisasi pemilihan komposisi pengerjaan dies in-house dan outplantdengan menggunakan aplikasi LINDO.

Temuan yang didapat menyimpulkan bahwa dan 33 unit dies yang dibutuhkan pada tahun 2002 hanya 19 unit saja yang dapat diserap untuk dikerjakan sendiri. Optimalisasi pemilihan komposisi pengerjaan dies in-house dan outplant menghasilkan dies-dies mana saja yang harus dikerjakan in-house dan mana yang dikerjakan outplant dengan memperhatikan beberapa kendala yang ada seperti pemanfaatan kapasitas secara maksimal dan sedikitnya satu dan dies yang_berjenis sama dikerjakan in-house untuk Iebih menjamin delivery dies tersebut.

Komposisi optimal yang dihasilkan dan perhitungan dengan menggunakan aplikasi UNDO rnenghasilkan kesimpulan bahwa biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan dies tahun 2002 adalah sebesar Rp. 8.796.638.556 yang terdiri dari Rp, 3.809.638.556 untuk biaya pengerjaan in-houae dan Rp. 4.987.000.000 untuk pengerjaan outplant. Hasil ¡ni secara keseluruhan adalah 9,61 % lebih rendah dan biaya total yang harus dikeluarkan perusahaan jika perusahaan memutuskan untuk membuat seluruh kebutuhannya di luar.

Simulasi jumìah dies yang dikerjakan in-house mempenlihatkan bahwa semakin banyak jumlah dies yang dikerjakan, unit cost yang dibutuhkan untuk membuat sebuah dies semakin rendah. Hal ¡ni ditunjukan dengan unit cost sebesar Rp. 290.165.530 jika hanya I buah dies yang dikerjakan in-house dan Rp. 232.553.902 jika seluruh dies dikerjakan in-house. Penurunan unit cost sebesar 19,95 ¡ni tidak terlepas dan berlakunya Economies of Scale, yaitu menurunnya unit cost dan suatu produk karena jumlah produksi yang meningkat sehìngga biaya-biaya tetap (fixed cast) dapat diserap oleh Iebih banyak produk.

8.796.638.556 yang terdiri dan Rp, 3.809.638.556 untuk biay pengerjaan in-houae dan Rp. 4.987.000.000 untuk pengerjaan outplant. Hash ¡ni secara keseluruhan adalah 9,61 % lebih rendah dan biaya total yang harus dikeluarkan perusahaan jika perusahaan memutuskan untuk membuat seluruh kebutuhannya di luar.

Simulasi jumlah dies yang dikerjakan in-house memperlihatkan bahwa semakin banyak jumlah dies yang dikerjakan, unit cost yang dibutuhkan untuk membuat sebuah dies semakin rendah. Hal ¡ni ditunjukan dengan unit cost sebesar Rp. 290.165.530 jika hanya I buah dies yang dikerjakan in-house dan Rp. 232.553.902 jika seluruh dies dikerjakan in-house. Penurunan unit cost sebesar 19,95 ¡ni tidak terlepas dan berlakunya Economies of Scale, yaitu menurunnya unit cost dan suatu produk karena jumlah produksi yang meningkat sehìngga biaya-biaya tetap (fixed cast) dapat diserap oteh lebih banyak produk.
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jefry Maulidani
Abstrak :
ABSTRAK
Sepeda motor merupakan salah satu moda transportasi utama bagi masyarakat Indonesia. Selain karena harganya yang relatif terjangkau, juga mempunyai keunggulan biaya perawatan dan operasional yang murah serta sangat efektif digunakan di kola-kota besar yang sering mengalami kemacetan.

Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada akhir tahun 1997, hampir menghancurkan seluruh sektor usaha yang ada di Indonesia tidak terkecuali industri sepeda motor. Permintaan akan sepeda motor selama masa krisis terutarna pada tahun 1998 merosot sangat tajam, sehingga hanya mencapai 430 ribu unit. Kondisi ini memaksa industri yang ada melakukan kegiatan pengurangan kegiatan produksi secara besar-besaran dan berdampak pada pemutusan hubungan tenaga kerja secara masal pula.

Padahal sebelum terjadinya krisis ekonomi industri sepeda motor merupakan industri yang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun 1997 permintaannya telah mencapat 1.8 juta unit. Tingkat pendalaman industri ini juga cukup tinggi yaitu kandungan lokal yang telah mencapai 80%. Pada tabun 1999 permintaannya terlihat mulal meningkat dan tahun ini diharapkan mengalami pertumbuhan yang lebih besar lagi.

Dengan dibukanya keran impor oieh pemerintah untuk industri sepeda motor maka semakin deras bermunculan merek-merek sepeda motor selain buatan Jepang terutama dari Cina. Sudah Beberapa bulan ini, sepeda motor asal Cina menyerbu Indonesia. Ada sekitar 40 merek motor Cina akan menyesaki jalan-jalan raya. Dengan nama mirip dan harga miring para importir motor Cina berbarap bisa merebut pasar. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atnbut yang paling penting bagi konsumen dalam membeli sepeda motor serta mengetahui bagaimana persepsi konsumen mengenai hubungan antara kualitas dan harga pada kasus industri sepeda motor terutama di Jakarta.

Penelitian dilakukan dengan Riset deskriptif dengan metode Sample Survey dengan jumlah sampel yang diperoleh adalah 100 responden. Target populasi yang dituju adalah pengguna sepeda motor yang bertempat tinggal di Jakarta. Dan data yang telah dikumpulkan dilakukan analisa deskriptif berupa frekuensi, mean dan tabulasi data, analisa asosiatif (chi square dan korelasi) dan analisa inferential seperti Anova.

Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa secara umum ada tiga variabel utama yang paling berpengaruh terhadap konsumen pada saat memilih merek sepeda motor yang akan dibelìnya Ketiga variabel utama tersebut yang mempengaruhi perceived value adalah persepsi harga, persepsi kualitas dan faktor atau atribut eksternal.

Berdasarkan stimulus beberapa macam harga yang diberikan maka didapat kesimpulan persepsi harga yang dianggap paling pas menurut konsumen yaitu pada kisaran antara Rp 5 juta sampai Rp 7 juta. Harga ini tidak dianggap terlalu murah sehingga diragukan kuaíitasnya, tetapi juga tidak dianggap terlalu mahal sehingga tidak terfikirkan untuk membelinya.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepsi konsumen mengenai kualitas sepeda motor buatan China atau Jepang tidak dipengaruhi oieh harganya. Bisa saja sepeda motor Cina yang dipersepsikan harganya murah tidak dipersepsikan mempunyai kualitas jelek dan begitu pula sebaliknya untuk sepeda motor Jepang.

Variabel kualitas sepeda motor menurut konsumen dapat diuraikan menjadi 6 atribut yaitu Keawetan mesin, ketangguhan mesin, ketersediaan suku cadang, kecanggihan teknologi mesm, pengalaman dan layanan bengkel dan model.

Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap keinginan untuk membeli sepeda motor adalah faktor eksternal. Faktor ini juga dapat diuraikan menjadi atribut-atribut pengalaman pribadi konsumen, harga jual kembali, rnerek motor itu sendiri, informasi dan bengkel, informasi dan teman, informasi dari media massa, negara asal sepeda motor, pengaruh iklan dan show room.

Atribut fakior eksternal ini selain berpengaruh terhadap perceived value dan willingness to buy. juga berpengaruh terhadap persepsi harga dan persepsi kualitas. Jadi faktor eksternal ini mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen mengenai harga dan kualitas suatu merek sepeda motor.

Hampir seluruh responden masih memilih untuk memiliki atau membeli sepeda motor buatan Jepang. Alasan mereka memilih sepeda motor buatan Jepang sebagian besar karena alasan kualitasnya bagus, teknologinya canggih dan mereknya sudah terkenal. Sedangkan responden yang memilib sepeda motor buatan Cina adalah mayontas karena harganya yang murah dan ada juga yang mempunyai alasan karena kualitasnya cukup bagus dan pengaruh iklannya yang menarík.

Disarankan bagi produsen sepeda motor Cina dalam mempenetrasi pasar dengan memperkuat positioning harga murah, dengan harga sepeda motor pada kisaran Rp 5 ?7 juta dan mempenetrasí terlebih dulu dari pinggiran kota dan kota-kota kecil.

Untuk produsen sepeda motor Jepang dalam mempertahankan market share. sebaiknya mengeluarkan dua produk yaitu produk lama yang premium dan fighting brand. Untuk fighting brand harganya barus dapat bersaing dengan sepeda motor Cina dan mcnggunakan brand baru agar tidak tenjadi kanibalisasi market share.
2001
T4379
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Aleknaek Martua
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis respon perusahaan pada industri sepeda motor setelah Permendag No.21/M-DAG/PER/10/2005 terhadap structure, conduct, dan performance : Price Cost Margin sebagai performance, belanja R D serta iklan sebagai conduct, dan rasio konsentrasi sebagai structure terhadap Industri sepeda motor pada periode 2001 - 2014, yang dianalisis berdasarkan tingkat perusahaan. Setelah peraturan Permendag disahkan, justru hal tersebut membuat kompetisi semakin lemah. Hal ini diawali dengan rasio konsentrasi yang lebih tinggi setelah peraturan Permendag dan berkorelasi dengan jumlah keanggotaan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia AISI semakin sedikit dan dibatasi. Hal ini menjadi dugaan bahwa penyalahgunaan keanggotaan terhadap posisi dominan pada pasar industri sepeda motor di Indonesia. Setiap pertemuan keanggotaan asosiasi dapat berpotensi mempermudah dalam membuat koordinasi. Baik langsung maupun tidak langsung, hal tersebut bisa membuat rasio profitabilitas lebih besar. Penelitian ini menggunakan model sistem persamaan simultan, digunakan Two Stage Least Square TSLS untuk estimasi parameter. Data diperoleh dari Statistik Industri Skala Menengah dan Besar baik ISIC 35911 pada periode 2001-2009 dan ISIC 30911 pada periode 2010-2014. Data rasio konsentrasi diperoleh dari AISI yang menggambarkan tingkat persaingan. Hasil empiris menunjukkan bahwa dari analisis model secara simultan ditemukan bahwa Permendag berpengaruh secara tidak langsung terhadap PCM. Permendag pengaruh positif signifikan secara langsung terhadap CR-2 dan kemudian hal ini menjadikan interaksi antara CR-2 dan pertumbuhan demand industri berpengaruh positif terhadap PCM secara signifikan.
ABSTRACT
This research analyzes firms respond in motorcycle industry after Permendag No.21 M DAG PER 10 2005 on structure, conduct, and performance price cost margin as performance, advertising and R D expenditure ratio as conduct, and concentration ratio structure in the motorcycle industry in the 2001 ndash 2014 period, which are distinguished based on firm size. After Permendag regulation, it makes the competition even lower. It begin higher concentration ratio after Permendag regulation and corelate with membership of Indonesia Motorcycle Industry Associaton AISI is getting smaller and smaller. This is a conjecture that membership abuse of dominant market power of motorcycle industry in Indonesia. Any membership in the AISI can make ease of collution and makes some coordination of price and quantitiy production. Both direct and indirect, it can make profitability ratio bigger. This study uses simultaneous equation system model, and the Two Stage Least Square TSLS for the parameter estimation. Data obtained from Medium and Large Scale Industries Statistics both ISIC 35911 in the 2001 2009 period and ISIC 30911in the 2010 2014 period. Data of concentration ratio obtained from AISI and describing level of competition. The empirically result shows that permendag regulation and dummy krisis as exogenous variable can make CR2 grow and have negative impact on motorcycle industry competition. Foreign direct investment as foreign shareholder of the firm have negative impact on conduct of firm because no big five firm have central of R D in Indonesia. On the performance, efficiency have positive impat on price cost margin. The others variables on performance, concentration ratio and growth industry interaction have positif impact on price cost margin. It describe that ease of collution of motorcycle industry in Indonesia can make high performance on price cost margin.
2018
T49602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Affiyanti Sandyarani
Abstrak :
Meningkatnya pertumbuhan produksi sepeda motor di Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 30% sampai dengan pertengahan 2005, sedikit banyak dipengaruhi oleh membaiknya daya beli masyarakat serta kecenderungan atas kestabilan suku bunga Bank Indonesia. Kondisi tersebut ditandai dengan meningkatnya proporsi penjualan kredit terhadap tunai dari unit sepeda motor yang tadinya memiliki rasio 60:40 menjadi 80:20. Peningkatan atas akuisisi pangsa pasar sepeda motor oleh PT Astra International Tbk merupakan strategi korporat yang ditentukan oleh perusahaan. Penentuan dari jenis bisnis yang dijalankan oleh PT XYZ, yaitu jasa pembiayaan konsumen, adalah bagian dari strategi korporat induk perusahaannya. Seiring dengan meningkatnya penjualan unit sepeda motor. peningkatan profitabilitas dari PT Astra International Tbk merupakan dampak yang dihasilkan dari penjualan sepeda motor secara tunai maupun penjualan secara kredit oleh para strategic business unit-nya. Namun peningkatan profitabilitas yang sama dari induk perusahaan tidak dialami oleh PT XYZ sebagai unit bisnisnya. Ketidaksamaan antara pencapaian dari pihak induk perusahaan dengan salah satu strategic business unit-nya, menunjukkan adanya ketidakselarasan antara strategi korporat dengan strategi yang berada di tingkat bawahnya. Menyikapi hal tersebut maka dilakukan proses forrnulasi strategi pada tingkat ftmgsional, Formulasi strategi ini dilakukan terhadap fungsi operasi, mengingat bahwa peran operasi pada suatu perusahaan jasa sangat signifikan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Fonnulasi strategi menggunakan model yang dikembangkan oleh Nigel Slack yang menitikberatkan perumusan suatu strategi operasi berdasar dari pendekatan empat arah, yakni: Top-Down (Strategi umum dan strategi bisnis perusahaan), Bottom-Up (pengalaman opcrasional), Outside-ln (kebutuhan pasar) dan Inside-Our (kondisi sumber daya internal). Dari masing-masing pendekatan tersebut dilakukan rekonsiliasi terpadu, sampai akhirnya dirumuskan beberapa strategi operasi, yang berlandaskan area kdputusan strategis dan niengacu pada performs objektif. Hasil yang didapatkan dari proses formulasi strategi operasi PT XYZ untuk meningkatkan profitabilitas adalah melalui area penurunan biaya. Usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan hal tersebut adalah : - Peningkatan kemampuan SDM - Pembentukan surveyor area manage/new - Alokasi SDM dari wilayah- dengan produkti fitas rendah ke wilayah dengan produktiftas tinggi - DowngradingPDS dengan produktifitas rendah menjadi CS - Peningkatan jumlah gerai di wilayah potensial serta peningkatan volume penjualan. - Integrasi proses dari pemasok, penyedia jasa sampai dengan konsumen. - Efisiensi proses internal melalui perbaikan berkelanjutan. - Kerjasama strategis dengan para pemasok.
Indonesian motorcycle production has experienced a significant growth until the first half of year 2005 with average growth of 30%. This condition is relatively affected by better purchasing power and the stability of BI rate which lead to the increasing proportion between credits to cash of motorcycle unit sales, a raise from 60:40 to 80:20. PT Astra International Tbk success story in gaining more motorcycle market shares is as a result of company's corporate strategy set by the firm. PT XYZ's business determination, which is a multi finance company, is a part of its holding corporate strategy. In line with the increasing number of motorcycle sales, the increasing profitability of PT Astra International Tbk is as the result of selling motorcycle through cash and credit by its strategic business units. However, PT XYZ, as Astra's business unit, has not experienced the same profitability growth as well as its holding company. This condition suggests that there has been a divergence between corporate strategies with its lower level strategy. In order to counter this issue, then the firm shall to formulate the strategy in its functional level; this strategy formulation is conducted in operational function in the essence that this function has a significant role in achieving company?s goals, especially for service companies. The strategy formulation is modeled after Nigel Slack's mode] which focus on formulating operational strategy with four approaches: Top-Down (general strategy and corporate business strategy), Bottom-Up (operational experience), Outside-In (market demand), and Inside-Out (resources condition). Afterwards, we make an integrated reconciliation for each approach to result some operational strategies which are based on strategic decision areas and aimed for objective performances. The result of PT XYZ operational strategy formulation which aims to increase the profitability of the firm is through cost reduction area. Some efforts that might be essential to be implemented by PT XYZ are as follows: - The improvement of human resources competence - The development of surveyor area management. - The reallocation of human resources from high productivity area to low productivity area. - The downgrading of POS with low productivity to CS. - To increase number of outlet in potential area as well to increase sales volume growth. - To integrate the processes of its supply chain. - Internal process efficiency through continuous improvement. - Strategic cooperation with partners and suppliers.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18552
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Setiyo Purwanto
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan semakin meningkathya persaingan pesat, setiap perusahaan harus memadukan seluruh fungsi perusahaan untuk mengembangkan produk, yang berorientasi kepada konsumen. Pemikiran yang berorientasi kekonsumen mengharuskan perusahaan secara cermat menentukan kebutuhan atau keinginan konsurnen dan sudut pandang konsumen, bukan dari sudut pandang perusahaan. Tolak ukur untuk manilai keberhasilan pengembangan produk diukur dengan apakah produk dapat memenuhi kebutuhan konsumen atau tidak.

Dengan banyaknya produk yang ditawarkan dan kebutuhan atau keinginan konsumen Iebih beragam, maka akan menyebabkan pasar tidak Lagi homogen sehingga diperlukan segmentasi pesat. Dibaginya pasar menjadi segmen segmen mengharuskan perusahaan dapat mengembangkan produk yang sesuai dengan dengan persepsi dan preferensi konsumen setiap segmen. Bdasarkan hal tersebut di atas, Iangkah penting bagi perusahaan dalam pengembangan produk adalah mengawalinya dengan langkah positioning. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap produk-produk yang ada dipasar. Dengan mengetahui posisi dan produk produk yang ada dipasaran akan dapat dikembangan produk baru yang sesuai dan mampu bersaing dengan produk-produk yang ada dipasaran.

Segmentasi pasar merupakan proses yang mencakup Identifikasi segmen segnlen dan identifikasi keunikan tiap segmen. Sedangkan positioning merupakan proses untuk mengidentiflkasi persepsi konsumen yang penting dalam usaha menempatkan produk pada posisi yang paling menguntungkan dalam segmen pasar tertentu.

Untuk metakukan segmentasi pasar dan positioning produk secara tepat, perusahaan dapat menggunakan metode MDS (multidimensional scalling method). Metode MDS berisi teknik-teknik untuk menggali informasi tentang persepsi subjek (individu) terhadap jarak atau kesamaan antar beberapa objek. Informasi jarak atau kesamaan tersebut kemudian dirubah menjadi bentuk geometri objek-objek tersebut dalam suatu pete berdiniensi teitenbi. Tujuan utarna metode ini adalah memetakan sejumlah objek daIam peta ruang muitidimensi sedemikian sehingga hubungan relatif atau jarak antar posisi objek-objek tersebut menunjukan persepsi tingkat perbedaan objek-objek tersebut.

Dasar dan metode MDS adalalL asumsi yang menekankan persepsì subjek terhadap sejumlah objek ditentukan oleh sejumlah atribut atau dimensi. Jadl subjek dalam membedakan objek tidak hanya berdasarkan atas dimensi tertentu saja, tetapi meliputi perbedaan perbedaan secara keseluruhan. Persepsi subjek terhadap kesamaan objek dituangkan dalam jarak geometri objek tersebut. Pasangan objek yang dianggap paling sama diantara semua pasangan yang mungkin dan sejumlah objek digambarkan mempunyai jarak yang paling dekat, sedangkan pasangan yang paling berbeda digambarkan mempunyai jarak yang paling jauh.

Aplikasi metode MDS pada kasus merek Honda di pasar sopada motor di Jakarta dan sekitarnya memberikan hasil sebagai berikut:
  1. Konsumen sepeda motor mengenal sembilan merek sepeda motor yang ada di pasar, tetapi hanya lima merek yang dikenal baik oleh konsumen. Konsumen sepeda motor menganggap ada 15 atribut sepeda motor yang penting tetapi hanya 10 atribut yang dominan.
  2. Konsumen sepeda motor dapat dikelompokan menjadi 4 segmen. Segmen I, adalah konsumen yang mementingkan atribut keandalan, kestablian, dan kemudahan operasi. Segmen II, adalah konsumen yang mementingkan atribut harga, konsumsi bahan bakar, dan perawatan. Segmen III, adalah konsumen yang mementìngkan atribut penampilan, harga dan nilai jual kembali. Segmen IV, adalah konsumen yang mementingkan atribut teknologi, penampilan, dan keandalan.
  3. Struktur pasar sepada motor terdiri dari tiga kelompok merek yang saling bersaing. Kelompok I terdin dan merek Honda yang bersaing Iangsung dengan merek Kawasaki, kelompok II terdiri dari merek Suzuki yang bersaing Iangsung dengan merek Yamaha, dan kelompok III terdiri daRI merek Vespa yang tidak mempunyai pesaing Iangsung.
  4. Setiap merek sepeda motor mempunyal keunggulan atribut tersendiri Honda merupakan merek yang mempunyal keunggulan pada atribut nilai jual kembali, kestabilan, konsumsi bahan bakar, keandalan, dan perawatan.
  5. Setiap merek sepeda motor niempunyal peluang masuk ko segmen tertentu. Merek Honda men?ipunyal peluang besar masuk ke segmen I, dengan pesaing merek Kawasaki, segmen Il, dengan pesalng merek Yamaha dan kawasaki, dan segmen Ill, dengan pesaing merek Yamaha dan Suzuki,
  6. Pada segmen I Honda hams memposisikan bahwa meskipun Honda adalah sepeda motor yang harganya mahal tetapi ditunjang hemat bahan bakar, kestabilan, keandalan, dan mudah dioperasikan. Pada segmen H merek Honda hams memposisikan bahwa Honda adalah sepeda motor yang tidak mahal, stabli, andal, dan mudah dirawat.
  7. Ada tiga konsep produk barU yang potenslal untuk dlkembangkan yaltu Lai sepeda motor dengan harga tidak mahal, stabil, handal, dan teicreologi tinggi, [b] sepeda motor dengan penampilan yang sportif dan perawatan mudah, [c] sepeda motor dengan tenaga besar, hemat bahan bakar, mudah dikendarai, dan mempunyai harga jual yang tinggi.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanyan Surviyana
Abstrak :
PT Astra Honda Motor adalah salah satu perusahan pembuat sepeda motor ber-merk Honda. Proses pembuatannya sebagian besar mulai dari raw material, proses permesinan dan terakhir di assembling menjadi unit sepeda motor. Kapasitas produksi rata-rata mencapai 3500 unit per hari. Crank Shaft merupakan salah satu komponen engine sepeda motor. Selama proses pembuatannya selalu menghasilkan jumlah reject yang cukup tinggi setiap harinya, sehingga perlu dilakukan analisa masalah dan langkah-langkah perbaikannya. Masalah yang menghasilkan jumlah reject yang paling tinggi, timbul pada saat bagian-bagian dari Crank Shaft sudah di assembling dengan crank pin, connecting rod dan bearing membentuk Crank Shaft unit. Factor yang menyebabkan reject adalah kesumbuan Run Out yang diluar dari standar yang diijinkan. Metoda perbaikan yang dilakukan adalah pengendalian kualitas dengan menggunakan pendekatan metoda Taguchi Offline. Langkah-langkah perbaikan dilakukan setelah melakukan uji coba di line produksi untuk mencari penyebab - penyebab yang menimbulkan masalah terhadap kesumbuan Run Out yang paling dominan. Rencana perbaikan yang akan dilakukan adalah pembuatan standar ukuran yang baru pada proses pembuatan lubang pin pilot serta pembuatan standar kalibrasi pada jig / bushing di mesin rough boring. Untuk meyakinkan bahwa rencana perbaikan itu akan menjadi lebih balk kualitasnya dilakukan terlebih dahulu perhitungan capability process pada mesin rough boring dan fine boring.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Surya Mustariyakuma
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dewasa ini, sepeda motor merupakan salah satu moda transportasi kebutuhan masyarakat. Adapun sepeda motor menjadi salah satu yang paling digemari oleh sebagian masyarakat Indonesia. Hal tersebut selaras dengan fakta bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS , hingga tahun 2013, total populasi sepeda motor di Indonesia mencapai 84.732.652 unit. Salah satu jenis sepeda motor yang menjadi favorit konsumen adalah skuter matic, dimana pada tahun 2016 skuter matic adalah tipe sepeda motor yang paling laris dimana memiliki pangsa pasar sebesar 79 persen. Permasalahan kemudian hadir ketika investigator KPPU mencium adanya praktek persiangan usaha tidak sehat berupa penetapan harga sepeda motor matik 110-125 cc yang dilakukan dua pelaku usaha yakni YIMM dan AHM, dimana investigator KPPU menemukan sebuah bukti komunikasi, berupa email yang dikirimkan Presiden Direktur YIMM, Yochiro Kojima kepada beberapa internal bawahanya. Kasus ini berakhir ketika pada tanggal 20 Februari 2017 majelis komisi memutuskan bahwa kedua pelaku usaha tersebut terbukti melakukan praktik persaingan usaha tidak sehat, yakni melanggar pasal 5 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Penetapan Harga. Penelitian ini membahas dua permasalahan yakni ada atau tidaknya indikasi praktek persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh kedua terlapor dan apakah putusan majelis komisi telah sesuai dengan kaidah hukum persaingan usaha di Indonesia.
Today, motorcycles are one of the modes of transportation that become the needs of society. The motorcycle became one of the most favored mode of transportation by some people of Indonesia. This is in line with the fact that based on the Central Bureau of Statistics BPS data, recorded until 2013, the total population of motorcycles in Indonesia reached 84,732,652 units. One type of motorcycle that is a favorite for consumers is the matic scooter, where in 2016 matic scooter is the best selling type of motorcycle which has a market share of 79 percent. The problem was then present when the KPPU investigator smelled the practice of unfair business competition in the form of motorcycle pricing of 110 125 cc matic made by two business actors namely YIMM and AHM, where KPPU investigators found a proof of communication, in the form of an email sent by YIMM President Director Yochiro Kojima to some internal under him. The case ended when on 20 February 2017 the commission assembly decided that the two business actors were proven to conduct unfair business competition practices, namely violating Article 5 of Law no. 5 of 1999 on Pricing. This study discusses two issues namely whether or not there are indications of unfair business competition practices conducted by both reported and whether the decision of the commission council has been in accordance with the rules of business competition law in Indonesia.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68612
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Aksara Karunia, 2005
796.7 SOE
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library