Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Kodariah
Abstrak :
Dewasa ini diduga faktor pria berperanan besar dalam keberhasilan fertilisasi, bahkan dilaporkan 40%-60% penyebab infertilitas terdapat pada suami, karena itu kesuburan pria penting untuk diperhatikan. Dalam hubungan ini yang perlu dipelajari antara lain yang menyangkut spermatozoa. Fungsi spermatozoa merupakan salah satu faktor penentu bagi fertilitas pria. Salah satu kemampuan fungsional spermatozoa yang penting adalah motilitas terutama yang berupa kecepatan gerak lurus ke depan. Terjadinya penurunan fertilitas berkorelasi kuat dengan penurunan motilitas. Sebaliknya jika motilitas baik, maka kemungkinan fertilitas juga tinggi. Penurunan motilitas yang terjadi dapat berupa penurunan persen motilitas atau penurunan kecepatan gerak spermatozoa. Karena itu diagnosis yang tepat pada kasus-kasus infertilitas pria sangat tergantung pada ketepatan penelaahan motilitas spermatozoa. Penilaian motilitas pada umumnya digunakan di laboratorium secara rutin untuk mengevaluasi kualitas spermatozoa. Penilaian tersebut merupakan faktor penting di dalam mendiagnosis infertilitas pria. Fusi antara ovum dan spermatozoa hanya memerlukan satu spermatozoa yaitu spermatozoa yang lebih dahulu mencapai ovum. Spermatozoa yang berhasil mencapai ovum ini merupakan spermatozoa yang mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, antara spermatozoa yang terlalu cepat (hiperkinetik) akan memerlukan energi yang lebih banyak. Energi yang tersedia dalam plasma semen terbatas, sehingga besar kemungkinan spermatozoa hiperkinetik tadi gagal menembus rintangan pada traktus reproduksi wanita. Hal yang sama juga akan dialami oleh spermatozoa yang gerakannya sangat lambat (hipokinetik). Jumlah persentase motilitas yang tinggi belum menjamin spermatozoa mempunyai kecepatan gerak yang baik. Hal ini diperlihatkan oleh Makler dkk. tahun 1979. Mereka mendapatkan korelasi sebesar R=0,46 antara persentase motilitas dengan kecepatan gerak spermatozoa dari 100 sampel semen normal yang dianalisis dengan "Multiple Exposure Photograph". Mengingat hal tersebut dan karena hanya satu spermatozoa yang diperlukan untuk terjadinya fertilisasi, maka tampaknya kecepatan gerak spermatozoa merupakan faktor yang sangat penting dalam parameter fertilitas, di samping parameter fertilitas lainnya seperti densitas spermatozoa, morfologi, bahkan persentase motilitas. Atas dasaritu, untuk meningkatkan fertilitas, perlu diusahakan peningkatan kecepatan gerak spermatozoa, terutama bagi pasangan infertil yang penyebabnya diduga berasosiasi dengan menurunnya motilitas spermatozoa.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
T3445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Indrawati Sukmadji
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T58491
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Nuraini
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Salah satu penyebab infertilitas pada pria adalah rendahnya motilitas sperma (asthenozoospermia). Motilitas yang rendah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara Iain adanya gangguan pada fungsi mitokondria. Porin atau voltage dependent anion channel (VDAC) merupakan kanal ion dengan berat molekul 30-35 kDa yang terdapat di membran luar mitokondria sel eukariota. Sampai saat ini telah berhasil diidentifikasi 3 tipe porin dengan tingkat homologi yang tinggi. Sebagai kanal ion, porin bertanggung jawab atas keluar masuknya metabolit di dalam sel, termasuk ATP. Porin tidak hanya memperantarai transport ATP dari dalam mitokondria bahkan juga mengatur proses keluarnya ATP. Hasil penelitian Sampson et al. (2001) dengan teknik knock-out mouse yang mendelesikan 4 exon terakhir gen VDAC3 mencit menyebabkan mencit jantan mutan sehat tapi infertil asthenozoospermia (jumlah sperma normal tapi motilitas menurun). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis exon 6 gen VDAC3 manusia pada sperma motilitas rendah dari pasien infertilitas asthenozoospermia dibandingkan dengan sperma motilitas lurus dan cepat (normal). Sperma pasien asthenozoospermia diswim-up dan diambil sperma yang gerakannya lemah. Sedangkan sperma yang normal diswim-up dan diambil sperma yang berenang ke atas (gerakannya baik). Setelah itu dilakukan isolasi DNA dari sperma yang didapat. Jumlah sampel sperma asthenozoosperrnia adalah 30 sampel, sedangkan sperma normal sebanyak 20 sampel. DNA genom yang sudah didapatkan kemudian di amplifikasi dengan primer yang spesifik untuk exon 6 gen VDAC3. Hasil PCR dielektroforesis dengan gel agarose 2%. Setelah dilakukan sekuensing terhadap produk PCR dari sampel yang ada dengan menggunakan Big Dye Terminator Mix menggunakan mesin sekuensing the ABI 377A. Hasil dan Kesimpulan: Dan 30 sampel sperma pasien asthenozoospermia, 28 sampel menunjukkan adanya hasil amplifikasi fragmen exon 6 gen hVDAC3 berukuran + 225 pb dan dan hasil sekuensing ditemukan adanya 4 mutasi substitusi nukleotida yang menyebabkan perubahan asam amino penyusun exon 6 gen hVDAC3 pada 9 sampel, yaitu perubahan asam amino posisi 131 dan isoleusin menjadi leusin sebanyak 8 sampel (26,67%), posisi 174 dari lisin menjadi asam glutamat sebanyak 1 sampel (3,33%), posisi 143 dari valin menjadi glisin sebanyak 1 sampel (3,33%), dan posisi 164 dan leusin menjadi triptofan sebanyak 1 sampel (3,33%). Mutasi ini mungkin dapat menyebabkan gangguan fungsi mitokondria sperma dalam mengeluarkan ATP.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Fauziah
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian : Perkembangan di bidang biologi molekuler mendeterminasi bahwa mikrodelesi kromosom Y merupakan penyebab penting pada infertilitas pria dan merupakan penyebab genetik kedua yang paling sering terjadi pada pria infertil. Region azoospermic Factor (AZF) dengan 3 subregion (AZFa,AZFb,AZFc) pada Ygll diduga berpengaruh terhadap gangguan spermatogenesis. Kandidat potensial AZF adalah RBMYI dan DAZ yang memiliki implikasi pada metabolisme testis-specifk RNA. Pada tahun 1998 Vogt dkk mendeteksi adanya protein DAZ pada spermatid dan ekor spermatozoa, dan dengan menggunakan teknik pewarnaan imunologi, Habermann dkk. memperlihatkan bahwa protein DAZ terutama terdapat pada spermatid dan ekor spermatozoa. Mereka juga menduga bahwa delesi gen DAZ tampaknya tidak mengganggu pematangan spenna tetapi menyebabkan penurunan bertingkat spenna matang. Pada spermatozoa yang belum matang, memiliki kemampuan menghasilkan energi yang Iebih sedikit sehingga menyebabkan motilitas yang kurang baik. Hal ini memunculkan pertanyaan apakah pada pria astenozoospermia terdapat delesi pada gen DAZ?. Frekuensi delesi pada lengan panjang kromosom Y (Yq) pada pasien pria infertil bervariasi antara 1-55% tergantung pada kriteria seleksi pasien. Di Indonesia, frekwensi mikrodelesi kromosom Y yang ditemukan dart 35 pria azoospermia adalah 5,7%, dari 50 pria oligozoospermia adalah 2% dan dari 50 pria OAT adalah 2%. Delesi ditemukan pada ketiga subregion. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi mikrodelesi kromosom Y pada pria astenozoospermia dan untuk mengetahui pola delesi yang mungkin timbul pada 3 subregion tersebut. Penelitian ini menggunakan metode PCR menggunakan 6 STS (sequence-tagged sites) pada 50 pria astenozoospermia, 10 pria norrnozoospermia (kontrol positif), dan 8 wanita memiliki anak (kontrol negatif). Hasil PCR kemudian dielektroforesis pada gel agarose 2% untuk melihat ada tidaknya delesi yang ditunjukkan dengan ada tidaknya pita spesifik dengan ukuran tertentu. Beberapa basil PCR disekuensing untuk konfirmasi ketepatan lokus yang diamplifikasi. Hasil dan kesimpulan : Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya mikrodelesi kromosom Y pada 50 pria astenozoospermia di Indonesia.
Scope and methods of study : The rapid growth of molecular biology has determined that microdeletions of the Y chromosome represent an important cause of male infertility, and the second most frequent genetic cause of male infertility. The AZF region has 3 non overlapping subregion AZFa,AZFb, and AZFc which are required for normal spermatogenesis. Two potential AZF candidates, RBMY1 and DAZ have been implicated in testis specific RNA metabolism. In I998 Vogt et al detection of DAZ proteins in late spermatids and sperma tails. Haberrnann et al used immunology staining technic detection DAZ genes encode proteins located in human late spermatids and in sperm tails. DAZ gene deletion cause decrease the sperm mature, and impairs motility by reducing the production or transfer of respiratory energy. It make the question what deletion in the DAZ gene can we found in astenozoospermic men ?. The incidence of Y microdeletions has varied widely ; from 1% to 55% depends on the selection criteria of the patients. In Indonesian incidence of Y microdeletion is 5,7% from 35 azoospermic men, 2% from 50 oligozoospermic men and 2% from OAT men. Location of deletion was in the AZFa, AZFb and AZFc. The aim of this study is to determine the frequency and the three loci of Y chromosome microdeletions in astenozoospermic men. The study include DNA isolation from peripheral blood of 50 astenozoospermic men, 10 normozoospermic men, and 8 Indonesian women. We used PCR-based Y chromosome screening with 6 STS for microdeletions, and then continued with agarose electrophoresis. One sample from each STS was sequenced to confirm the exact loci. Result and conclusion : This study not found men containing Y microdeletion from 50 Indonesian astenozoospermic men.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T55744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Citrawati
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Kasus infertilitas dijumpai pada l0%-15% pasangan suami istri dan 50% kasus disebabkan oleh faktor pria. Salah satu penyebab infertilitas pria adalah faktor genetis yang menimbulkan gangguan kualitatif maupun kuantitatif produksi sperms. Kemajuan biologi molek-uler mengungkap adanya gen Azoospermic Factor (AZF) pada lengan panjang kromosom Y dengan tiga subregio yaitu AZFa, AZFb, dan AZFc yang diduga berperan pada proses spermatogenesis. Masingmasing subregio memiliki gen kandidat diantaranya adalah RBMY I dan DAZ. Frekuensi mikrodelesi lengan panjang kromosom Y berkisar l%-55%, paling sering ditemukan pada pria azoospermia. Penelitian mengenai mikrodelesi kromosom Y ini semakin pesat bersamaan dengan kemajuan teknologi reproduksi berbantuan yang memungkinkan beberapa pria infertil memiliki keturunan dengan metode Intrarytoplasmic Sperm Injection (ICSI). Teknik ICSI memungkinkan adanya transmisi kelainan genetis pada keturunan laki-laki. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan mikrodelesi kromosom Y untuk menghindarkan terjadinya transmisi tersebut. Pemeriksaan mikrodelesi kromosom Y dilakukan dengan metode PCR menggunakan enam Sequence Tagged Sites (STS) pada 35 pria azoospermia, dan kelompok kontrol yang terdiri dan 10 pria normozoospermia sebagai kontrol positif, dan delapan wanita fertil sebagai kontrol negatif. Hasil PCR dielektroforesis pada gel agarosa 2% untuk melihat ada tidaknya pita spesifik untuk mendeteksi mikrodelesi pada sekuen tertentu. Hasil dan Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan dua dari 35 pria azoosperrnia yang mengalami mikrodelesi pada kromosom Y. Hasil pengujian dengan menggunakan enam STS menunjukkan delesi pada STS sY84 (subregio AZFa), RBMYI (subregio AZFb), dan sY254 serta sY255 (subregio AZFc). Frekuensi delesi pada penelitian ini adalah 5,7% dan masih dalam kisaran 1%-55% dengan lokasi delesi pada 3 subregio (2,8% pads AZFa+AZFb, dan 2,8% pada AZFc).
Background : Infertility affects l0% - 15% couples attempting pregnancy and 50% of these cases are caused by male factor, Male infertility factors involve qualitative and quantitative defect of sperm production, which some of them can be ascribed a genetic aetiology. Recent molecular biology studies found Azoospermic Factor (AZF) genes on long arm of Y chromosome which divided into three subregions : AZFa, AZFb, and AZFc which seem required for physiologic spermatogenesis. Each subregion has candidate genes, among them are: RBMY1 and DAZ. Incidence of Y chromosome microdeletion varies from I% to 55% and most of them related to azoospermia. Studies of Y chromosome microdeletion develop as the assisted reproduction technology does, which possible several infertile male to have offsprings by Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) method. This technique could transmit the genetic defect to male offsprings. Screening for Y chromosome microdeletion is important to avoid this kind of transmission. The study uses PCR method with six Sequence Tagged Sites (STS) on DNA of 35 azoospermic men, and as control groups: l0 normozoosperrnic men, and eight fertile women and then continue by 2% agarose electrophoresis to find out the presence of microdeletion at certain sequence. Results and conclusions : This study found two of 35 azoospermic men with Y chromosome microdeletion. By using six STS, deletions were found in STS sY84 (AZFa subregion), RBMY1 (AZFb subregion), and sY254-sY255 (AZFc subregion). Microdeletion incidence (5,7%) is still in average range of I%55% and located in three different subregions (2,8% in AZFa+AZFb subregions, and 2,8% in AZFc subregion).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Tersiani Kamil
Abstrak :
Objective: To examine the direct effect of type 5 phosphodiesterase inhibitor (sildenafil), nitric oxide-donor (sodium nitroprusside) and their combination on human spermatozoa in vitro. Method: Semen samples were collected by masturbation after 3 days of abstinence from donors presenting for infertility evaluation at Imunoendocrinology Labolatory. Samples were divided into normospermia and asthenospermia. Each group were washed on discontinuous density gradient (Percoll 45% and 90%) at 300g for 20 minutes, then resuspended in capacitation media containing Ham's F10. Aliquots of 10x106 spermatozoa were reacted with PDE5 inhibitor, NO-donor, their combination, and also Pentoxyphylline (non-selective PDE) in different doses (0.1,1 and 10 umol). Minimally 6 samples were test for each dose. After 1 hour incubation at 37°C, 5% CO2 in air, microscopic analyses were performed to count motility. Analysis of Variance (ANOVA) was used to test difference among the means. Result: There were 27 normospemia samples and 24 asthenospermia samples. In normopsermia group, Sildenafil, NO-donor and their combination increase spermatozoa motility significantly if compare to their blank (p 0.023,0.015,0.006). Sildenafil caused dose-dependent increase in spermatozoa motility. Low dose NO-donor increase motility. Combination of Sildenafil and NO-donor could not increase motility better than Sildenafil or NO-donor alone. Sildenafil or NO-donor increase motility higher than Pentoxyphylline. In asthenospermia group, Sildenafil, NO-donor, Sildenafil+NO-donor, and Pentoxyphylline increase motility compare to their blank, but there were no significant difference. Conclusion: Sildenafil, NO-donor and their combination increase spermatozoa motility significantly if compare to their blank. NO-donor could not enhance the effect of Sildenafil to increase motility.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dumilah Ayuningtyas
Abstrak :
ABSTRAK


Dalam menghadapi Permasalahan infertilitas faktor pria memegang peran yang lebih penting dari wanita. Berbagai penelitian telah menbuktikan bahwa dalam kasus kasus infertilitas andil pria sebagai faktor penyebab kemandulan adalah sekitar 40-60%.

Di Indonesia belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh infeksi nikoplasma Pada infertilitas pria. DaIam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap motilitas spermatozoa secara kuantitatif dan kualitatif dan mengkorelasikan dengan pertumbuhan hasiI biakan Ureaplasma urealyticum pada 30 sampel semen pria pasangan ingin anak. Analisis motilitas spermatozoa dilakukan mengikuti peraturan standar yang dikeluarkan WH0 (1980). Kolonisasi U. urealyticum pada semen ditandai oleh berubahnya warna indikator fenol merah Pada media pembiak Mycoscreen (DBV product).

HasiI pengujian statistik x2 nenuniukkan bahwa pada α 0,05 tidak terdapat Perbedaan bernakna antara rata-rata jumlah spermatozoa motil pada pria yang semennya terinfeksi Ureaplasma urealyticum dengan yang bebas infeksi. Penganatan motilitas spermatozoa secara kualitatif tentang jenis pergerakan juga memberikan hasil yang tidak berbeda bermakna antara pria yang positif dan negatif ditumbuhi Ureaplasma urealyticum. Dengan demikian maka pada penelitian ini tidak terbukti bahwa kolonisasi mikroplasma pada semen akan mempengaruhi parameter semen.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Shari
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang. Protein yang berperan penting dalam fungsi sperma berpotensi sebagai target molekul dalam upaya pengembangan bahan kontrasepsi pria. Salah satu protein yang terdapat pada sperma adalah protein kanal Voltage Dependent Anion Channel3 (VDAC3). VDAC3 berfungsi mengatur aliran ion dan metabolit termasuk ATP. Dari penelitian dengan menggunakan teknik knock-out mouse pada gen VDAC3 dilaporkan bahwa mencit jantan mutan VDAC3 homozigot mengalami penurunan yang signifikan dalam motilitas spermanya. Tujuan penelitian ini adalah memproduksi antibodi poliklonal VDAC3 melalui imunisasi protein rekombinan VDAC3 murni dan uji aktivitasnya terhadap motilitas dan viabilitas sperma manusia. Metode. Verifikasi keberhasilan pemotongan His fussion tag beserta 31 asam amino plasmid dari protein rekombinan dilakukan dengan teknik Western blott. ELISA digunakan untuk mengetahui titer IgG anti VDAC3sedangkan uji efektifitas antibodi VDAC3 terhadap fungsi sperma dilakukan dengan menghitung prosentase sperma yang tidak bergerak, waktu yang ditempuh sperma dalam jarak 0,1 mm. Analisa viabilitas sperma dilakukan dengan metode pewarnaan eosin. Hasil. Pada penelitian ini Western blotting dengan menggunakan antibodi Rabbit Anti VDAC Human menghasilkan pita tunggal dengan ukuran ~ 16 kDa, sedangkan penggunaan antibodi terhadap His (C-term) tidak menunjukan adanya pita. Hasil spektofotometri ELISA titer antibodi poliklonal VDAC3 yang berasal dari kelinci menunjukkan adanya peningkatan titer antibodi poliklonal VDAC3 setelah imunisasi dibandingkan dengan titer antibodi sebelum imunisasi (preimun serum). Hasil uji aktivitas antibodi poliklonal VDAC3 menunjukkan terjadi peningkatan jumlah sperma bergerak yang bermakna pada waktu 30 menit (p<0,05) dan 60 menit (p<0,05), juga terjadi peningkatan waktu tempuh sperma yang bermakna pada waktu 0-30 menit (p<0,05) setelah perlakuan. Penambahan antibodi poliklonal VDAC3 juga berpengaruh secara nyata terhadap persentase viabilitas spermatozoa yang hidup (p<0,05). Kesimpulan. VDAC3 poliklonal antibodi berhasil diproduksi melalui imunisasi dari VDAC3 rekombinan murni. Antibodi poliklonal anti-protein rekombinan Voltage Dependent Anion Channel-3 (VDAC3) dapat menurunkan motilitas dan viabilitas sperma manusia invitro secara bermakna.
ABSTRACT Background. Sperm-specific proteins that are important for sperm function can potentially be used as a target for developing a male contraceptive. One of the proteins found in the human sperm is Voltage Dependent Anion Channel3 (VDAC3). VDAC3 regulates the flow of ions and metabolites including ATP in the mitochondrial membrane and cell membrane of the eukaryotes. A previous study showed VDAC3 knockout mice had significant reduction in sperm motility. The purpose of this study was to produce polyclonal antibodies through immunization of pure VDAC3 recombinant protein and analyze its effect towards sperm motility and viability. Methods. Removal of the His fussion tags plus 31 amino acids from the recombinant plasmid was verified using western immunoblotting. The titter of VDAC3 polyclonal antibody was determined by ELISA. The effect of VDAC3 antibodies against sperm qualities namely motility and viability was assessed using standard sperm analyses approved by the WHO. Results. Western immunoblotting using Rabbit Anti Human VDAC3, produced a single band with size of ~ 16 kDa. No visible band was detected when anti-His (C-term) antibody was used in the analyses. Spectophotometric ELISA showed that the titer of VDAC3 polyclonal antibodies, derived from rabbits, polyclonal antibody increased better than the pre-immune. Analyses of VDAC3 polyclonal antibody against human sperm showed an increase in the number of sperm to move significant at 30 minutes (p < 0.05) and 60 minutes (p < 0.05), as well as an increase in sperm significant travel time at the time of 0-30 minutes (p < 0.05) after treatment. Polyclonal antibodies VDAC3 also significantly affect the percentage of sperm viability (p < 0.05). Conclusion. Polyclonal antibody anti-VDAC3 was successfully produced via immunization of the pure recombinant VDAC3. Polyclonal antibody anti-recombinant protein Voltage Dependent Anion Channel-3 (VDAC3) may decrease human sperm motility and viability in vitro significantly.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Liwang
Abstrak :
Perdarahan saluran cerna (PSC) merupakan salah satu komplikasi COVID-19 dengan angka mortalitas yang tinggi, namun hingga kini besaran kasusnya belum pernah dilaporkan di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian sebelumnya mengenai faktor yang mempengaruhi kejadian PSC juga masih bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung proporsi kejadian PSC pada COVID-19 serta mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian merupakan studi potong-lintang dengan subjek pasien dewasa COVID-19 derajat sedang hingga kritis di RS Rujukan COVID-19 Pertamina Jaya dan RS Darurat Wisma Haji Pondok Gede, Jakarta, selama periode Juni-September 2021. Dari 414 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan kejadian PSC sebesar 17,63%. Mayoritas subjek memiliki komorbid hipertensi (51%), diabetes melitus tipe 2 [DMT2] (43,2%), penyakit serebrokardiovaskular [PSKV] (31,4%), serta riwayat penyakit ulkus peptikum dan PSC sebelumnya (23,9%). Median nilai neutrofil absolut ialah 4.842,5[1.116-70.000], kadar CRP 65,5[9-275] mg/dL, dan kadar D-dimer 890[200-5010] µg/L. Berdasarkan uji bivariat, terdapat tujuh variabel yang bermakna secara statistik, namun pada analisis multivariat generalized linear model menggunakan family regresi Poisson dan fungsi link log dengan robust error variance diperoleh empat variabel akhir yang bermakna secara statistik, yaitu hipertensi (aRR 2,67; IK95% 1,52-4,41; p<0,001), PSKV (aRR 1,90; IK95% 1,27-2,84; p=0,002), terapi kortikosteroid dosis tinggi (aRR 1,82; IK95% 1,22-2,73; p=0,004), dan terapi proton pump inhibitor (PPI) dosis tinggi (aRR 0,41; IK95% 0,27-0,60; p<0,001). Uji Pearson goodness-of-fit menunjukkan nilai p=0,999 dan nilai AUC 0,755 (IK95% 0,694-0,815; p<0,001). Sebagai kesimpulan, proporsi kejadian PSC pada COVID-19 derajat sedang-kritis ialah 17,63 (IK95% 14,1-21,6%). Faktor yang dapat mempengaruhi kejadian PSC ialah hipertensi, PSKV, serta penggunaan kortikosteroid dan PPI. ......Gastrointestinal bleeding (GIB) is a COVID-19 complication with high mortality rate whose magnitude and impact have not been reported in Indonesia. Moreover, the resutls of previous studies on factors influencing GIB in COVID-19 still varied widely. This study aimed to measure the proportion of GIB cases in COVID-19 and investigate the factors influencing GIB in COVID-19. This was a cross sectional study on adults with moderate to critical COVID-19 in Pertamina Jaya Referral Hospital and Wisma Haji Pondok Gede Field Hospital, Jakarta from June to September 2021. We found that out of 414 subjects that met the inclusion and exclusion criteria, 17.63% had cases of GIB. Most subjects had comorbidities, including hypertension (51%), type 2 diabetes mellitus [T2DM] (43.2%), cerebrocardiovascular disease [CCVD] (31.4%), and history of peptic ulcer and previous GIB (23.9%). Median[min-max] number of absolute neutrohil was 4,842.5 [1,116-70,000], CRP levels was 65.5 [9-275] mg/dL, and D-dimer levels was 890 [200-5,010] ug/L. Bivariate analysis showed that there were seven variables that were statistically significant. However, according to generalized linear model analysis withPoisson regression family and log link function with robust error variance, there were four final variables that were statistically significant. There variabels as follow hypertension (aRR 2.67; 95%CI 1.52-4.41; p<0.001), CCVD (aRR 1.90; 95%CI 1.27-2.84; p=0.002), high dose corticosteroid therapy (aRR 1.82; 95%CI 1.22-2.73; p=0.004), and high dose proton pump inhibitor [PPI] therapy (aRR 0.41; 95%CI 0.27-0.60; p<0.001). Pearson goodness-of-fit test showed p=0.999 and AUC value of 0.755 (95%CI 0.694-0.815; p<0.001). In conclusion, the proportion of GIB incidence in moderate-critical COVID-19 was 17.63% (95%CI 14.1-21.6%). Factors that influence GIB were hypertension, CCVD, the use of corticosteroid, and PPI.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Ulfie Damayanti
Abstrak :
Spermisida merupakan salah satu kontrasepsi non-hormonal yang bahan aktif utamanya adalah Nonoxynol-9 (N-9). Bahan aktif tersebut diketahui mampu merusak membran spermatozoa untuk mencegah kehamilan. Spermisida memiliki efektivitas yang rendah, sehingga perlu digunakan bersama kontrasepsi lain. Penggunaan berulang N-9 dapat menyebabkan iritasi pada organ reproduksi. Bahan biologis diharapkan menjadi bahan spermisida yang lebih aman dan efektif. VDAC3 merupakan protein yang dapat ditemukan pada spermatozoa dan berperan mengatur motilitas spermatozoa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan membentuk gel kontrasepsi yang mengandung antiserum VDAC3 yang mampu menghambat motilitas, viabilitas, dan integritas membran spermatozoa. Subjek penelitian adalah 25 semen laki-laki usia 25-40 tahun yang sudah memiliki anak dan normozoosperma. Terbagi menjadi empat kelompok yaitu sperm only, gel only, pre-imun serum, dan antiserum VDAC3. Uji karakteristik gel terdiri dari uji daya sebar, uji pH, dan pengamatan perubahan warna. Uji efektivitas yang meliputi motilitas menggunakan Computer Assisted Sperm Analysis (CASA), viabilitas menggunakan eosin Y, dan integritas membran menggunakan uji Hypoosmotic Swelling (HOS). Hasil menunjukkan daya sebar, pH, dan warna yang stabil selama satu bulan. Hasil efektivitas menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara motilitas total pre-imun dan antiserum VDAC3, namun viabilitas dan integritas membran memberikan hasil yang berbeda bermakna. Gel dengan kandungan antiserum VDAC3 berpotensi sebagai spermisida. ......Spermicide is non-hormonal contraceptive that contains Nonoxynol-9. Nonoxynol-9 can decrease spermatozoa motility and viability. However, it should be used with other contraception because the effectiveness is low and can irritate genitalia organs. Biological materials are expected to be safer and effective. VDAC3 is a protein channel that can be found in spermatozoa and have the function of sperm motility. Therefore, this research aim is to produce a contraceptive gel containing antiserum VDAC3 and determine its effectiveness on sperm motility, viability, and membrane integrity. We use 25 samples of semen from males aged 25-40, who have a child, and normozoospermic—divided into four groups sperm only, gel only, pre-immune serum, and antiserum VDAC3. The characteristics evaluation involves pH measurement, spreadability, and gel color change. The effectiveness experiment involves sperm motility observation using Computer Assisted Sperm Analysis (CASA), viability examination with eosin Y, and membrane integrity examination using the Hypoosmotic swelling test (HOS). This study's results show that the gel has stable characteristics based on pH, spreadability, and color after one month. There is no significant difference between pre-immune serum and antiserum VDAC3 total motility, but have significant differences in sperm viability and membrane integrity. The gel contains antiserum VDAC and has the potential to be a spermicide.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>