Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Lesmana
Abstrak :
Sebuah permukiman berisi sejumlah kumpulan elemen-elemen fisik yang membentuk fungsi tertentu yang kemudian dapat dirasakan kehadirannya dengan panca indera kita (dapat dilihat, ditinggali, diraba). Permukiman yang ditinggali oleh sebuah komunitas juga mencitrakan sebuah nilai dan menyinarkan kualitas budayanya Sebab setiap manusia memiliki penilaian ternadap apa yang dirasakannya bila ia berada di sebuah permukiman (dalam skala wilayah yang Iuas ataupun kecil), ia dapat berkata dan merasakan permukiman ini : tenang, damai, kacau, menakutkan, semrawut, mati, dan ungkapan-ungkapan lainnya. Ternyata permukiman punya citra tersendiri, ia memiliki jiwa (ruhiyah), dan makna yang lebih dari sekedar tempat bertinggal. Nilai positif dari kehidupan manusia adalah ketika manusia mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan menjalankan hidup dan kehidupannya. Pada hakekatnya 'nilai positif' ini adalah tujuan dari sistem nilai yang dikehendaki oleh Sang Pencipta (Al-Khalik) kepada hamba-Nya (yaitu manusia). Oleh karenanya ketika manusia ingin mendapatkan "nilai positif" tersebut manusia mencoba menata tempat ia bertinggal baik sebagai individu maupun kolektif untuk mendudukan sitem nilai Ilahiah (Ketuhanan) daIam aspek pengaturan lingkungan binaanya. Masjid adalah elemen fisik, yang sangat penting dan utama dalam sebuah komunitas masyarakat Islam, kehadirannya seharusnya tidak hanya dijadikan sebagai wadah untuk melakukan ibadah ritual shalat saja. Akan tetapi bila masjid difungsikan dan memainkan peran yang optimal, masjid dapat memberi pengaruh yang kuat terhadap kehidupan komunitas di sekitarnya, karenanya denyut kehidupan masjid dapat dijadikan patokan untuk melihat "kualitas" manusia yang tinggal di sekitarnya. Sehingga kita dapat melihat bagaimana proses kaum Muslim membangun masjid akan diikuti oleh proses masjid membangun kaum Muslim.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Guntur
Abstrak :
Ilmu akustik telah berkembang dari abad ke-19 hingga sekarang. Penerapan ilmu akustik sudah meluas pada beberapa bangunan. Di Indonesia penerapan akustik pada bangunan masih tergolong kurang. Masjid yang merupakan bangunan ibadah yang juga merupakan bangunan umum telah banyak dibangun_ Tetapi walaupun menjadi mayoritas diantara bangunan - bangunan lainnya, masjid kadang hanya sebuah bangunan yang asal bisa berdiri sehingga yang terjadi bangunan masjid-masjid tersebut menjadi kurang kualitas keindahannya Bangunan masjid membutuhkan kualitas suara yang baik agar jamaah dapat menerima dengan baik mendengarkan suara yang disampaikan oleh penceramah atau pun dalam khutbah. Penggunaan ilmu akustik pada bangunan masjid tidak hanya membuat suara dapat terdengar Iebih baik akan tetapi suasana dalam rnasjid tidak menjadi bising oleh suara-suara dari Iuar bangunan. Sehingga menjadikan suasana yang hening untuk Iebih konsentrasi menjalankan ibadah.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Rinto Sudarmaji
Abstrak :
Ruang shalat dalam masjid. Sebagai sebuah ruang yang sakral, ruang yang suci, ruang yang membutuhkan keheningan di dalamnya. Dengan keheningan tersebut, aktivitas ibadah shalat dapat terlaksana dengan khusyu. Keheningan sudah menjadi jiwa dari sebuah ruang shalat.

Menyuguhkan ruang shalat yang berjiwa keheningan mempakan sebuah tantangan tersendiri, khususnya bagi para arsitek dan para perencana bangunan. Akustik ruang merupakan salah satu ilmu yang sangat berperan dalam menciptakan kondisi kaheningan tersebut.

Tuiisan ini memberikan gambaran bagaimana peran akustik ruang dalam menciptakan keheningan, khususnya keheningan ruang shalat dalam masjid, dengan mengambil tiga buah masjid sebagai studi kasusnya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Yulianti
Abstrak :
Masjid merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam. Masjid merupakan tempat beribadah, tempat umat Islam berinteraksi dengan Tuhan Sang Pencipta. Agar ibadah yang dilakukan menjadi lebih tenang, masjid harus memiliki kenyamanan suhu, Kenyamanan suhu ini dipengaruhi oleh berbagai elemen bangunan, termasuk atap masjid. Kubah, yang sebagian besar digunakan sebagai atap masjid di Indonesia, juga berpengaruh terhadap kenyamanan suhu masjid. Berbagai macam desain kubah digunakan pada masjid. Bentuk kubah, material dan ukuran kubah berbeda antara masjid satu dengan masjid lainnya. Keberagaman desain ini memiliki pengaruh yang berbeda pula terhadap kenyamanan suhu didalam masjid. Dalam kesempatan ini, penulis berusaha mengkaji lebih jauh mengenai pengaruh desain kubah terhadap kenyamanan termal sebuah masjid. Untuk memberikan cantoh, penulis mengambil tiga buah studi kasus yaitu Masjid Istiqomah (studi kasus 1), Masjid BKPM (studi kasus 2), dan Masjid Baitul Mughni (studi kasus 3). Ketiga studi kasus ini memilikl desain kubah yang berbeda. Analisa dan perbandingan yang dilakukan terhadap ketiga contoh kasus tersebut didukung oleh data-data klimatologi pada masing-masing kasus. Dari hasil analisa ini dapat diketahui perbandingan kenyamanan suhu yang terjadi akibat perbedaan desain kubah pada masjid.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emiel Afrans Titho
Abstrak :
Menara adalah salah satu bagian penting pada suatu bangunan masjid. Selain menjadi tempat dikumandangkannya adzan sebagai tanda tiba waktu sholat, pada kebanyakan masjid, menara menjadi salah satu ciri bangunan ibadah muslim. Keberadaan menara pada masjid bukan suatu keharusan, karena Nabj Muhammad Saw tidak membuat menara untuk masjid yang dibangun pada masanya. Tetapi seiring berjalannya waktu, keberadaan menara semakin kuat telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas sebuah masjid. Pada awal kemunculannya di masa Bani Ummayyah, menara masjid mengambil bentuk dari menara-menara gereja. Kemudian seiring berkembangnya Kekhalifahan Islam, berbagal bentuk menara muncul pada masjid-masjid yang dibangun di wilayah kekuasaan Islam dengan pengembangan serta penyesuaian terhadap arsitektur lokal. Menara merupakan unsur bangunan masjid yang bersifat permanen, tidak banyak berubah secara fisik, sehingga dapat menjadi representasi karakteristik arsitektur pada wilayah dan masa tertentu. Sejalan dengan perkembangan desain masjid kontemporer, menara menjadi bagian yang dapat tebih dieksplorasi sehingga lahiriah bentuk-bentuk menara masjid baru yang tidak lagi menyerupai kebanyakan bentuk menara masjid di TimurTengah. Beragam bentuk yang muncul dari menara-menara masjid di dunia menunjukkan tidak adanya ketentuan khusus mengenai bentuk menara masjid. Begitu pula dengan jumlah maupun peletakan menara tersebut dalam site plan. Sentuk, jumlah dan peletakan menara pada masjid seakan tergantung pada kehendak sang arsitek serta kemampuan finansial yang ada untuk membangun masjid tersebut. Arti keberadaan sebuah menara pada bangunan masjid semakin terasa ketika masjid-masjid yang pada awalnya tidak memiliki menara, kemudian dibangunkan sebuah atau beberapa menara dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sebagian menara masjid saat ini bahkan sejak awai pembangunannya tidak memiliki fungsi sebagai tempat dikumandangkannya adzan. Bentuk menara yang menjulang tinggi dapat memberikan kesan monumental dan agung bagi orang yang melihatnya. Pada negara-negara Islam atau iingkungan yang berpenduduk muslim, menara kerap kali menjadi suatu simbol yang dibanggakan komunitas muslim. Hal-hal semacam ini ikut menjadi pertimbangan tetap dipertahankannya keberadaan menara pada sebuah masjid.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza P. Saifuddin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochman Adji
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novira Nurullita
Abstrak :
Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru merupakan masjid modern pertama dan terbesar di Jakarta sebelum dibangunnya Masjid Istiqlal. Kajian ini membahas gaya bangunan pada Masjid Agung Al-Azhar dengan menelusuri keberadaan unsur bangunan yang mendapat pengaruh budaya asing melalui penggunaan alat analisis perubahan budaya yaitu akulturasi. Pada kajian ini digunakan Masjid Agung Al-Azhar sebagai sumber data bangunan. Metode yang digunakan berupa metode penelitian arkeologi oleh James Deetz yang terdiri dari tahap pengumpulan data (observasi), pengolahan data (deskripsi), dan tahap penafsiran data (eksplanasi). Berdasarkan hasil kajian, dapat diketahui bahwa Masjid Agung Al Azhar memiliki gaya bangunan yang memperlihatkan keberadaan dan pengaruh dari unsur budaya Timur Tengah khususnya pada bagian atap masjid berupa atap kubah, bagian menara masjid, bagian pintu masjid, dan pada ornamen yang ada di masjid. Selain dipengaruhi oleh unsur budaya asing, Masjid Agung Al-Azhar juga masih memiliki unsur lokal yang terlihat pada keberadaan serambi masjid. Hal ini memperlihatkan bahwa Masjid Agung Al-Azhar mendapat pengaruh arsitektur Timur Tengah yang pada penerapannya disesuaikan dengan fungsinya pada masjid. ......The Great Mosque of Al-Azhar, Kebayoran Baru was the first and largest modern mosque in Jakarta before the construction of the Istiqlal Mosque. This study discusses the building style of the Great Mosque of Al-Azhar by tracing the existence of building elements that have received foreign cultural influences through the use of cultural change analysis tools, namely acculturation. In this study, the Great Mosque of Al-Azhar was used as a source of building data. The method used is in the form of an archaeological research method by James Deetz which consists of the data collection stage (observation), data processing (description), and the data interpretation stage (explanatory). Results of the study is it can be seen that the Great Mosque of Al Azhar has a building style that shows the existence and influence of Middle Eastern cultural elements, especially on the roof of the mosque in the form of a dome, part of the mosque minaret, part of the mosque door, and on the ornaments in the mosque. Apart from being influenced by foreign cultural elements, the Great Mosque of Al-Azhar also still has local elements that can be seen in the existence of the mosque foyer. This shows that the Great Mosque of Al-Azhar has the influence of Middle Eastern architecture which in its application is adapted to its function in the mosque.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Harish Heruputra
Abstrak :
Masjid sebagai tempat ibadah umat muslim membutuhkan tingkat kejelasan suara yang tinggi sehingga kekhusyukan ibadah dapat tercapai. Namun, masjid saat ini kebanyakan memiliki kualitas akustik yang buruk akibat penggunaan material yang reflektif terhadap suara di ruangan tertutup. Skripsi ini bertujuan untuk memahami lebih dalam mengenai dampak keterbukaan ruang terhadap speech intelligibility pada masjid. Speech intelligibility adalah ukuran seberapa jelas suatu suara di dalam ruangan yang diukur dengan metode speech transmission index (STI). STI dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah bising dan dengung ruangan, yang menyebabkan keterbukaan ruang memiliki dampak besar terhadap STI. Skripsi dilakukan dengan menganalisis akustik ruang menggunakan simulasi pada software Fohhn Designer, dengan Masjid UI didesain terbuka dan tertutup sebagai objek untuk mengetahui persebaran STI, intensitas suara (SPL), dan waktu dengung (RT) kedua tipe masjid. Hasil studi menunjukkan bahwa masjid dengan desain terbuka memiliki nilai STI yang lebih tinggi, tetapi perbedaannya tidak begitu signifikan karena desain ruangan dan loudspeaker masjid sudah tergolong baik, ditambah barisan jamaah di kedua tipe masjid juga dapat meningkatkan STI. ......Mosque as a worshiping place for muslims requires a high level of speech intelligibility so that the solemnity of worship can be achieved. However, today's mosques mostly have poor acoustic quality due to the use of sound-reflective materials in enclosed room. This thesis aims to understand more about the impact of spaces’ openness on speech intelligibility in mosques. Speech intelligibility is a measure of how clear a voice is in a room and measured by the speech transmission index (STI) method. STI is affected by many factors, two of them are background noise and reverberation of the room, which causes the openness of a space to have a big impact on STI. This thesis analyzes the rooms’ acoustics using Fohhn Designer software simulation, along Masjid UI with both exposed and enclosed design as the objects to determine the distribution of STI, sound intensity (SPL), and reverberation time (RT) of both mosques types. The results show that mosque with an open design has a higher STI, but the difference is not significant due to the good geometry and loudspeakers design the mosque already has, as well as the rows of worshipers that can also increase STI value in both mosques types.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafiza Harfitianti
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48281
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>