Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Rahayu Djody H.S.
Abstrak :
ABSTRAK
Masalah kependudukan di Indonesia ditandai oleh besarnya jumlah penduduk, tingginya angka pertumbuhan penduduk, struktur penduduk yang masih muda, persebaran penduduk antar daerah yang tidak merata dan kualitas kehidupan penduduk yang masih perlu ditingkatkan (Repelita V, 1989). Dari permasalahan kependudukan yang dihadapi ini telah ditetapkan pokok-pokok kebijaksanaan kependudukan antara lain berupa upaya yang terarah pada penurunan angka kematian.

Kematian atau mortalitas sebagai masalah kependudukan sebenarnya telah diperhatikan dan dipelajari oleh para demografer mulai tahun 1950-an. Perhatian pada dekade berikutnya kemudian beralih pada masalah fertilitas sehubungan dengan adanya ledakan jumlah penduduk di berbagai belahan dunia terutama di negara-negara berkembang.

Namun demikian mortalitas pada akhir-akhir ini kembali banyak mendapat perhatian dengan pandangan yang lebih baru dan perspektif yang lebih luas. Berbagai alasan pokok sehubungan dengan meningkatnya perhatian pada masalah mortalitas antara lain diberikan oleh Utomo (1985): 1. Pengertian tentang kontribusi penurunan mortalitas terhadap penurunan fertilitas, yang selanjutnya akan memperlambat pertumbuhan penduduk. Dalam rangka menurunkan angka pertumbuhan penduduk, disamping dilakukan pengendalian fertilitas, penurunan mortalitas terutama mortalitas bayi dan anak akan sangat efektif dalam mengenalkan norma keluarga kecil di kalangan masyarakat, walaupun untuk sementara waktu penurunan mortalitas akan meningkatkan jumlah penduduk. 2. Persepsi tentang perlunya untuk mengkaji kembali masalah mortalitas dan morbiditas dari sisi kualitas penduduk, kapasitas manusia dan produktivitas secara ekonomi. 3. Memudarnya pendapat bahwa mortalitas akan mengalami penurunan dengan sendirinya dengan meningkatnya pembangunan ekonomi.

Karena pendapat ini, pada dekade tahun 1960-an dan 1970-an, masalah mortalitas dikesampingkan dan perhatian jauh lebih banyak ditujukan pada masalah fertilitas untuk pengendalian pertumbuhan penduduk. Perhatian terhadap masalah mortalitas segera meningkat setelah adanya berbagai kenyataan yang menunjukkan bahwa mortalitas di berbagai negara berkembang tidak mengalami penurunan seperti yang diharapkan, malahan untuk beberapa negara tertentu mengalami peningkatan.

Angka kematian di Indonesia telah turun selama 30 tahun terakhir ini, namun dibandingkan dengan negara tetangga penurunan tersebut masih relatif kecil. Malaysia, Hongkong dan Singapura mengalami penurunan kematian yang cepat setelah Perang Dunia Kedua (Utomo, dkk, 1984). Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya jumlah kematian di Indonesia antara lain adalah perkembangan teknologi di bidang pertanian dan perkembangan industri modern, munculnya perkembangan fasilitas penyaluran bahan makanan dan jasa, kemajuan sanitasi lingkungan dan program kesehatan masyarakat (BKKBN, 1982).
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Aquinas Syukur Rejo Tonda
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang Kegagalan mengenali pasien yang memiliki risiko mortalitas tinggi dapat menyebabkan luaran yang buruk Karena itu penilaian yang cepat dan tepat terhadap perubahan tanda vital sangat penting untuk menghindari keterlambatan penanganan yang dapat memengaruhi luaran pasien Beberapa modul triase telah dirancang sebagai sistem pendukung dalam pengambilan keputusan untuk memandu perawat dokter triase agar dapat mengambil keputusan yang tepat Penelitian ini akan menjelaskan seberapa besar modul triase di IGD RSCM dapat memprediksi mortalitas untuk luaran 24 jam dan 7 hari Metode Penelitian ini merupakan penelitian prognostik dengan desain penelitiannya adalah studi kohort retrospektif pada 529 data pasien dengan usia lebih dari 18 tahun yang menjalani prosedur triase di Instalasi Gawat Darurat RSCM Luaran mortalitas pasien dibagi menjadi mortalitas 24 jam dan mortalitas 7 hari Hasil Dari hasil analisis kurva ROC didapatkan area under the curve modul triase untuk luaran 24 jam adalah 0 787 IK 95 0 690 0 885 lebih besar daripada area under the curve modul triase untuk luaran 7 hari yakni sebesar 0 662 IK 95 0 597 0 726 Hal ini berarti performa modul triase IGD RSCM lebih baik dalam memprediksi mortalitas 24 jam daripada untuk memprediksi mortalitas 7 hari Berdasarkan perhitungan nilai prediktif modul triase untuk luaran 24 jam didapatkan rasio kemungkinan positif PLR untuk kategori resusitasi sebesar 11 36 sedangkan untuk kategori lain didapatkan 1 11 untuk kategori emergency 1 69 untuk kategori urgent 0 4 untuk kategori non urgent dan 0 23 untuk kategori false emergent Kesimpulan Modul triase IGD RSCM dapat memprediksi angka mortalitas pasien non bedah Kemampuan prediksi berdasarkan performa diskriminasi berada pada level Fair Test Performa modul triase IGD RSCM lebih baik dalam memprediksi mortalitas 24 jam daripada untuk memprediksi mortalitas 7 hari. ABSTRACT
Background Failure to identify high risk patients can lead to poor outcomes Therefore quick and precise assessment of the changes in vital signs is very important to avoid delays in treatment which may affect patient outcomes Some triage module has been designed as a support system in decision making to guide the nurse physician triage in order to take the right decision This study will explain how the triage modules in the ED of RSCM can predict the outcomes of mortality for 24 hours and 7 days Methods This is a prognostic study with the design of the study was a retrospective cohort study on 529 patient data with more than 18 years of age who underwent the procedure triage in the ED of RSCM Mortality outcomes of patients were divided into 24 hour mortality and 7 days mortality Based on the calculation of predictive value for the triage module outcome in 24 hours obtained positive likelihood ratio PLR for category resuscitation is 11 36 while for other is 1 11 for emergency category 1 69 for urgent category 0 4 for non emergency categories and 0 23 for false emergent category Results The results of ROC curve analysis obtained an area under the curve for the 24 hours outcome was 0 787 95 CI 0 690 to 0 885 greater than the area under the curve for 7 days outcomes 0 662 CI 95 0 597 to 0 726 This means that the performance of the ER triage module of RSCM better in predicting of 24 hours mortality rather than for predicting 7 days mortality Conclusions ED triage module of RSCM can predict mortality of non surgical patients The predictive ability based on the performance of discrimination is Fair Test ER triage module performance is better in predicting of 24 hours mortality rather than for predicting 7 days mortality Keywords triage module ED of RSCM predict outcome.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atin Karjatin
Abstrak :
Angka kematian ibu di Kabupaten Garut didapatkan masih relatif tinggi demikian juga dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang masih rendah. Melihat kenyataan tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat faktor internal maupun eksternal pada ibu bersalin yang berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Penelitian ini mengunakan pendekatan potong lintang dengan metode survei cepat yang berbasis masyarakat. Survey cepat ini memakai prosedur sampling dua tahap. Tahap pertama terpilih 30 kluster meialui cara probability proportional to size (pps) berdasarkan inforrnasi jumlah penduduk desa. Tahap kedua pemilihan sampel dengan memilih rumah yang terdekat dengan pusat desa, selanjutnya berputar seperti obat nyamuk. Besar sampel sebanyak 210 responden adalah ibu-ibu yang melahirkan pada tahun 2001. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2002, menggunakan kuesioner, dengan cara wawancara yang dibantu oleh petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Garut sebanyak 10 orang yang sudah mendapat pelatihan dari peneliti dan mempuyai pengalaman tentang survey cepat. Hasil penelitian memperlihatkan proporsi pemanfaatan penolong persalinan dengan tenaga kesehatan adalah sebesar 60% dengan estimasi selang 95% antara 53,82% - 66,18%. Pendidikan ibu dan persepsi terhadap penolong persalinan yang merupakan faktor internal pada ibu bersalin serta biaya persalinan yang termasuk faktor ekstenal berhubungan bermakna dengan pemanfaatan penolong persalinan. Persepsi terhadap penolong persalinan merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Agar mendapatkan simpati dari masyarakat, penolong persalinan perlu memantapkan kerjasama dengan dukun bayi dan juga mengadopsi pengalaman dare kelebihan yang dimiliki dukun bayi. Hal ini perlu untuk memperbaiki persepsi negatif terhadap penolong persalinan yang selama ini ada di masyarakat. Dalam hal ini petugas juga harus berusaha meningkatkan kemampuannya dalam segi teknis maupun komunikasi. Bagi yang membutuhkan biaya untuk memanfaatkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, perbaikan program yang sudah ada seperti JPKM taanpaknya sangat bermanfaat, selain itu masyarakat juga harus didorong untuk membentuk tabulin atau mekanisme lain yang diharapkan dapat membantu pelayanan kesehatan tersebut.
The death rate of mothers in the district of Garut is relatively at a high level of statistical data and that deliveries, supported by delivery team is quite minim. The mentioned report proposed to conduct a study of internal as well as external factors that prevents mothers from utilizing delivery supporters provided by the health institute. A cross sectional study was performed and followed a method of short term survey of community. This study was carried out according to two procedure sampling. The first step was to select 30 cluster in accordance with probability proportional to size (pps) of the rural population that had been informed, the second step was the selection of homes located closed to the center of the rural center and moved to the center. The number of the sample consisted of 210 mother respondents, experiencing delivery in the year 2001. Collecting the data took place on May 2002, using questioner forms and interviews guided by officials of the District Health Service Department of Garut, that were 10 in number. This study showed that 60% with interval between 53,82% to 66,18% benefited the support of attendants provided by health services. Mothers education, perception to delivery supporters and delivery bill were internal as well as external factors that may become hindrance to utilizing supporters available. Mother perception was the most significant variable of utilizing delivery supporters. Cooperative attitude of delivery supporters with traditional midwifery habits may became clues of willingness to utilize supporters delivery team members were suggested to adopt some experiences of traditional midwifes and advance their technical knowledge and communication activities. For those needing delivery bill of skill full supporters JPKM should extend its capacity of finding system and last of all the community should be motivated to have delivery insurance and other mechanism that may increase supportive measures to health services.
2001
T3640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono Sriwandoko
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Kematian ibu hamil tahun 2018 di RSUD Sultan Imanudin Pangkalan Bun sebanyak 15 kasus kematian ibu hamil, dimana standar indikator mutu pelayanan PONEK RS adalah zero tolerance pada kematian ibu hamil. Kematian ibu hamil ini berkaitan dengan kinerja PONEK RS yang tidak optimal. Upaya memperbaiki kinerja PONEK di RS dilakukan dengan evaluasi implementasi PONEK yang dikaitkan dengan standar indikator mutu kinerja dan mutu pelayanan PONEK berdasarkan teori mutu pelayanan Donabedian. Penyelenggaraan dan keberhasilan PONEK perlu dilakukan monitoring dan evaluasi, sehingga dapat menjadi dasar untuk pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan PONEK. Harapannya dengan pencapaian standar mutu kinerja dan pelayanan PONEK yang optimal dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kejadian kematian ibu hamil. Tujuan : Evaluasi implementasi PONEK dan kejadian kematian ibu hamil di RSUD Sultan Imanudin tahun 2018. Metode : Cros sectional study, yakni dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien dan dokumen PONEK RS, mulai Januari - Desember 2018. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Evaluasi implementasi PONEK dilakukan untuk mengetahui mutu kinerja dan mutu pelayanan PONEK dilakukan dengan analisis quality of care Donabedian. Hasil implementasi PONEK di analisis dengan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) untuk melihat faktor utama dari kelemahan sistem PONEK. Analisis kinerja juga dilakukan dengan alat bantu elemen penilaian SNARS edisi 1. Hasil : Waktu tanggap kamar bedah (rpn=392), waktu tanggap kamar bersalin (rpn=343) dan waktu tanggap pelayanan darah cito (rpn=294) sebagai faktor utama penyebab kegagalan sistem PONEK dengan risk priority number sangat tinggi dan sebagai prediktor kuat yang berkaitan dengan kematian ibu hamil. Analisis kinerja pelayanan PONEK menurut standar elemen penilaian SNARS edisi 1 menunjukkan adanya pemenuhan sebesar 76,92 %. Kesimpulan : Implementasi PONEK RSUD Sultan Imanudin tidak konsisten menjalankan perannya sebagai RS rujukan yang mampu PONEK karena tidak sesuai dengan indikator mutu pelayanan PONEK yaitu zero tolerance terhadap kematian ibu hamil. Mutu kinerja pelayanan PONEK RSUD Sultan Imanudin tidak optimal disebabkan pemenuhan kinerja PONEK hanya mencapai 76,92 %. Mutu penyelenggaraan kinerja pelayanan PONEK yang tidak optimal karena masih ditemukan kelemahan kinerja PONEK yang tidak memenuhi standar mutu kinerja pelayanan PONEK. Faktor-faktor utama penyebab kelemahan PONEK berdasarkan analisis FMEA yang mempunyai risk priority number tinggi adalah waktu tanggap kamar bedah dan kamar bersalin lebih dari 30 menit, waktu tanggap pelayanan darah cito lebih dari 60 menit dan AMP internal RSUD hampir tidak pernah dilakukan.
ABSTRACT
Background : Pregnant women died in 2018 at Sultan Imanudin Pangkalan Bun Regional Hospital as many as 15 cases of maternal mortality, where the standard indicator for quality of PONEK Hospital services was zero tolerance for maternal mortality. The death of pregnant women is related to the non-optimal performance of the PONEK Hospital. Efforts to improve the performance of PONEK in hospitals are carried out by evaluating the implementation of PONEK that is associated with the performance quality standard indicators and PONEK service quality based on Donabedian service quality theory. The implementation and success of PONEK need to be monitored and evaluated, so that it can be the basis for the development and improvement of the quality of PONEK services. It is hoped that by achieving optimal quality standards of performance and PONEK services it can be utilized to reduce the incidence of maternal mortality. Objective : Evaluation of the implementation of PONEK and the incidence of maternal mortality in Sultan Imanudin Regional Hospital in 2018. Method : Cros sectional study, using secondary data from patient medical records and PONEK hospital documents, from January to December 2018. Sampling was done in total sampling. Evaluation of the implementation of PONEK is carried out to determine the quality of performance and the quality of PONEK services is carried out by analyzing the quality of care Donabedian. The results of the PONEK implementation are analyzed with the Failure Mode Effect Analysis (FMEA) to see the main factors of the weaknesses of the PONEK system. Performance analysis was also carried out with the SNARS assessment element 1 edition. Results : Operating room response time (rpn = 392), delivery room response time (rpn = 343) and cito blood service response time (rpn = 294) as the main factors causing PONEK system failure with very high risk priority number and as a strong predictor related to death of pregnant women. An analysis of the performance of PONEK services according to the SNARS assessment element standard edition 1 shows the fulfillment of 76.92%. Conclusion : The implementation of PONEK Sultan Imanudin Regional Hospital is inconsistent in carrying out its role as a referral hospital that is capable of PONEK because it is not in accordance with the PONEK service quality indicators, namely zero tolerance for maternal mortality. The quality of PONEK Sultan Imanudin Hospital services performance is not optimal due to the fulfillment of PONEK performance only reaching 76.92%. Quality of carrying out PONEK service performance is not optimal because there are still weaknesses in PONEK performance that does not meet PONEK service quality service standards. The main factors causing PONEK weakness based on FMEA analysis which has a high risk priority number are the operating room and delivery room response time is more than 30 minutes, cito blood service response time is more than 60 minutes and internal RSUD AMP is almost never.
2020
T54962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janna Markus Yajariawati
Abstrak :
ABSTRAK
Kematian bayi di Kabupaten Garut tahun 2011 sebanyak 358 kasus, salah satu penyebab adalah masalah laktasi sebanyak 10 kasus. Penelitian bertujuan memperoleh informasi mendalam mengenai pengetahuan, persepsi dan perilaku ibu serta pencatatan pelaporan terkait kematian bayi. Penelitian menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Informan sebanyak 22 orang yaitu ibu dengan riwayat bayinya meninggal karena masalah laktasi, bidan, kepala puskesmas, kepala seksi ibu-bayi dan petugas pencatatan pelaporan dinas kesehatan. Penelitian menunjukkan pengetahuan tentang penyebab kematian bayi karena masalah laktasi belum diketahui oleh ibu dan bidan. Masih ada mitos atau kepercayaan tentang laktasi dan ibu masih mempercayai mitos atau kepercayaan tersebut. Perilaku ibu tentang pelayanan yang berhubungan dengan laktasi masih kurang sesuai. Beberapa bidan mendapat kesulitan dalam pengisian pencatatan pelaporan dan pembahasan Audit Maternal Perinatal tidak dilakukan dalam pertemuan khusus. Saran untuk dinas kesehatan diperlukan pengkatagorian yang lebih tepat penyebab kematian bayi yang berhubungan masalah laktasi dan melaksanakan AMP sesuai dengan pedoman. Saran untuk bidan adanya kegiatan supervisi oleh bidan koordinator dalam pengkatagorian penyebab kematian bayi pada bidan desa, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan tentang tugas utama bidan terkait manajemen laktasi dan penyuluhan dan KIE pada masyarakat agar mendukung ibu untuk menyusui dengan benar.
ABSTRACT
Infant mortality in Garut District in 2011 as many as 358 cases, one of the causes is the problem lactation 10 cases. The research aims to obtain in-depth information about the knowledge, perceptions and behaviors related to maternal and infant death records reporting. Research using qualitative methods through indepth interviews and focus group discussions. Informants were 22 people, mothers with a history of baby died due to lactation, midwife, health center chief, section chief the mother-infant and health department officials reporting records. Research shows knowledge of the causes of infant deaths due to lactation is not known by the mother and midwife. There are still myths or beliefs about lactation and mother still believe the myth or belief. Maternal behavior of lactation-related services is still less appropriate. Some midwives have difficulty in filling the reporting and recording of Maternal Perinatal Audit the discussion was not in a special meeting. Suggestions for health departement needed more appropriately categorizing the causes of infant deaths related problems lactation and implement AMP lactation according to the guidelines. Advice to midwife the midwife coordinator supervision activities by categorizing the causes of infant mortality in the village midwife, increasing the knowledge and skills of midwives on the main tasks associated midwife lactation management and counseling and IEC in the community to support mothers to breastfeed properly.
2013
T34956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vony Julianti Kiding
Abstrak :
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator tingkat pembangunan kesehatan dan kualitas hidup suatu negara. Kabupaten Banjar memiliki jumlah kematian neonatal tertinggi di Provinsi Kalimantan Selatan. Kematian neonatal tidak disebabkan oleh satu faktor saja melainkan multifaktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tahun 2014-2015. Metode penelitian kasus kontrol, analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan bermakna dengan kematian neonatal adalah berat lahir bayi OR=5,8, 95 CI:3,0-11,1, pendidikan ibu OR=4,5, 95 CI:1,6-12,8, komplikasi kehamilan OR=2,7, 95 CI: 1,6-4,6, umur kehamilan OR=2,4, 95 CI: 1,1-5,0 , frekuensi kunjungan ANC standar OR=2,2, 95 CI:1,2-4,1, tempat persalinan OR=2,1, 95 CI:1,1-3,9 dan paritas OR=2,1, 95 CI:1,2-3,6, sedangkan pekerjaan OR=1,8, 95 CI:0,9-3,5 sebagai variabel confounding. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah berat lahir bayi. Bayi berat lahir ≤ 2500 gram memiliki risiko 5,8 kali 95 CI 3,0-11,1 lebih tinggi mengalami kematian neonatal dibanding bayi berat lahir> 2500 gram. Peningkatan wawasan dan kompetensi bidan melaui pelatihan penatalaksanaan kasus BBLR, strategi KIE mengenai faktor-faktor kematian neonatal serta membuat gagasan untuk meningkatkan kunjungan ANC standar perlu diupayakan untuk menurunkan angka kematian neonatal di Kabupaten Banjar.
Infant mortality rate is one indicator of health development level and quality oflife of a country. Kabupaten Banjar has the highest of neonatal mortality numbersin South Borneo. Neonatal mortality is not caused by a single factor but multifactor. This study aims to determine the factors associate with neonatal mortality in Kabupaten Banjar, South Borneo in 2014 2015. The methods of this study is case control, multivariate analysis used logistic regression. The results of this study indicate that the factors significantly associated with neonatal mortality are birth weight OR 5,8, 95 CI 3,0 11,1, maternal education OR 4,5, 95 CI 1,6 12,8, pregnancy complications OR 2,7, 95 CI 1,6 4,6 gestational age OR 2,4, 95 CI 1,1 5,0 , frequency of standard ANC visits OR 2,2, 95 CI 1,2 4,1, place of delivery OR 2,1, 95 CI 1,1 3,9 and parity OR 2,1, 95 CI 1,2 3,6 and occupational OR 1,8, 95 CI 0,9 3,5 as a confounding variabel. The factor that must impact is birth weight. Birth weight le 2500 gram is5,9 times higher 95 CI 3,1 11,3 to neonatal mortality than birth weight ge 2500gram. Increased insight and competence of midwife through training of case management of low birth weight, communication information and education strategies about factors of neonatal mortality and creates ideas for increase the ANC visits are required to reduce neonatal mortality in Banjar District.Keywords factors of mortality neonatal.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Zani Agusfar
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Angka kematian ibu AKI merupakan salah satu indikator kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan ibu. Untuk menurunkan AKI di Indonesia, kementerian kesehatan melaksanakan program PONED. Penelitian-penelitian terhadap puskesmas PONED menunjukkan pelaksanaan PONED masih belum sesuai standar kinerja PONED. AKI pada wilayah puskesmas PONED dengan layanan yang belum sesuai standar masih tinggi, padahal program PONED dilaksanakan sebagai salah satu upaya menurunkan AKI di Indonesia.Tujuan: Mengukur tingkat kepatuhan terhadap standar kinerja PONED pada puskesmas PONED yang berada di wilayah dengan AKI tinggi dan AKI rendah. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan PONED.Metode: Mixed-method dengan embedded design. Penelitian kuantitatif menggunakan rancangan survei potong lintang untuk mendapatkan data tingkat kepatuhan terhadap standar kinerja PONED. Pengambilan data kualitatif melalui kuesioner yang diberikan kepada tim PONED dan kepala puskesmas dilakukan secara bersamaan dengan pengambilan data kuantitatif. Sampel adalah seluruh populasi puskesmas PONED di Jakarta Timur 10 puskesmas dan Jakarta Pusat 8 puskesmas . Data kuantitatif diolah dengan statistik deskriptif dan uji t untuk melihat perbedaan. Data kualitatif diolah dengan koding terbuka untuk menghasilkan kode dan kategori.Hasil: Dari 18 puskesmas, 1 sedang tidak menjalankan PONED dan dikeluarkan dari sampel penelitian. Jumlah sampel menjadi 9 puskesmas di Jakarta Timur AKI rendah dan 8 puskesmas di Jakarta Pusat AKI tinggi . Tingkat kepatuhan terhadap standar kinerja PONED pada puskesmas di Jakarta Pusat 72 secara bermakna lebih tinggi dari puskesmas di Jakarta Timur 72 64 , t=2,543, p= 0,022 . Kendala dalam pelaksanaan PONED: fasilitas fisik, perlengkapan, sumber daya manusia, manajemen dan kendala eksternal yang berhubungan dengan pelatihan lanjutan bagi tim PONED.Simpulan:Tingkat kepatuhan terhadap standar kinerja PONED pada puskesmas PONED di wilayah dengan AKI tinggi lebih tinggi dibandingkan di wilayah dengan AKI rendah, namun tingkat kepatuhan terhadap standar kinerja PONED pada kedua wilayah tergolong rendah. Kendala pelaksanaan PONED: fasilitas fisik, perlengkapan, sumber daya manusia, manajemen dan kendala eksternal.
ABSTRACT
Background Maternal mortality rate MMR is one of the indicator of quality and accessibility of health, especially in women. In order to lower the MMR, Indonesian Ministry of Health developed a safe motherhood program in the community health center called PONED. Studies about PONED rsquo s community health center showed that these community health centers were not yet provide the healthcare for mother and baby according to PONED rsquo s standards and the MMR in the area of these community health center were still high.Objective To measure the compliance of PONED rsquo s standards in PONED rsquo s community health center in the area of high and low mortality rate. To know the hindrance of PONED rsquo s implementation in PONED rsquo s community health center.Methods Mixed method with embedded design. Cross sectional studies for quantitative data performed along with the qualitative survey given to the PONED rsquo s team in each community health center. Sample of the study is the whole population of PONED rsquo s community health center in East Jakarta 10 and Central Jakarta 8 .Result 1 of 18 sample was excluded because of not performing PONED rsquo s care at the time of the study. Total sample were 9 in East Jakarta low MMR area and 8 in Central Jakarta high MMR area . Mean of PONED rsquo s standard index of community health center in Central Jakarta 72 is significantly higher t 2,543, p 0,022 than East Jakarta 64 , but both were below the expected standards.The hindrance of PONED rsquo s implementation in community health center are facilities, medicine, human resource, management and external hindrance related to continuing training for PONED rsquo s team.Conclusion The compliance of PONED rsquo s standards in PONED rsquo s community health center in the area of high MMR are higher than the compliance of PONED rsquo s standards in PONED rsquo s community health center in the area of low MMR, but both were below the expected standards. The hindrance of PONED rsquo s implementation in community health center are facilities, medicine, human resource, management and external hindrance related to continuing training for PONED rsquo s team.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Onetusfifsi Putra
Abstrak :
Angka kematian bayi merupakan indikator kesehatan dan kesejahteraan suatu negara. Pengelompokkan bayi menurut WHO dibagi atas masa neonatal dan postneonatal. Sehingga mengetahui determinan pada setiap kategori merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan. Analisis data survei menggunakan data SUPAS 2015 dilakukan untuk melihat determinan sosial kematian bayi. Analisis menggunakan regresi logistic dan regresi linear untuk mengestimasi angka kematian bayi pada setiap provinsi di Indonesia. Hasil penelitian didapatkan bahwa kematian neonatal disebabkan oleh faktor yang bersifat endogen seperti usia ibu melahirkan dan paritas, sedangkan postneonatal disebabkan oleh faktor yang bersifat eksogen, seperti pendidikan ibu, sosial ekonomi, dan faktor lingkungan. Model determinan sosial yang dibentuk dapat menjelaskan kematian pada setiap provinsi sebesar 78%. Berdasarkan telaah didapatkan proporsi kematian neonatal terhadap kematian bayi semakin tinggi seiring dengan rendahnya angka kematian bayi. Artinya tingkat kesehatan di Indonesia semakin baik. Diharapkan kepada pemerintah dalama mengatasi neonatal lebih fokus ke faktor endogen dan postneonatal ke faktor eksogen. Selanjutnya variabel determinan sosial menjadi fokus untuk menurunkan angka kematian bayi.
The infant mortality rate is the indicator of the countrys health and welfare. The WHO grouping of babies is divided into infant, neonatal and postneonatal. So knowing the determinants in each category is something important to do. Analysis of survey data using SUPAS 2015 data is conducted to see the social determinants of infant mortality. The analysis used logistic regression and linear regression to estimate infant mortality in each province in Indonesia. The results showed that neonatal is caused by more endogenous factors such as maternal age and parity, while postneonatal was caused by more exogenous factors, such as maternal education, socio-economic, and environmental factors. The social determinant model can explain mortality in each province by 78%. Based on the study, the proportion of neonatal deaths to infants is higher as the mothers education increases and socioeconomic status in the family. This means that the health level in Indonesia is getting better. It is hoped that the government will focus on endogenous factors in overcoming neonatal and exogenous factors for postneonatal. Furthermore, social determinant variables are the focus for reducing infant mortality.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ayu Puspitasari
Abstrak :
Pemberdayaan perempuan menjadi salah satu faktor penting dalam pembangunan. Kurangnya pemberdayaan perempuan dapat menyebabkan hasil negatif pada kesehatan dan kematian anak. Kesehatan anak menjadi bagian dari sustainable development goals (2030) yang dapat dilihat melalui penurunan angka kematian bayi dan balita. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh pemberdayaan perempuan terhadap kematian balita setelah di kontrol dengan variabel umur ibu, daerah tempat tinggal, pendidikan suami, jarak lahir, paritas, status imunisasi dasar, dan berat lahir. Sampel berjumlah 16.409 perempuan berusia 15-49 tahun yang terakhir melahirkan pada periode tahun 2012-2017 diambil dari SDKI 2017. Pemberdayaan perempuan diukur dengan menggunakan indeks komposit yang dibangun dari empat indikator yaitu tingkat pendidikan, status pekerjaan, partisipasi dalam pengambilan keputusan rumah tangga dan sikap istri terhadap pemukulan yang dilakukan suami dengan menggunakan Principal Component Analysis (PCA). Selanjutnya, estimasi pengaruh pemberdayaan perempuan terhadap kematian balita menggunakan model regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemberdayaan perempuan berpengaruh secara signifikan terhadap kematian balita setelah dikontrol dengan umur ibu saat melahirkan, jarak lahir, dan berat lahir. Komponen pemberdayaan perempuan yaitu status pekerjaan (p <0,001; AOR: 1,49 ; 95% CI: 1,21-1,83) memiliki pengaruh secara statistik dengan kematian balita, sedangkan faktor tingkat pendidikan (p 0,666; AOR: 0,93; 95% CI: 0,72-1,30), partisipasi dalam pengambilan keputusan keluarga (p 0,732; AOR: 1,08; 95% CI: 0,68-1,72), dan sikap istri terhadap pemukulan yang dilakukan suami (p 0,806; AOR: 1,03; 95% CI: 0,83-1,26) tidak berpengaruh secara signifikan dengan kematian balita. Hal ini menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan untuk mengurangi kematian balita. ......Women’s empowerment has generally been recognized as one of the most important factors for development. A lack of empowerment may lead to negative outcomes on child health and mortality. Child health being part of sustainable development goals (2030) can be traced through reduced infant and under five mortality rates. The present study is an attempt to examine the association between women’s empowerment and under five mortality. Sample of 16.409 women aged 15-49 years who had their last childbirth in period 2012-2017 were drawn from 2017 Indonesia Demographic and Health Survey. Composite index was considered to measure women’s empowerment. Principal Component Analysis (PCA) has been employed to measure women's empowerment using four indicators, namely education level, employment status, participation in household decision-making and attitude toward wife beating. Adjusted associations between women’s empowerment and under five mortality were examined using binary logistic regression by controlling the influence of socioeconomic and biodemographic variables as potential confounders. The findings from multivariate analysis indicated statistically significant associations between women empowerment and under five mortality after controlled by maternal age, birth interval, and birth weight. Working women were 1,49 times more likely to experienced under-five mortality (95% CI=1,21-1,83). However, education level, participation in household decision-making and attitude toward wife beating were not associated with under-five mortality. This highlights the importance of women’s empowerment by increasing women’s educational level, participation in labor force, and reducing women’s vulnerability to domestic violence in efforts to reduce infant mortality.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afriliyanti
Abstrak :
Angka Kematian lbu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup. Risiko kematian ibu selama kebamilan dan persalinan dapat dilrurangi bila ibu hamil memeriksakan kehamilannya sedini mungkin dan tepat waktu yaitu I kali pada trimester !, I kali pada trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3. Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan serta mendidik dan memotivasi ibu hamil untuk merawat diri dan mempersiapkan persalinannya. Berdasarkan data SDKI 2002=2003 diketahui jenis pelayanan terbanyak yang dilakukan petugas pada saat melakukan ANC adalah pemeriksaan abdomen dan masih sedikit yang memberikan info tentang tanda bahaya kehamilan dan persiapan menghadapi persalinan. Pelayanan antenatal pada dasarnya merupakan interaksi antara pengguna jasa (ibu hamil) dan penyelenggara pelayanan, sesuai dengan teori Andersen dan Green yang menunjukkan hasil dan manfaat pelayanan yang diterima akan mendorong atau melemahkan perubahan perilaku dalam penggunaan pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan antenatal dengan keteraturan ibu hamil dalam melakukan antenatal di empat puskesmas (Simpur, Korpri. Pasar Ambon dan Kedaton) Kota Bandar Lampung tahun 2007. Penelitian ini adalah penelition kuantitatif dengan menggunakan desain studi Cross Sectional, dilalrukan pada bulan April 2008 pada 160 o!l!llg ibu yang mempunyai bayi S 6 bulan dan pemah memeriksakan kebamilannya selama bamil ke 4 puskesmas yang terpilib sebagai sampel. Variabel dependen adalah ketemtu!lUl ibu dalam melalrukan antenatal, variabel indapenden adalah kualitas pelayanan antenatal dan variabel kovariat umur, pendidikan, pengetahuan, paritas , pekeljaan, sikap, pengbasilon keluarga, dnkongan keluarga dan kebutuhan ibu untuk melalrukan antenatal. Hasil penelitian mendapaikan 65,0% responden melalrukan antenatal secara temtur, dimana sebanyak 59,4% responden menilai koelitas pelayonon antenatal yang diterimanya sudah baik. Hasil uji statistik menunjukken ada bubungan antara kualitas pelayonon antenatal dengan keteraturan ibu hamil dalam melakokan pemeriksaan antenatal setelah dikontrol oleh umur, pendidiken dan sikap terbadap polayanan antenatal, dimana ibu bamil yang menilai koelitas antenatal baik keteraturan melakukan pemeriksaan antenatal bampir 4 kali dibandingkan ibu hamil yang menilai kualitas antenatal buruk. Berdasarkan basil tersebut maka koelitas pelayanan anten?tal perlu ditingkaikan dengan eara memberikan pelatihan teknis tentang antenatal, pelatiban penggunaan buku KlA, pelatiban KIP&K kepada petugas, disamping meningkatkan monitoring pelayanan antenatal sesuai SOP oleh Dinas Kesehatan ke Puskesmas. Selain itu pihak puskesmas harus memberikan pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan. ......Maternal mortality rate in Indonesia is quite high around 262 per I00,000 live births. Mother's death risk during pregnancy and delivery can be reduced by providing antenatal care as early as possible and on schedule in which mothers should get antenatal care once in the first and second semester and twice in the last one. The purpose of the examinations during pregnancy is a) to monitor mothers and their fetal conditions regularly followed by interventions needed to correct the abnormality, b) to educate and motivate the mother for taking care of her self and c) to prepare for their delivery. Based on (SDKI) in 2002-2003, most of the health services provided by health workers during antenatal care is abdominal examination. However they provide mothers with less information about the danger signs of pregnancy and delivery preparedness. Basieally antenatal care is an interaction between costumers (pregnant women) and health workers. According to Anderson and Green, the result and the benefit received by costumers will either encourage or weaken them to change their behaviors to get services. The purpose of this research is to know the correlation between the quality of antenatal care and the pregnant women?s regularity to attend antenatal care in four public health centers (Simpur, Korpri, Pasar Ambon, Kedaton) in Bandar Lampung City, Lampung Province 2007. This quantitative research used cross-sectional study conducted on April 2008. The samples were 160 mothres having babies below 6 months and never attended the antenatal care in four public health centers afore mentioned above. The dependent variable is the pregnant women's regularity to attend antenatal care while the independent variable is the quality of antenatal care. The co-variant variables are age, education, knowledge. parity, work, attitude, llunily's income, fiunily's suppert and mother's need to attend antenatal care. The result of this research showed that 65 % respondents attended the antenatal care regularly in which 59.4 % respondents said that the quality of antenatal care was goed. The statistics test showed that there was correlation between the quality of antenatal care and the pregnant women's regularity to attend antenatal care after controHed by age, education and attitude. Pregnant women attending regular antenatal care programs assumed that the quality of antenatal care was good while those atteoding irregular ones didn't Based on the results above, the writer suggests that quality of antenatal care should be hnproved by giving technical trainings on antenatal, use of mother and children's hook, inter-personal communication & counseling and also monitoring antenatal care based on standerdized operational guidelines by the health office to public health centers. Heallh centers should also provide standerdized hsaith services.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T11531
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>