Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dharmika Pranidhi
Abstrak :
Bhikkhuni sebagai perempuan monastik mengalami konstruksi misoginis, sehingga perlu berjuang menghadapinya dengan strategi dalam mengeksistensikan kelompoknya. Penelitian kualitatif ini berdasarkan pada narasi subjek penelitian dengan kerangka analisis teori teologi feminis Mary Daly dan konstruksi misoginis Alan Sponberg. Studi ini menggunakan wawancara mendalam menggali pengalaman hidup dan pandangan bhikkhuni serta observasi partisipatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan bertransformasi menjadi bhikkhuni berdasarkan dua hal, yaitu keyakinan dan sarana pelatihan. Pandangan terhadap konstuksi misoginis seperti perempuan merupakan makhluk sensual, memiliki tubuh tidak suci, terlahir akibat karma buruk, mengurangi masa dharma, peraturan yang memberatkan dibantah oleh para bhikkhuni. Konstruksi misoginis tersebut berdasarkan pada ajaran yang dipengaruhi nilai patriarkal. Bentuk pencekalan hingga upaya halus untuk menghilangkan organisasi bhikkhuni pun terjadi. Perjuangan bhikkhuni dengan membangun komunitas, kerjasama dengan organisasi luar negeri hingga melakukan berbagai kegiatan dalam mengeskpresikan eksistensi kelompoknya pun turut menjadi strategi dalam mematahkan berbagai bentuk konstruksi misoginis. ......This research shows the misogynistic construction of monastic women, especially the struggle and strategy of the Bhikkhuni to express its’s existence. This qualitative research used the narrative of three Bhikuni, within the analytical framework of Mary Daly's feminist theological theory and Alan Sponberg's misogynistic construction. This study conducted in-depth interviews on life experiences and views from the perspective of Bhikkhuni, as well as participatory observations. The results showed that women transformed themselves into Bhikkhuni based on two things: strong belief and training facilities. Misogynistic views on construction vary, such as women sensual beings, impure bodies, born as a result of bad karma, reduced the period of dharma and burdensome rules, are denied by Bhikkhuni. The misogynistic construction is based on patriarchal characteristics. To this moment subtle attempts such as banning in order to eliminate the Bhikkhuni organization followed. The struggle of the Bhikkhuni is several: by building communities, also with foreign organizations, by carrying out various activities to show the existence of their groups has also become a strategy to break various forms of misogynistic construction.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Dwi Prasetyo
Abstrak :
Ziarah merupakan sebuah ritual masyarakat archaic yang masih dilangsungkan hingga sekarang; hampir diseluruh bentuk dan variasi agama serta kepercayaan. Hal ini menandakan sebuah pengetahuan mendasar yang diproduksi melalui ritual tersebut. Ziarah Wali adalah subjek kajian dalam tulisan saya ini. Saya membahas ziarah Wali dalam kerangka ritual sebagai bentuk performatif dari sebuah Celestial Archetype dan bagaimana konfigurasi ritual ziarah Wali ini merujuk pada pengetahuan mendasar dalam satu kebudayaan. Hal penting yang tidak dapat ditinggalkan dalam ziarah Wali adalah posisi Wali dalam masyarakatnya, sehingga kemudian ketika ia telah meninggal, makam Wali tersebut tetap dikunjungi, dan melaluinya berbagai doa dan permohonan dipanjatkan. Hal ini berkaitan dengan konsep wasilah yang dimiliki Sang Wali sebagai perantara berbagai doa, permohonan, berkah, dan karomah. Ziarah Wali sebagai kekhususan dari kajian mengenai ritual ziarah ini membahas juga salah satu isu mendasar dari filsafat mengenai manusia, yaitu tentang ̳ada‘ atau lebih tepatnya saya turunkan kedalam kehadiran/presence dalam social being. Bagaimana kerja (seorang Wali) dan jalinan kerja antar manusia dalam ruang waktu tertentu membuat posisi kehadiran manusia itu signifikan bagi manusia lain atau mungkin lebih besar lagi sebuah kebudayaan dalam rentang waktu panjang (long duree). ......Pilgrimage is a ritual archaic society that still held to this day; nearly in all forms and variations of religion and belief. This indicates a fundamental knowledge that is produced through the ritual. Pilgrimage Wali is subject in my writing this review. I discussed within the framework of pilgrimage mayor as a form of performative ritual of a Celestial archetype and how this mayor pilgrimage rituals configuration refers fundamental knowledge in one culture. The important thing that can not be left in is the position of Wali on society, so that later when he had died, Wali tomb is still visited, and through the prayers and requests were offered. This relates to the concept wasilah owned by the Wali as an intermediary for various prayer, requests, blessing, and karama. Pilgrimage Wali as the specificity of the study of ritual pilgrimage also discuss one of the fundamental issues of human philosophy, that of 'being' or rather I was sent down into the presence in a social being. How does the work (Wali) and alliances between people in the space and time makes the position of human presence was significant for another human being or may be even greater in the span of a culture (long durée).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eco, Umberto
San Diego : Harcourt Brace Jovanovich, 1983
853.914 UMB nt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library