Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ali Ghanie
"Mitral stenosis merupakan kelainan katup yang paling sering ditemukan di bagian Kardiologi RS. M. Hoesin, Palembang, dan bukti kuat menunjukkan adanya tromboemboli pada mitral stenosis. Banyak studi melihat kontras ekho spontan (KES) yang dianggap sebagai awal kejadian tromboemboli, namun terdapat kontroversi mengenai bagaimana mencapai regresi KES ini. Uji klinik tersamar ganda dilakukan untuk membandingkan aspirin 100 mg dengan acenocoumarol (sintrom) 1 mg yang diberikan selama 4 minggu pada 22 penderita mitral stenosis. Pada akhir penelitian diperoleh regresi 100 % pada KES kelompok acenocoumarol, 40% diantaranya regresi dari KES berat menjadi ringan, sedangkan 60 % mengalami resolusi sempurna. Pada kelompok aspirin tidak satupun KES mengalami regresi. Pada kelompok acenocoumarol, 2 di antara 4 trombus menghilang, sedangkan 2 sisanya ukurannya mengecil, sedangkan pada kelompok aspirin pada akhir minggu keempat, pasien dengan thrombus bertambah dari 3 menjadi 4. Kesimpulan: Pemakaian acenocoumarol 1 mg selama 4 minggu dapat secara efektif dan aman meregresi kontras echo spontan dan thrombus pada mitral stenosis tanpa perubahan hemodinamik yang berarti. (Med J Indones 2002; 11: 202-7)

Mitral stenosis is one of the most often valvular disease in Division of Cardiology, M. Hoesin hospital, Palembang, and there was strong evidence of thromboembolic phenomenon in mitral stenosis (MS) patients. Many studies evaluated the spontaneous echo contrast (SEC) that was regarded as a precursor of thrombo embolic phenomenon. So far there were controversies regarding how to regress spontaneous echo contrast. A randomized double blind controlled study was done on 22 MS patients with positive SEC, receiving either aspirin 100 mg or acenocoumarol 1 mg and followed up after 4 weeks. There was 100 % regression of SEC in acenocoumarol group that consisted of 40% regression from severe SEC to mild, and 60% complete resolution. In aspirin group there was no resolution of SEC. In acenocoumarol group, 2 of 4 thrombus totally disappeared while the rest was reduced in size. On the other hand, in aspirin group, after 4 weeks, the patients with thrombus was increased from 3 to 4 patients. In conclusion, four week therapy with acenocoumarol 1 mg is effective and save in regressing spontaneous echo contrast and thrombus in mitral stenosis patients without any significant change in hemodynamics. (Med J Indones 2002; 11: 202-7)"
Medical Journal of Indonesia, 2002
MJIN-11-4-OctDec2002-202
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irfiansyah Lesmana
"ABSTRAK
Pendahuluan
Keputusan untuk melakukan tindakan operasi reparasi dan replace katup mitral pada stenosis mitral masih diperdebatkan. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan
antara Wilkin?s score dengan keputusan operasi reparasi dan replace katup mitral
pada stenosis mitral, serta mencari titik potong nilai Wilkins? score pada operasi
reparasi dan replace katup mitral
Metode
Penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional secara
retrospektif mencakup seluruh pasien dari RS Harapan Kita Jakarta yang dilakukan
operasi stenosis mitral pada Januari 2010 ? September 2015 oleh satu orang dokter
bedah Jantung. Hubungan Wilkins? score dengan keputusan operasi serta nilai titik
potong Wilkins? score pada operasi reparasi dan replace menjadi luaran yang akan
diteliti.
Hasil
Seratus dua puluh lima subjek dengan usia rata-rata kelompok reparasi 36,78 ± 9,37
tahun dan replace 44,49 ± 9,29 tahun. Didapatkan nilai mean Wilkins? score pada
kelompok reparasi 6,5 (4-12) dan kelompok replace 8 (4-14) dengan nilai signifikansi
p<0,001. Dengan area under curve 0,786 dan p<0,001, dapat dinilai titik potong
Wilkins? score berada pada nilai 7. Dengan memerhatikan variabel lain yang
menunjukkan adanya hubungan signifikan pada analisis bivariat yaitu usia,
regurgitasi mitral dan Euro score, dilakukan analisis multivariate dengan uji regresi
logistic didapatkan area under curve 0,946 dan p<0,001, dapat dinilai titik potong
Wilkins? score berada pada 5. Kesimpulan
Wilkins? score berhubungan dalam pengambilan keputusan tindakan operasi reparasi
dan replace katup pada subjek dengan stenosis mitral, dengan titik poin pada putusan
operasi reparasi dan replace yaitu Wilkins? score 7. Jika Wilkins? score
mempertimbangkan faktor usia, regurgitasi mitral dan Euro score titik poin pada
putusan operasi reparasi dan replace yaitu Wilkins? score 5.

ABSTRACT
Introduction
Decision on the repair and replacement of mitral valve surgery in mitral stenosis
patients is still being debated. The aim for this research is to find the relationship
between Wilkins? score and the decision between repair and replacing mitral valve in
mitral stenosis cases, and to find the cut off point for Wilkins?score in the mitral
valve repair and replacement procedure
Methods
The research is an analytic descriptive study with restrospective cross sectional
design. This research covered all patients of Harapan Kita Hospital for Heart and
Blood vessels that had mitral stenosis operations from January of 2010 until
September 2015 that is conducted by one of the surgeon in that hospital. The
relationship between Wilkin?s score and the decision to operate and the cut of point
of the Wilkins? score on the repair and replacement decision is the outcome that we
are going to study in this research.
Results
One hundred and twenty five subjects with the mean age of repair 36,78 ± 9,37 years
old and replacement age of 44,49 ± 9,29 years old. We found that the mean of
Wilkins? score in the reparation group is 6,5 (4-12) and in the replacement group is 8
(4-14) with the significance value is p <0,001. With area under the curve of 0,786 and
p<0,001 we can see that the the cut off point for Wilkins? score is 7. By seeing other
variables to show the significance between all bivariates variable such as age, mitral
regurgitation and Euro score, we conducted multivariate analysis of regression test
we found area under the curve 0,946 with p<0,001. We can assess that the cut off
point of Wilkins? score is 5 Conclusion
Wilkins score is related with decision making of valve repair and replacment
procedure in patients with mitral stenosis with poin between decision is 7. If Wilkins
score consider other factors such as age, the presence of mitral regurgitation and Euro
Score the point that determine the decision to repair and replace mitral valve is
Wilkins? score 5."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Yuli Setianto
"Latar belakang. Fibrillasi atrium (AF) merupakan jenis aritmia yang paling sering dijumpai terutama pada penderita stenosis mitral (MS). Atrium kanan mempunyai karakteristik anatomis tertentu yang menyebabkan halangan elektrofisiologis alamiah yang memungkinkan terjadinya sirkit reentry, schingga memudahkan timbulnya aritmia seperti halnya flutter atrium. Tujuan penclitian ini adalah untuk mengetahui apakah dimensi atrium kanan mempunyai peran yang lebih besar dan merupakan faktor risiko independen terhadap timbulnya AF pada penderita stenosis mitral dibanding dengan faktor lain. Metode dan hasil. Dilakukan penelitian secara potong lintang prospektif dengan menggunakan data base terhadap 42 penderita MS dominan yang dilakukan kateterisasi jantung dan/ valvuloplasti dengan balon (PTMC) antara bulan Juli s'd Descmber 1998 (selama 6 bulan). Tiga puluh penderita dimasukan dalam penelitian. Rasio laki-laki/ perempuan adalah 11/19, rerata umur 34,07 ± 11,58 tahun dengan rentang umur 16-64 tahun. Prosentase penderita AF sebanyak 46,7%. Penderita AF mempunyai umur yang lebih tua secara bermakna dibanding dengan penderita irama sinus (SR) (38,71 ±12,57 tahun vs 30,00 ± 9,18 tahun, p= 0,016). Kelas fungsional penderita AF lebih buruk secara bermakna dibanding kelompok SR (2,36 ± 0,50 vs 1,69 ± 0,60; p= 0,003). Fraksi ejeksi kelompok AF lebih rendah secara bermakna dibanding kelompok SR (54,12 + 10,71 % vs 68,69 t 6,50 %; p- 0,015). Kelompok AF mempunyai Cardio thoraccic ratio (CTR) lebih besar secara bermakna dibanding kelompok SR (62,64 ± 7,53 % vs 54,79 ± 5,32 %; p- 0,006). Area katup mitral dan gradien transmitral tidak berbeda bermakna di antara kedua kelompok. Sedang diameter akhir sistolik, diameter antero-posterior atrium kiri, luas permukaan atrium kanan, diameter medio-lateral atrium kanan, diameter supero inferior atrium kanan, dan volume atrium kanan lebih besar secara bermakna pada kelompok AF dibanding kelompok SR, (berurut-turut 3,264 ± 0,531 cm vs 2,649 ± 0,559 cm; p 0,005, 5,148 ± 1,025 cm vs 4,22 ±0,668 cm; p= 0,006, 3,997 ±0,927 cm vs 2,919 t0,785 cm; p- 0,000, 5,867 ± 0,666 cm vs 4,446 ± 0,738 cm; p= 0,002, 31,072±8,583 cm vs 17,488 ± 5,646 cm; p= 0,000, 52,435 ± 29,647 cm' vs 21,609 ± 11,517 cm'; p=0,001). Demikian pula tidak ada perbedaan bermakna dalam variabel hemodinanik di antara kedua kelompok AF dan SR. Dengan analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik menunjukkan hanya luas permukaan atrium kanan yang berperan terhadap timbulnya AF. (p 0,0079; kocfisien regresi 0,407, OR= 1,503; CI 95% OR= 1,121 2,014) Kesimpulan. Pada penderita MS: Luas permukaan atrium kanan lebih berperan dan merupakan faktor risiko independen terhadap timbulnya AF dibanding dengan variabel lain termasuk dimensi atrium kiri."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library