Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Mahaendra Djaja
Abstrak :
Permasalahan utama antara ritel modern (minimarket, supermarket dan hypermarket) dan ritel tradisional, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta adalah lokasi, di mana ritel modern dengan kekuatan modalnya yang luar biasa berkembang begitu pesat yang lokasinya berdekatan dengan lokasi ritel tradisional yang sudah lebih dulu berada di lokasi tersebut. Menurut Guy (1999), keberadaan minimarket yang lokasinya tidak jauh dari perumahan penduduk telah menarik minat penduduk untuk berbelanja di minimarket. Faktanya, hal tersebut menjadi alasan masyarakat memilih minimarket menjadi tempat berbelanja, sehingga membentuk suatu persepsi atau pandangan terhadap minimarket tersebut. Ketertarikan konsumen yang paling utama terhadap minimarket adalah pada lokasinya, misalkan kemudahan untuk dijangkau dan yang terpenting adalah posisinya yang harus strategis. Oleh karena itu, lokasi sangat mempengaruhi resiko dan keuntungan suatu tempat usaha secara keseluruhan (Berman dan Evans, 2004). DPW Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia DKI Jakarta (2009) mengatakan bahwa menjamurnya ritel modem dalam hal ini minimarket di DKI-Jakarta--menyebabkan omset pasar atau ritel tradisional seperti toko kelontong serta warung makin merosot. Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Perkonomian Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa pertumbuhan minimarket mengalami peningkatan dari tahun 2007 - 2009. saat dikeluarkannya instruksi gubemur No.1 15 Tahun 2006 tentang Penundaan Sementara Perizinan Minimarket. Berdasarkan lokasinya ritel modern (minimarket) melanggar ketentuan jarak yang ditetapkan Peraturan Daerah (Perda) No 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta. Dalam Perda jelas diatur, jarak antara pasar ritel modern dan ritel tradisional yang ada di lingkungan mulai dari 0,5 kilometer (km) untuk pasar ritel dengan luas 200 meter persegi (m2) namun kenyataannya lokasi ritel moderen tersebut banyak dijumpai memiliki jarak yang kurang dari 0,5 km dari ritel tradisional (toko dan warung kelontong) sehingga mengakibatkan dampak negatif terhadap kinerja ritel tradisional (toko kelontong dan warung) yang terlihal dari indikator menurunnya: omzet, jumlah pembeli per hari, jumlah pembelian per konsumen, Rata-rata Marjin, Rata-rata Keuntungan, Jumlah Produk yang dijual, Nilai total produk dan Rata-rata nilai belanja produk perhari. ......The main problem among modern retail and traditional retail especially in the Urban is location. With it's power, modern retail could be spread out fastly in location where is close to the traditional retail which found before modern retail. According to Guy (1999), location of modern retail (minimarket) was closed to the settlement has been making interest to the people who was shopping at the modern retail (minimarket). In fact, that was as the reason why the people choose the modern retail for shopping, it will built the perception and opinion about it. The main consumer interested to the modern retail (minimarket) is location, especially strategic of it location. Because, it could be make risk and benefit market place as whole (Berman and Evans, 2004). APPSI DKI Jakarta said, the spread out of modern retail (minimarket) result in the omzet of traditional retail was diminishing. Based on the data from Economic Bureau of DKI Jakarta Province, at 2007 - 2009 the growth of modern retail (minimarket) was increased while the regulation of the postponed modern retail permit was launched (instruksi gubernur No. 115 tahun 2006). Many of modern retail was break the law in it's distance that determined by government regulation No 2 Tahun 2002. In that regulation has been arranged with clear about distance between modern retail with 200 m2 wide and traditional retail has 0,5 km. In fact, modern retail location has distance less than 0,5km from traditional retail with the result that negative impact of traditional retail performance which he seen at the diminishing indicator of omzet; number of buyer per day, number of purchaser per consumer, margin average, benefit average, number of sold product, value of total product and average of product shopping value per day.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T27625
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Anggraeni
Abstrak :
Perkembangan minimarket yang pesat di Kota Depok membuat keberadaannya menjadi perhatian baik dari konsumen maupun pemerintah. Dikhawatirkan keberadaanya menimbulkan suatu perubahan fungsi keruangan kota tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisa pola persebaran minimarket di Kota Depok dan kesesuaian dengan peraturan terkait. Selain itu dalam penelitian ini juga menganalisa faktor-faktor yang di duga mempengaruhi jumlah minimarket di Kota Depok dengan mempertimbangkan keterkaitan antar wilayah kelurahan. Hasil analisis Sistem informasi geografi pola persebaran minimarket yaitu berpola sistemik. Penyebarannya yaitu banyak di kepadatan penduduk tinggi, perumahan, dan infratruktur jalan baik. Sedangkan hasil analisis regresi spasial menunjukkan adanya hubungan depedensi spasial antar jumlah minimarket yang dijelaskan oleh spatial error model. Identifikasi dengan spasial error model meyakinkan bahwa beberapa variabel yang tidak termasuk dalam model tetapi signifikan mempegaruhi secara spasial, seperti harga tanah dan kebijakan pemerintah.
The rapid development of mini market in Depok City makes its presence a concern both from consumers and government. It is feared its existence will cause a change in spatial function of the city. This study aims to analyze the pattern of minimarket distribution in Depok City and compliance with relevant regulations. In addition, in this study also analyzed the factors that are suspected to affect the number of minimarkets in Depok City by considering the inter regional relationships between districts. The result of geographic information system of minimarket distribution pattern that is patterned systemically. The location of minimarket is influenced by population density, housing, and quality of road infrastructure. There is a spatial dependence among the location of minimarkets in a form of spatial error model. The identification of spatial error is believed that there are several variables which are not included in the model but has an important role spatially, namely the price of land and local government policy.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library