Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
Bonn: The Press and Information Office of Federal Government, 1992
327.174 REP
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Epica Mustika Putro
"Tesis ini membahas mengenai peningkatan kapabilitas militer Jepang di tengah berbagai pembatasan yang diberlakukan melalui konstitusi pasca perang Jepang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kapabilitas militer Jepang disebabkan oleh dilema dalam aliansi yang menyebabkan Jepang berada dalam posisi takut ditinggalkan karena ketergantungannya yang besar dalam aliansi. Peningkatan kapabilitas militer ditujukan untuk memenuhi kewajiban Jepang dalam aliansi dalam kerangka kerja sama.
This thesis will focus about the increasing of Japan`s military capability despite its pacifis stance under Japan's pre-war constitution. It is a quantitative study using literature and library research method. The findings show that the increasing of Japan`s military capability is caused by the high dependency of Japan upon its ally that caused the fear of the abandonment. The increment is aiming to fulfill Japan`s responsibility in the alliance through cooperation."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30363
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Laode Muhammad Fathun
"
ABSTRACTThis paper will explain why China is always increasing military spending and its threat towards East Asian regionalism. This paper is a written literature analysis using qualitative analysis method. The results showed that the purpose of China's increased military budget is to safeguard national security. As a mater of fact, China is often in conflict with a number of other countries in the same region. Japan and South Korea are two countries that have always been the reason for China to modernize its military equipment. This is done with the goal of deterrence, defense and enhancing compellence. It is also important to mention that balance of power alliance is key for China in maintaining state sovereignty, especially considering conflicts like the East Chine Sea and South China Sea. That is why Chinas general purpose is purely related to security dilemma. Lastly, this paper aims to advance the thought that every country in conflict should employ negotiation to pursue their interests in order to prevent fatal loss due to conflicts."
Jakarta: Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, 2017
327 JHLN 3:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Palupi, Wulan Tunjung
"Yang dijadikan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah dinamika aliansi keamanan Jepang-AS pada dasawarsa 1980-an. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskripsi analisis, tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang dinamika aliansi keamanan Jepang-AS pada dasawarsa I 980-an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aliansi keamanan Jepang-AS pada dasawarsa 1980-an mengalami perkembangan. Hubungan keamanan antarkedua negara berkembang mulai dari pemberian bantuan militer dan AS ke Jepang pada tahun 1950-an sampai dengan dilakukannya transfer teknologi alat-alat pertahanan dari Jepang ke AS pada tahun 1980-an. Bentuk-bentuk program kerjasama yang dijalankan kedua negara sebagai wujud dari hubungan keamanan yang dimiliki kedua negara adalah pemberian lisensi AS pada perusahaan Jepang untuk membuat alat--alat pertahanan, penjualan senjata, serta penelitian dan pengembangan gabungan dalam bidang teknologi militer. Selain itu sejak tahun 1980-an Jepang dan AS melakukan latihan militer bersama. Memasuki tahun 1980-an, seiring dengan meningkatnya kekuatan ekanomi dan teknologi Jepang peranan Jepang dalam hubungan keamanannya dengan AS meningkat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13946
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Latuconsina, Ishak
"Salah satu masalah rumit yang dihadapi dalam perencanaan pembangunan suatu kekuatan militer adalah bagaiman membangun kekuatan militer atau pertahanan dengan biaya yang relatif murah di masa damai, namun dapat dikembangkan dengan cepat menjadi kekuatan militer yang kuat dalam menghadapi ancaan perang atau agresi militer asing. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan jawaban kepada masalah tersebut dengan memberikan perhatian kepada pembangunan potensi kekuatan militer atau pertahanan (military potential) sebagai basis pengembangan kekuatan militer atau pertahanan dihadapkan dengan masalah ekonomi yang mendasar yaitu bagaiman mengalokasikan sumber daya nasional yang terbatas untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang saling bersaing dari berbagai sektor pembangunan secara nasional"
Jakarta: Lembaga Pangkajian MPR RI, 2019
342 JKTN 14 (2019)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Puti Bani Azyra
"Penelitian ini berfokus pada manuver politik Hun Sen dan Joko Widodo yang berhasil membangun dinasti politik di negaranya masing-masing. Hun Sen menaikkan putranya, Hun Manet, sebagai perdana menteri melalui sejumlah manuver politik seperti dominasi Cambodia People Party (CPP), diskualifikasi partai-partai oposisi, pemberian posisi strategis kepada pada petinggi partai yang pernah kritis terhadapnya, dan penggunaan kekuatan militer. Joko Widodo juga berhasil mengangkat putranya Gibran Rakabuming, sebagai wakil presiden dengan berbagai manuver seperti konsolidasi partai politik di sekelilingnya, pembagian sembako sebagai program populis, dan menempatkan sejumlah loyalisnya di posisi strategis. Fenomena ini ditelaah melalui teori neopatrimonialisme yang menyusupkan pengaruh pada hukum dan kelembagaan sehingga politik dinasti dapat ditempuh melalui mekanisme prosedural. Menggunakan metode kualitatif, penelitian ini mengomparasikan manuver politik Hun Sen dan Joko Widodo dalam membangun dinasti politik. Meski Kamboja dan Indonesia memiliki konteks politik yang berbeda,tetapi melalui manuver politik yang dilakukan Hun Sen dan Joko Widodo, keduanya sama-sama berhasil membangun dinasti politik.
This research focuses on the political maneuvers of Hun Sen and Joko Widodo who succeeded in building political dynasties in their respective countries. Hun Sen appointed his son, Hun Manet, as prime minister through a number of political maneuvers such as domination of the CPP, disqualification of opposition parties, giving strategic positions to party officials who have been critical of him, and the use of military force. Joko Widodo also succeeded in appointing his son, Gibran Rakabuming as vice president with various maneuvers such as consolidating political parties around him, distributing basic necessities as a populist program, and placing a number of his loyalists in strategic positions. This phenomenon is explored through the theory of neopatrimonialism, which influences laws and institutions so that political dynasty can be achieved through procedural mechanisms. Using qualitative methods, this research compares the political maneuvers of Hun Sen and Joko Widodo in building political dynasties.Even though Cambodia and Indonesia have different political contexts, through the political maneuvers carried out by Hun Sen and Joko Widodo, both havesucceeded in building political dynasties."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sinulingga, Feby Ameytha
"Tesis ini membahas mengenai peningkatan kapabiltas militer Jepang terkait dengan konflik Kepulauan Senkaku/Diaoyu yang kembali memanas pada tahun 2010-2014. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilema keamanan yang disebabkan oleh konflik Kepulauan Senkaku/Diaoyu antara Jepang dengan Tiongkok menyebabkan peningkatan kapabilitas militer Jepang. Peningkatan kapabilitas militer tersebut ditujukkan dengan perubahan isi dari New Defense Guideline Program 2010 dan teknologi persenjataan yang digunakan.
This thesis will focus on the increasing Japan’s military capability related to the Senkaku/Diaoyu Island dispute which rise again around 2010-2014. It is a qualitative study using literature and library research method. The finding shows that security dilemma is caused by the Senkaku/Diaoyu Island dispute between Japan and Tiongkok which in turn led to the increasing of Japan's military capability. The indicators that inidicate the increasing of military capability can be seen from the New Defense Program Guideline 2010 and the armarment’s technology that Japan used."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44541
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Khairunnisa Hayati
"
ABSTRAKMiliter Jepang adalah sebuah kekuatan besar yang sangat sulit ditandingi pada masa awal Perang Dunia II. Persenjataan militer Jepang yang lengkap dan kuat, menjadikan Jepang berani menyerang pangkalan armada Amerika di Pearl Harbor. Serangan Pearl Harbor yang terjadi pada 7 Desember 1941, menandai pecahnya Perang Pasifik sebagai bagian dari Perang Dunia II. Penelitian ini membahas tentang awal kekalahan militer Jepang yang terjadi dalam pertempuran Midway yang berlangsung pada 4-7 Juni 1942. Pertempuran Midway adalah sebuah pertempuran dalam Perang Pasifik yang menandai titik balik atau awal kekalahan militer Jepang saat terjadinya Perang Pasifik. Ekspansi yang dilakukan militer Jepang ke berbagai wilayah di Asia Pasifik terus mengalami kemenangan yang gemilang pada paruh awal tahun 1942, namun mengalami kekalahan telak untuk pertama kalinya pada pertempuran Midway. Setelah kekalahan dalam pertempuran Midway, kekuatan armada militer Jepang semakin lemah, kemudian disusul dengan banyak kekalahan yang membawa kehancuran di Pihak Jepang hingga akhirnya menyerah pada tahun 1945.
ABSTRACTJapan 39 s military has such wide ranging powerful forces and thus were unattainable to be surpassed in the early period of World War II. The adequacy and complexity of Japanese military weaponry has roughly became the underlay in order to ambush the base of the American fleet at Pearl Harbor. The attack on Pearl Harbor which was occurred on December 7, 1941 has made the outbreak of Pacific War as a part of World War II. Therefore, this paper discusses the early segment of Japan 39 s military defeat that occurred in the Battle of Midway which took place on 4th to June 7th, 1942. The Battle of Midway has been determined as an inclusive battle of Pacific War that has been the turning point or the beginning of Japan 39 s defeat during the Pacific War. Expansion of Japanese military to various regions in Asia Pacific continues to gain complete victory in early half of 1942, but eventually suffered major breakdown for the first time at The Battle of Midway. On the aftermath, Japan 39 s enforcement was gradually getting overpowered, followed with any miscalculations that brought Japan into subjugation, until finally they were admitted defeat in 1945. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library