Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asmarinah
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak cairan perasan (juice) buah paria terhadap kesuburan mencit jantan strain AJ. Pemberian ekstrak dilakukan pada dosis 800 mg/kg beret badan (bb), 900 mg/kg bb, dan 1000 mg/kg bb selama 40 hari. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (PAL) dengan variasi dosis perlakuan sebanyak 5 perlakuan yaitu dosis 800 mg, 900 mg, 1000 mg, kontrol dengan perlakuan, dan kontrol tanpa perlakuan. Ekstrak buah paria diperoleh dengan cara penguapan cairan perasan (juice) buah paria menggunakan penangas air bersuhu 50°C. Selanjutnya dibuat dosis ekstrak 804 mg, 900 mg, dan 1000 mg dalam akuabides. Ekstrak diberikan pada mencit secara oral menggunakan spuit khusus sebanyak 0,5 ml. Setelah pemberian ekstrak dilakukan selama 40 hari, mencit-mencit dikawinkan dengan mencit betina untuk menilai parameter jumlah anak yang dilahirkan. Setelah lima hari dicampur, mencit jantan perlakuan dikorbankan untuk menilai beberapa parameter kesuburan antara lain:
a. Berat testis
b. Konsentrasi spermatozoa vas deferensr
c. Populasi sel-sel spermatogenik pada tahap VII siklus epitel seminiferus, yaitu :
- Spermatogonia A
- Spermatosit preleptoten
- Spermatosit primer pakhiten
- Spermatid
d. Diameter tubulus seminiferus tahap VII siklus epitel semin iferus, dan sebagai data tambahari berat badan mencit setelah perlakuan. Hasil yang diperoleh dan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ekstrak juice buah paria yang diberikan pada mencit drreis 000 mg, 900 mg, dan 1000 mg selama 40 hari tidak berpengaruh terhadap :
a. Berat testis
b. Jumlah spermatogonia A, spermatosit preleptoten, dan jumlah spermatosit primer pakhiten.
c. Ukuran diameter tubules seminiferus
d. Jumlah anak
2. Ekstrak juice buah peria yang diberikan pads mencit berpengaruh terhadap:
a. Konsentrasi spermatozoa vas deferens. Dosis 900 mg dan 1000 mg berpengaruh bermakna dibandingkan dengan kontrol.
b. Jumlah spermatid. Dosis 800 mg, 900 mg, dan 1000 mg berpengaruh sangat bermakna, dan an tar ketiga dosis tersebut terdapat perbedaan bermakna.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kaufman, Matthew H.
London: Academic Press, 1992
599.353 KAU a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ariska Nur Aeni Pratiwi
Abstrak :
Obesitas merupakan salah satu penyakit gangguan metabolisme yang disebabkan oleh akumulasi lemak berlebih di jaringan adiposa. Obesitas memiliki faktor risiko yang berhubungan dengan kelainan metabolik yang mengakibatkan resistensi insulin seperti penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mencit obes yang berisiko DMT2 setelah dipajan oleh Static Magnetic Field (SMF). Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium secara in vivo dengan menggunakan sampel penelitian berupa mencit jantan galur C57BL/6J berumur 12 hingga 18 minggu yang diberi pakan standar dan pakan tinggi lemak (HFD) lalu dipajan SMF 2 mT selama 2, 7, 14, dan 21 hari dengan durasi waktu 1 jam/hari. Penelitian ini menganalisis pengaruh pajanan SMF terhadap glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4, gen Caveolin-1, GLUT4 dan kalsium. Analisis statistik untuk uji glukosa darah dan kadar HbA1c menggunakan Paired sample t test atau Wilcoxon. Analisis statistik untuk selisih glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4, gen Caveolin-1, gen GLUT4, kadar kalsium menggunakan One way ANOVA atau Kruskal-Wallis. Apabila berbeda bermakna maka dilanjutkan dengan Uji Post Hoc atau Mann-Whitney. Uji korelasi antara ekspresi protein DPP4 dengan Ekspresi Gen Caveolin-1 dan GLUT4 dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson (p>0,05). Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa pemberian pajanan SMF pada mencit obes berpengaruh terhadap glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4 dan kalsium (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada ekspresi gen Caveolin-1 dan GLUT4 setelah diberikan pajanan SMF (p>0,05). Pajanan SMF yang terbaik ditunjukkan pada kelompok mencit obes yang dipajan SMF selama 7 hari dapat mempengaruhi glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4, gen Caveolin-1 dan GLUT4 menurun serta peningkatan dalam kadar kalsium. ......Obesity is one of the metabolic disorders caused by the accumulation of excess fat in adipose tissue. Obesity has risk factors associated with metabolic disorders resulting in insulin resistance, such as Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM). This study aimed to examine the effect of static magnetic field (SMF) exposure on obesity-prone mice with T2DM susceptibility. The research design involved an in vitro laboratory experimental stuy using  C57BL/6J male mice aged 12 to 18 weeks, fed standard and high-fat diets (HFD), followed by exposure to a 2 mT SMF for duration of 2, 7, 14, and 21 days, with each exposure lasting 1 hour per day. This study  observed the effects of SMF exposure on blood glucose, HbA1c levels, DPP4 protein, Caveolin-1 and GLUT4 genes expression, and calcium level. Statistical analysis for blood glucose and HbA1c levels used paired sample t-test or Wilcoxon. Differences in blood sugar, HbA1c levels, DPP4 protein, Caveolin-1 and GLUT4 genes expression, and calcium levels were analyzed using One-way ANOVA or Kruskal-Wallis. If significant differences are found, Post Hoc or Mann-Whitney tests were conducted. The correlation test between DPP4 protein with Caveolin-1 and GLUT4 genes expression were conducted using Pearson correlation (p>0,05). The research indicated that SMF exposure in obese mice significantly influences blood glucose, HbA1c levels, DPP4 protein, and calcium (p<0.05). There were no significant differences observed in the expression of Caveolin-1 and GLUT4 genes after SMF exposure (p>0.05). The most effective SMF exposure duration was observed in the obese mice group exposed to SMF for 7 days, resulting in decreased blood glucose, HbA1c levels, DPP4 protein, Caveolin-1 and GLUT4 genes expression, as well as increased calcium.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanaa
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Periodontitis merupakan kondisi patologis yaitu terjadinya inflamasi atau peradangan yang menyebabkan hilangnya jaringan pendukung gigi seperti gingiva, ligamen periodontal, dan kerusakan tulang alveolar. Untuk mengatasi periodontitis dapat dikembangkan terapi menggunakan bahan alami yaitu propolis dimana propolis memiliki efek farmakologi, seperti anti-mikrobial dan anti-inflamasi. Tujuan: Mengetahui efektivitas gel propolis 5% terhadap periodontitis secara klinis dan kerusakan tulang pada model periodontitis Mus musculus dengan aplikasi ligature silk thread. Metode: 18 Mus musculus dibagi menjadi kelompok perlakuan, kelompok kontrol positif, dan kelompok kontrol negatif. Kemudian dipasangkan ligature silk thread 5.0 pada gigi molar dua kanan maksila untuk memicu periodontitis. Kemudian pada hari ke-7 dilakukan pelepasan ligature dan dilakukan pengaplikasian gel propolis 5% untuk kelompok perlakuan, gel metronidazole untuk kontrol positif, dan gel plasebo untuk kontrol negatif. Pengambilan sampel tulang alveolar dilakukan pada hari ke-14 dan dilakukan pengamatan pada bagian bukal menggunakan stereomikroskop. Pada hari ke-7 dan hari ke-14 juga dilakukan pengukuran kedalaman poket dan skor SBI. Hasil: Terdapat penurunan poket dan penurunan skor SBI pada kelompok gel propolis 5%, namun tidak memiliki perbedaan signifikan secara statistik dengan kelompok kontrol (p>0,05). Selain itu luas rata-rata kerusakan tulang antara kelompok gel propolis 5% tidak memiliki perbedaan signifikan secara statistik dengan kelompok kontrol. (p>0,05). Kesimpulan: Gel Propolis 5% tidak memiliki efek terapi terhadap periodontitis pada model periodontitis Mus musculus dengan aplikasi ligature silk thread.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ovy Aulia
Abstrak :
Telah dilakukan uji teratogenik ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum Wight.) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tersebut terhadap morfologi fetus mencit (Mus musculus L.) galur DDY. Tiga puluh ekor mencit betina bunting dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok dosis 0,5; 5; 50 dan 500 mg/kg bb. Bahan uji diberikan secara oral sejak hari ke-6 hingga ke-15 kebuntingan. Pembedahan dilakukan pada hari ke-18 kebuntingan. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh pemberian ekstrak etanol daun S. polyanthum pada dosis 0,5 mg/kg bb tidak menimbulkan resorpsi dan malformasi eksternal. Pada dosis 5 mg/kg bb ditemukan resorpsi (6,15%) dan fetus kelopak mata terbuka (1,63%). Pada dosis 50 dan 500 mg/kg bb ditemukan resorpsi (7,69%; 9,34%) dan fetus hemoragi (1,63%; 1,47%). Meski demikian, secara statistik (P > 0,05) pemberian ekstrak etanol daun S. polyanthum pada dosis 0,5; 5; 50 dan 500 mg/kg bb selama periode organogenesis tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan morfologi fetus mencit. ......This research was conducted to observe the teratogenic potential of S. polyanthum ethanol extract on morphology of fetal mice strain DDY. Thirty pregnant female mice were divided into 5 groups, consisting of normal group and treatment groups with dose 0.5; 5; 50 and 500 mg/bw. The extract was given orally from 6th to 15th day of gestation. The results showed that the effect of S. polyanthum ethanol extract at a dose of 0.5 mg/bw did not cause resorption and external malformation. At a dose of 5 mg/bw extract given, there were resorption (6.15%) and fetal eyelids open (1.63%). Resorption (7.69%; 9.34%) and fetal hemorrhage (1.63%; 1.47%) were found in mice given doses of 50 and 500 mg/bw. However, statistic test (P> 0.05) showed that the treatment of S. polyanthum ethanol extract at doses of 0.5; 5; 50 and 500 mg/bw during the period of organogenesis did not have a significant influence on morphology of fetal mice strain DDY.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cheria Valentina
Abstrak :
Latar Belakang : Tanpa kita sadari, peningkatan pemajanan medan elektromagnet (extremely low frequency-electromagnetic field / ELF) pada kehidupan manusia semakin meningkat. Kejadian tersebut terjadi karena seiring dengan berkembangnya informasi dan teknologi di seluruh dunia, penggunaan tenaga listrik di berbagai negara, termasuk Indonesia, semakin meningkat. Fenomena ini tampak dari semakin banyaknya penggunaan alat-alat elektronik seperti hair dryer, oven, microwave, lemari es, televisi, komputer, dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan banyak kelainan pada tubuh kita, dan salah satunya adalah pengaruh terhadap sistem reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemajanan medan elektromagnet ELF dengan perubahan gambaran siklus estrus melalui mencit sebagai model. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental deskriptif dengan hewan coba. yang digunakan tediri dari 6 kelompok yaitu kelompok control dan perlakuan yang masing-masing terdiri dari 3 generasi. Penelitian ini membandingkan perubahan siklus estrus antara mencit kontrol dan perlakuan dari generasi satu sampai generasi tiga. Data perubahan siklus estrus mencit diperolah dengan melihat sediaan di bawah mikroskop cahaya. Hasil : Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya efek pemajanan elektromagnet yang mengakibatkan perubahan siklus estrus, yaitu fase diestrus. ......Background : Without realising it, the exposure of extremely low frequency-electromagnetic field (ELF) on human life is increasing rapidly. This is due to the fact that the development of information and technology around the world, including Indonesia, cause a continully increasing usage of electrical power. This phenomenon can be seen from the increasing usage of electrical devices such as hair dryer, oven, microwave, refrigerator, television, etc. This cause changes in our body and one of the changes effect on the reproduction system. This research aims to determine the relationship between ELFexposures on changes in estrous cycle through mice as model. Methods : The design of this research was experimental descriptive study with laboratory animals. It used 6 groups which are group of control and treatment each consisting of 3 generations. It compares the change of estrous cycle between control and treatment mice from first generation to third generation. The change of estrous cycle data were obtained from observing the sample under light microscope. Results : It was found that there was an electromagnetic radiation effect that can cause a change in estrous cycle, which was diestrous phase.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The effect of individual oncogene on diverse cell types could be studied by using transgenic mice. The expression of transgene is mainly determined by the regulatory sequences chosen. Fifty four v-H-ras transgenic FVB/N mice and 54 parental FVB/N mice were used as the experimental and the control groups respectively. Each group was divided into nine subgroups with three different treatments i.e. 4-nitroquinoline 1-oxide (4NQO)-treated, phorbol 12,13-didecanoate (PDD)-treated and propane-1,2-diol (PD)-treated palatal of mice for 6, 16 or 24 weeks. Other four mice of parental mice were used as the untreated group. Two weeks after the last painting, all animals were sacrificed and the intra- or extra-oral tissues were removed and fixed in 4% m/v paraformaldehyde for 24 hours. Hard tissue were then decalcified after the fixation was completed. Subsequently, standard procedure for H&E staining was performed. The results of this study showed that 47 out of 54 transgenic mice produced spontaneous odontogenic, epidermal or mesenchymal neoplasms. After 24 weeks of painting with 4NQO there was minimal evidence of palatal epithelial dysplasia in both transgenic and parental strain groups and neither the PDD nor PD groups showed evidence of dysplasia. From these results it was apparent that the effect of 4NQO and PDD was slower than reported for other strain of mice and that activated v-H-ras did not increase the rate of palatal mucosal carcinogenesis in the model used. On the other hand, incidental abnormalities were much detected especially in the experimental group.
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Journal of Dentistry Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffrey E. Green, editor
Abstrak :
Genetically-engineered mouse models for cancer research have become invaluable tools for studying cancer biology and evaluating novel therapeutic approaches. This volume focuses on state-of-the-art methods for generating, analyzing and validating such models for studying aspects of human cancer biology. Additionally, these models are emerging as important pre-clinical systems in which to test cancer prevention and therapeutic strategies in order to select compounds for testing in clinical trials.
New York: [, Springer], 2012
e20417619
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Farina Ilato
Abstrak :
Objektif: infertilitas didefinisikan sebagai kelainan reproduksi yang terjadi secara klinis sebagai gagalnya memperoleh kehamilan dalam 12 bulan setelah hubungan seksual rutin. Teknologi reproduksi berbantu merupakan bentuk teknologi yang membantu peningkatan kesuksesan kehamilan dalam kasus infertilitas. Salah satu factor penting dalam Teknik ini adalah viabilitas oosit. Salah satu yang mempengaruhi viabilitas oosit adalah nutrisi maternal. Nutrisi maternal dalam bentuk suplementasi kedelai diduga dapat mempengaruhi viabilitas oosit. Oleh karena itu, efeknya perlu diteliti lebih lanjut. Metode: mencit betina strain Swiss berusia 6 minggu dibagi dalam dua grup, grup dengan pemberian pakan kedelai sebanyak 120 g/kgBB dan grup tanpa pemberian pakan kedelai. Kedua grup kemudian diterminasi pada minggu ke 8 untuk koleksi oosit. Oosit diwarnai menggunakan MitoTracker untuk menilai potensial membrane mitokondria dan TUNEL untuk menilai tingkat apoptosis. Pendaran cahaya dinilai menggunakan mikroskop konfokal kemudian dianalisis menggunakan piranti lunak ImageJ. Oosit dari dua grup juga difertilisasi menggunakan metode ICSI dan diamati perkembangannya selama 5 hari Hasil: Diperoleh 10 oosit dari kelompok dengan kedelai dan 7 oosit dari kelompok tanpa kedelai. Rerata intensitas warna pada kelompok dengan kedelai lebih rendah (0,89 + 0.15) dibandingkan dengan kelompok tanpa kedelai (2,57 + 0,6). Uji Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan statistic ecara signifikan di antara kedua grup (p<0,05). 16 oosit dari kelompok kedelai dan 7 oosit dari kelompok tanpa kedelai dianalisis menggunakan MitoTracker dan diperoleh bahwa intensitas cahaya dari kelompok kedelai lebih tinggi, namun uji statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan rerata yang signifikan. Kesimpulan: suplementasi kedelai dapat meningkatkan viabilitas oosit secara signifikan dengan menurunkan tingkat apoptosis yang ditandai dengan adanya penurunan fragmentasi DNA. Tidak ada perbedaan signifikan yang diamati pada viabilitas membrane kedua kelompok.
Objective: Infertility is defined as a reproductive disorder that occurs clinically as a failure to get a pregnancy in at least 12 months of sexual intercourse. Assisted Reproductive Technology is a form of technology that helps reproductive success in infertility cases. One of the important factors in this technique is oocyte viability. One factor that influences oocyte viability is maternal nutrition. Maternal nutrition in form of soybean supplementation is thought to have benefits in oocyte viability. Therefore, the effect needs to be further investigated. Method: Female mice from Swiss strain aged 6 weeks were divided into two groups, groups with soybean feed with of 120 g / kgBW and groups without being fed soybeans. Both groups were terminated at 8 weeks of age for oocyte collection. The oocyte is stained with MitoTracker for assessing the mitochondrial membrane potential and TUNEL for assessing the apoptotic level. The luminescence was assessed using a confocal microscope. The luminescence was then analyzed using ImageJ software. Oocytes from the 2 groups are also fertilized using ICSI and observed for 5 days for the morphological development of the embryo. Results: 10 oocytes were gathered for groups with soy treatment and 7 for groups without soy treatment. The average color intensity of the group with soybean treatment was lower (0,89 + 0.15) compared to the group without soybean treatment (2,57 + 0,6). The Mann-Whitney statistical test showed a significant difference in the mean of the two groups (p<0,05). 16 oocytes from the soybean group and 7 from the pellet-only group was analyzed using MitoTracker and the average intensity for the soybean group is higher, but the difference is not statistically significant after analysis using independent paired t-test (p>0,05). Conclusion: Soybean supplementation can significantly increase the oocyte viability by reducing apoptosis levels in mice oocytes which is marked by a decrease in DNA fragmentation. No significant difference is observed between the 2 groups regarding mitochondrial membrane viability.
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Mirafraditya Puspita Anggraini
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa penipisan zona pelusida dengan Laser Assisted Hatching dapat membantu dalam perkembangan dan viabilitas kultur embrio pascavitrifikasi. Embrio uji yang digunakan dalam penelitian yaitu embrio blastokista awal pascavitrifikasi yang dibagi menjadi lima perlakuan KK 1, KK 2, KP 1, KP 2, dan KP 3 dengan lima kali ulangan. KK 1 merupakan kelompok kontrol normal yang divitrifikasi tanpa penipisan zona pelusida dan dikultur selama 72 jam, KK 2 merupakan kelompok kontrol perlakuan tanpa vitrifkasi dengan penipisan zona pelusida dan dikultur selama 72 jam, KP 1, KP 2, dan KP 3 merupakan kelompok perlakuan blastokista awal yang divitrifikasi dan diberikan perlakuan penipisan zona pelusida masing-masing dengan ukuran dari keliling zona pelusida, keliling zona pelusida dan 2/3 keliling zona pelusida secara berurutan. Berdasarkan hasil penelitian persentase viabilitas, hatched embryo, dan degenerasi secara berturut KK 1 68,33 ;13,33 ;31,67 , KK 2 80,00 ;30,00 ;20,00 , KP 1 66,67 ;11,67 ;28,33 , KP 2 78,33 ;23,33 ;21,67 , dan KP 3 65,00 ; 6,67 ;35,00. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran penipisan keliling zona pelusida KP 2 merupakan ukuran yang paling efektif untuk membantu meningkatkan perkembangan kultur dan viabilitas blastokista awal karena ukuran tersebut mendekati perkembangan embrio pada KK2. Kata kunci : Blastokista awal, Laser Assisted Hatching, penipisan zona pelusida, vitrifikasi xiv 102 halaman : 22 gambar; 24 lampiran; 7 tabelBibliografi : 101 1969 ndash; 2016.
ABSTRACT
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>