Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novianti Supriatna
Abstrak :
Komplikasi penyakit perlemakan hati non-alkoholik (PHNA) ditemukan pada 67% populasi memenuhi kriteria sindrom metabolik. Acalypha indica L. (AI) adalah herbal yang telah diketahui memiliki efek anti-oksidan, dan anti-inflamasi. Penelitian ini bertujuan membuktikan efek AI terhadap mekanisme pertahanan imun yang dibawa. Penelitian dilakukan dengan molecular docking terhadap senyawa AI pada TLR9, NFκB, TNFα, dan perubahan histopatologik hati. Model hewan steatohepatitis pada tikus Sprague-Dawley didapat dari induksi diet tinggi fruktosa, dan kolesterol (DTFK) selama 12 minggu. Terapi diberikan selama 8 minggu. Dua puluh lima tikus dibagi ke dalam 5 kelompok: Normal (K1), DTFK (K2), DTFK+AI, 400 mg (K3), kombinasi AI, 400 mg +gemfibrozil (Gem) 31 mg (K4) dan Gem 31 mg (K5) masing-masing per kgBB. Molecular docking untuk mengidentifikasi interaksi antara molekul hidrogen senyawa AI dengan residu asam amino TLR9, NFκB, TNFα. Perubahan morfologi hati dinilai dengan cara skoring. Analisis statistik yang dilakukan adalah uji Kruskall Wallis post hoc Mann Whitney, dilanjutkan dengan uji korelasi Spearman. Hasil molecular docking menunjukkan, selain senyawa flavonoid, ditemukan senyawa alkaloid beta-sitosterol, dan stigmasterol yang dapat berikatan dengan ketiga marker inflamasi dengan nilai binding energy terbaik. Senyawa lain dasycarpidan-1-methanol, acetate (ester), fenofibrate, quinine. Pemberian AI menurunkan hipertrofi (p=0,031), steatosis makrovesikular (p=0,018), fokus inflamasi (p=0,005). Pemberian AI juga menurunkan ekspresi TLR9 (p=0,009), NFκB (p=0,009), TNFα (p=0,009), akan tetapi tidak sebaik pemberian kombinasi AI+Gem. ......Complications of non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) include 67% of the criteria for metabolic syndrome. Acalypha indica L., (AI) which is one of a herbal plant had been known as anti-oxidant and anti-inflammatory effects. The effect of AI for therapy investigated by looking of the immune defense mechanisms. This researched was assessed by molecular docking approached on TLR9, NFκB, TNFα expression and liver morphological changes. Animal models of steatohepatitis were collected from high- fructose and cholesterol diet (HFCD) of Sprague-Dawley rats for 12 weeks and followed by therapy for 8 weeks. There were 5 groups from twenty five researched rats, include normal group (K1), HFCD group (K2), HFCD group supplemented with 400 mg Acalypha indica L. (K3), combination between 400 mg AI.+gemfibrozil (Gem) 31 mg (K4) and Gem 31 mg/kg (K5) in kgBW, respectively. The results of molecular docking were carried out by assessing the interaction between hydrogen molecules of AI compounds and amino acid residues in TLR9, NFκB, TNFα. Morphological changes were assessed by scoring system. Statistical analyzed used Kruskall Wallis with post hoc Mann Whitney test continued by Spearman correlation test. The molecular docking analysis showed that, an alkaloid compounds were found besides the flavonoid compounds that can bind to the binding pocket of inflammatory markers with the best binding energies. Other compounds, there are dasycarpidan-1-methanol, acetate (ester), fenofibrate and quinine. Supplementation of AI would reduced hypertrophy (p=0.031), macrovesicular steatosis (p=0.018), inflammation foci (p=0.005) and also decreased of TLR9 (p=0.009), NFκB (p=0.009), TNFα (p=0.009) expression, but not as good as the combination of AI+Gem.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Indriyati
Abstrak :
Pemantauan kualitas hidup pada penderita sindrom metabolik perlu dilakukan secara berkelanjutan, untuk mencapai status kesehatan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan menilai peran perubahan status sindrom metabolik terhadap kualitas hidup terkait kesehatan (HRQoL). Pendekatan studi menggunakan desain follow up prevalence sebagai turunan dari cross sectional yang merupakan bagian dari studi kohor induk. Diagnosis SM ditegakkan ketika jumlah kriteria SM >3 dari 5 faktor risiko menggunakan data studi kohor faktor risiko PTM yang dikelola oleh Balitbangkes Kemenkes RI di Kecamatan Bogor Tengah dalam 4 periode pemantauan tahun 2011-2018. HRQoL diukur melalui wawancara langsung terhadap 874 responden menggunakan kuesioner SF-36 dan EQ-5D-5L. Perubahan status SM yang dapat diidentifikasi adalah: SM persisten (6,8%); SM memburuk (12,8%), SM membaik (10,3%), dan tidak SM (70,1%). Kriteria SM pada periode pemantauan T4 yaitu: obesitas sentral pada laki-laki 23,2% dan perempuan 78,6%; kadar HDL rendah pada laki-laki 31% dan perempuan 36,4%; hipertensi 35,5%; trigliserida tinggi >150 mg/dl adalah 21,9%; serta gula darah puasa tinggi >100 mg/dl adalah 38,2%. Gambaran HRQoL dari hasil pengukuran kuesioner SF-36 yaitu 50,3% memiliki kualitas hidup baik pada dimensi fisik dan 51% baik pada dimensi mental. HRQoL EQ-5D-5L untuk profil status kesehatan adalah 95,7% tidak bermasalah pada dimensi kemampuan perawatan diri; sedangkan masalah yang paling besar adalah pada dimensi ketidaknyamanan (rasa nyeri) seebanyak 76,8%. Pada skala EQ-VAS responden dengan kategori HRQoL rendah sebanyak 8,5% memiliki nilaidi bawah rerata EQ-VAS orang Indonesia pada umumnya. Ada interaksi dalam hubungan perubahan status SM dengan HRQoL pada dimensi fisik berdasarkan faktor riwayat penyakit penyerta (PTM), Analisis multivariat regresi logisttik ganda membuktikan bahwa perubahan status SM yang berinteraksi dengan riwayat penyakit penyerta (PTM: jantung, strok, DM, kanker) memberikan efek HRQoL rendah pada dimensi fisik sebesar POR (95%CI) = 27,5 (10,3-73,2) dan strata tidak memiliki penyakit penyerta sebesar = 9,2 (5,7 – 15,0) setelah dikontrol oleh umur, status kesehatan mental, perubahan IMT, rutinitas periksa kesehatan dalam setahun, dan pengetahuan. Efek interaksi yang dijelaskan menggunakan nilai rasio peluang disebut interaksi multiplikatif dan ini penting dalam menjelaskan hubungan kausalitas bahwa perubahan status SM yang memburuk sebagai penyebab rendahnya HRQoL dimensi fisik. Rekomendasi mengembangkan upaya sinergi dengan instansi terkait dalam menentukan progam intervensi kesehatan dan Germas yang memungkinkan untuk diintegrasikan dalam studi kohor PTM di Kota Bogor. ......Monitoring the quality of life in patients with metabolic syndrome needs to be carried out on an ongoing basis, to achieve a better health status. This study aims to assess the role of changes in metabolic syndrome status on health-related quality of life (HRQoL). The study approach uses a follow-up prevalence design as a cross-sectional derivative which is part of the main cohort study. The diagnosis of MS is enforced when the total number of criteria for MS >3 from 5 risk factors using a cohort study data of NCD risk factors managed by the Research and Development Center of the Ministry of Health of Indonesia in Central Bogor District in 4 monitoring periods 2011-2018. HRQoL was interviewed with 874 participants using the SF-36 and EQ-5D-5L questionnaires. Changes in MS status that can be identified are: persistent MS (6.8%); worsened MS (12.8%), improved MS (10.3%), and no MS (70.1%). The criteria for MS in the fourth monitoring period were: central obesity in males 23.2% and females 78.6%; low HDL levels in men 31% and women 36.4%; hypertension 35.5%; high triglycerides >150 mg/dl is 21.9%; and high fasting blood sugar> 100 mg/dl is 38.2%. The HRQoL description from the SF-36 questionnaire is 50.3% have a good quality of life on the physical dimension and 51% have a good quality of life on the mental dimension. HRQoL EQ-5D-5L for the health status profile is 95.7% without problems on the dimension of self-care ability; while the biggest problem is the dimension of discomfort (pain) as much as 76.8%. On the respondent's EQ-VAS scale with a low HRQoL category of 8.5% has a value below the average EQ-VAS of Indonesians in general. There is an interaction in the relationship between changes in MS status and HRQoL on the physical dimension based on the history of co-morbidities (NCD). Low HRQoL in the physical dimensions of POR (95% CI) = 27.5 (10.3-73.2) and without comorbidities of = 9.2 (5.7 – 15.0) after adjusting for age, mental health status, changes in BMI, routine health checks in a year, and knowledge. The effect modifications are explained using the probability ratio is called the multiplicative interaction is important in explaining the causal relationship that worsening MS status changes low HRQoL physical dimension. Recommendations for developing a synergy program with related agencies in determining health and Germas intervention programs that allow them to be integrated into the NCD cohort study in Bogor City.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binahayati
Abstrak :
ABSTRAK
Sindrom metabolik MetS adalah kumpulan faktor yang kompleks dan saling berhubungan, yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes mellitus tipe 2. Resistensi insulin dan obesitas sentral dianggap sebagai penyebab utama dari sindrom metabolik, sehingga penurunan resistensi insulin menjadi tujuan klinis yang penting saat ini. Beberapa studi menyimpulkan bahwa akupunktur dapat meningkatkan sensitivitas insulin, karena itu efektif untuk mengatasi gangguan metabolik Uji klinis acak tersamar tunggal dengan pembanding dilakukan pada 50 penderita sindrom metabolik yang dibagi secara acak ke dalam dua kelompok, kelompok elektroakupunktur dan medikamentosa n = 25 serta kelompok elektroakupunktur sham dan medikamentosa n=25 . Elektroakupunktur dilakukan 2 kali seminggu sebanyak 10 kali tindakan di titik CV12 Zhongwan, CV4 Guanyuan, ST25 Tianshu, ST36 Zusanli, ST40 Fenglong, SP6 Sanyinjiao, dan MA-IC3 Endokrin. Dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dan insulin puasa untuk mengukur HOMA-IR sebagai luaran primer. Hasilnya terdapat perbedaan bermakna secara statistik perubahan HOMA-IR antara kelompok elektroakupunktur dan medikamentosa dengan kelompok elektroakupunktur sham dan medikamentosa -1,66 2,187 dan -0,29 2,388, p = 0,044 . Terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa efektif untuk menurunkan resistensi insulin pada penderita sindrom metabolik.
ABSTRACT
The metabolic syndrome is a complex disorder defined by a cluster of interconnected factors that increase the risk of cardiovascular diseases and diabetes mellitus type 2. Insulin resistance and central obesity are considered significant factors as the underlying cause of the metabolic syndrome, since reduction of insulin resistance is an important clinical goal today. Several studies have concluded that acupuncture can improve insulin sensitivity, as it is effective against metabolic disturbances. A single blind randomized controlled trial involved 50 patients randomly allocated into two groups electroacupuncture with medication group n 25 or sham electroacupunture with medication group n 25 . Electroacupuncture therapy was given twice a week for ten times at CV12 Zhongwan, CV4 Guanyuan, ST25 Tianshu, ST36 Zusanli, ST40 Fenglong, SP6 Sanyinjiao, and MA IC3 Endocrine. Fasting blood glucose and fasting insulin serum were assessed to measure HOMA IR as the primary outcome. There was a statistically significant difference in changing of HOMA IR between electroacupuncture with medication group and sham electroacupunture with medication group 1,66 2,187 and 0,29 2,388, p 0.044 . Electroacupuncture with medical treatment effectively decreased insulin resistance of metabolic syndrome patients.
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library