Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sylvestre, John
Abstrak :
This book provides a comprehensive overview of the field of housing for people with serious mental illness, with a special focus on citizenship and community life as key outcomes for people living with serious mental illness in community housing. It examines the history of this field while also pointing to the future to strengthen our theories, research, practice, and policy. The field of housing and mental health has been rapidly evolving over the past decade. This is the first comprehensive overview of this field. Despite impressive progress, the field is somewhat fractured and suffers from conceptual and definitional confusion. This book draws not only on the work of the editors, but also on the perspectives, experience, and expertise of a diverse set of international authors who are researchers, providers, and advocates of this housing. Thus, the book provides a summary of these critical developments, serves as a resource for researchers, practitioners, and policy makers looking for up-to-date reviews and perspectives on this field, as well as a sourcebook for current and future research and practice trends.
Oxford: Oxford University Press, 2017
e20470555
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Rifma Ghulam Dzaljad
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan pada penderita gangguan jiwa yang secara sosial terisolasi dan tidak dapat menjalankan peran sosialnya di masyarakat. Asumsi yang dipakai dalam penelitian ini melihat gangguan jiwa bukan sebagai problem psikologis dan medis individu. Kegilaan atau gangguan jiwa merupakan akibat situasi yang dilukiskan Michel Foucault (1988) sebagai ketegangan antara disiplin kuasa governmenfalify masyarakat terhadap individu penderita gangguan jiwa (the dangerous individual). Kondisi yang dilegalkan lewat pendirian Rumah Sakit Jiwa (focal institutions) menurut Goffman (196 I). Penelitian ini menekankan pada tiga masalah pokok, yaitu: Pertama, bagaimana aktifitas keseharian di Rumah Sakit Jiwa Dr. Marzoeki Mahdi Bogor. Kedua, bagaimana masyarakat memaknai pasien Rumah Sakit Jiwa. Dan ketiga, bagaimana masyarakat memandang institusi Rumah Sakit Jiwa dan berlakunya kontroI sosial di dalam masyarakat. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Dr. Marzoeki Mardi Bogor. Informasi diperoleh dari 16 informan. Mereka terdiri dari 2 orang dokter, 2 orang kepala seksi keperawatan dart rehabilitasi RS, 2 orang perawat dan kepala ruangan, 4 orang pasien, 2 pegawai RS; seorang pihak keluarga pasien, seorang warga desa, seorang tokoh masyarakat, dan seorang pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan. Observasi dan wawancara mendalam dilakukan intensif sebagai langkah dalam pengumpulan data. Studi ini didasarkan pada tesis, bahwa perawatan kedokteran jiwa telah melahirkan adanya label sakit dan status pasien di masyarakat. Akibatnya terjadi proses stigmatisasi dan kontrol sosial terhadap pasien gangguan jiwa di masyarakat. Stigmatisasi bukan hanya terjadi pada pasien, melainkan juga lewat stereotip terhadap Rumah Sakit Jiwa. Lebih dari itu, kontrol tidak hanya terjadi terbatas di Rumah Sakit Jiwa, tetapi telah tersebar luas di masyarakat. Hasil studi di lapangan menunjukkan, bahwa Rumah Sakit Dr. Marzoeki Mahdi Bogor telah lama menjalankan praktek perawatan kesehatan jiwa kedokteran Barat. Arsitektur Rumah Sakit tetap merepresentasikan bangunan lama yang didesain bersifat tertutup dan berjarak antara satu bangsal dengan bangsal lain, serta dipagar besi sekelilingnya untuk bangsal khusus. Akibatnya Rumah Sakit Jiwa memiliki reputasi buruk di masyarakat. Stereotip sebagai tempat pembuangan, pengumpul, dan. kurungan bagi pasien gangguan jiwa melekat padanya. Sementara itu kondisi pasien jiwa rata-rata acak-acakan, lusuh dan kurang terurus baik. Pasien cenderung menutup dan relatif hanya berinteraksi dalam aktifitas terapi semata. Pasien kebanyakan diidentifikasi memiliki gangguan jiwa akut, kronis, membahayakan lingkungan, dan membutuhkan perawatan intensif jangka panjang kedokteran jiwa. Akibatnya label sakit dan status pasien berpengaruh kuat dalam stigmatisasi di masyarakat. Di Rumah Sakit Jiwa Bogor, para pasien menjalani aktifitas keseharian dari makan, minum dan injeksi obat, mandi, tidur, dan aktifitas terapi dijalankan secara teratur, terjadwal, dan berada dalam pengawasan perawat selama 24 jam. Relasi dokter dengan pasien menunjukkan relasi yang dominatif, menindas, dan menjadikan pasien sebagai obyek pengobatan. Pasien menjadi individu yang lemah, tidak berdaya, dan menjadi tanggungan individu lain. Praktek perawatan gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa memperlihatkan, bahwa para pasien yang telah masuk akan sukar keluar kembali ke masyarakat. Mereka akan menjadi pasien tetap, yang keluar-masuk Rumah Sakit untuk jangka waktu yang lama. Data menunjukkan, bahwa hampir separuh dari jumlah pasien di beberapa bangsal merupakan pasien lama. Mereka kebanyakan menderita Schizophrenia Paranoid dan Psikotik Reaktif 'Singkat yang sulit, dan belum bisa disembuhkan. Kondisi ini memperlihatkan, bahwa kontrol sosial terhadap pasien tidak lagi terbatas di Rumah Sakit Jiwa. Pengawasan dalam skala yang lebih luas telah tersebar ke seluruh sektor masyarakat. Praktek penanganan pasien tidak lagi terbatas dilakukan aparat kesehatan, melainkan telah dilakukan oleh semua komunitas dan institusi pemerintah yang ada di masyarakat, mulai dari pihak keluarga, RT, RW, Kepolisian, Dinas Sosial, Dinas Ketertiban, maupun institusi sosial yang lain. Praktek kontrol sosial ini tidak hanya menghasilkan reproduksi kegilaan dalam dunia medis kedokteran, melainkan telah melahirkan kuasa governmentality bersemayam di dalam kesadaran bersama masyarakat. Suatu kesadaran yang membentuk societal regulation di masyarakat, yaitu suatu kontrol sosial yang termanifestasi ke dalam diri masyarakat sebagai tubuh yang patch, sehat, berguna, dan produktif.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diding Alpian
Abstrak :
ABSTRAK
Rutan yang berfungsi melakukan penerimaan tahanan sampai dengan pengeluaran tahanan daJam pelaksanaannya juga berfungsi melakukan pembinaan narapidana. Keberadaan narapidana di rutan merupakan suatu penyimpangan dari konsep pemasyarakatan, Yang mempunyai konsekuensi dampak ikutan penempatan narapidana seperti prisonisasi, stigmatisasl dan residivisme. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.04.UM.01.06 tahun 1983 tentang penetapan Lapas tertentu sebagai Rutan, Lapas dapat beralih fungsi menjadi Rutan dan begitu pula sebaliknya. Karena tidak setiap kabupaten/ kota memiliki bangunan Lapas dan Rutan. Dalam pengelolaannya Karutan memanfaatkan seluruh potensi yang ada serta menggunakan pendekatan struktur rutan guna membina narapidana. Terutama pelayanan tahanan dan pengamanan sebagai pengawal proses pembinaan, Beragam kegiatan dapat diupayakan seperti olah raga, pendidikan, kesenian, kerohanian dan ketrarnpilan. Kondisi kekurangan pctugas serta over kapasitas rnenjadi perrnasalahan iain yang harus dicermati mclalui manajemen pembinaan narapidana di RUtan.
ABSTRACT
Rutan Is working to revenue expenditure prisoners to prisoners in its implementation also serves to foster and inmates. The presence of inmates in the detention center is a deviation from the concept of socialization. Which bas consequences such as the impact of inmate placement follow-up prisonisasi, stigmatization and recidivism. Based on the Decree of the Minister of Justice of the Republic of. M.04.UM.OL06 year 1983 on the stipulation of certain prison as a detention center, prison can switch functions into a detention center and vice versa. Because not every district has a building prisons and detention center. In its management Karutan exploit all this potential and use the structure approach Rutan to build the inmates. Particularly detainees and security services as a guardian of the coaching process- Various activities. can be pursued such as sports, education, art, spirituality and skills. Conditions and over~ capacity shortage of officers to other issues that must be observed through the management coaching inmates at the detention center.
2010
T33697
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apri Rahma Dewi
Abstrak :
Ketidakefektifan manajemen kesehatan merupakan masalah pada klien dengan gangguan jiwa yang apabila tidak ditangani akan menimbulkan kerugian pada klien, keluarga, masyarakat, bahkan pemerintah. Tujuan dari penanganan kasus ini untuk mengetahui pengaruh terapi Acceptance and Commitment Therapy (ACT) pada ketidakefektifan manajemen kesehatan serta mengidentifikasi kepatuhan, penerimaan, serta komitmen dalam regimen demi mencapai self care yang mandiri. Tindakan keperawatan dilakukan terhadap 5 klien dengan ketidakefektifan manajemen kesehatan. Penulisan karya ilmiah ini berdasarkan pendekatan Case Study. Pengukuran kepatuhan menggunakan kuesioner MARS (Medication Adherence Rating Scale). Hasil yang didapatkan setelah pemberian tindakan keperawatan ners dan ACT terjadi peningkatan kepatuhan sebesar 71% (14 poin), kemampuan penerimaan dan komitmen meningkat sebesar 70% pada kelima klien dengan ketidakefektifan manajemen kesehatan. Tingkat kepatuhan, penerimaan, serta komitmen lebih rendah pada klien yang memiliki usia lebih muda, mendapat stigma dari orang terdekat, dan dukungan  keluarga yang kurang. Studi ini merekomendasikan terapi ACT untuk meningkatkan manajemen kesehatan pada klien gangguan jiwa dan teori Orem sebagai pendekatan dalam meningkatkan kemandirian dalam perawatan.

 

 


Ineffective health management is a problem in mentally ill patient if not handled will harm to clients, families, communities, and even the government.The aim of this study was to identify the effect of Acceptance Commitment Therapy (ACT) on Inefective health management and  identfy adherance, acceptance, and commitment in the regimen to achieve independent self care. The research approach used in this  study was case study conducted on 5 respondents consist of  mentally ill patient with Ineffective health management. Measurement used the MARS (Medication Adherence Rating Scale). The analysis result showed, after the client were given ACT and nursing intervention, the adherence increased 71% (14 points), the acceptance ability and commitment increased into 70% on five clients with Ineffective health management. Medication adherence, acceptance and commitment level were lower on the younger clients, client who gets stigma from family and client with lack of family support. Nursing care and ACT were recommended as the basic management of mentally ill patient with Ineffective health management and Orem's theory as an approach in increasing self care.

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Safra Ria Kurniati
Abstrak :

Agresivitas memiliki dampak tidak hanya bagi klien, tetapi juga terhadap keluarga atau caregiver. Pada keluarga dengan anggota yang memiliki perilaku agresif, anggota keluarga yang lain, pengasuh dan mereka yang berhubungan dekat dengan individu yang bersangkutan kemungkinan besar akan mengalami cedera. Ibu sering menjadi target perilaku kekerasan karena ibu menjadi caregiver utama dari anak dengan gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman Ibu dalam menghadapi agresivitas Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretative. Data dianalisis dengan menggunakan analisis tematik Interpretative Phenemenological Analysis dan mendapatkan tiga tema yaitu agresivitas meningkatkan intensitas beban Ibu, ambivalensi perasaan dalam menghadapi agresivitas ODGJ, dan spiritualitas sebagai mekanisme koping utama dalam menghadapi agresivitas. Dengan demikian perawat bisa memberikan perhatian khusus kepada keluarga yang memiliki ODGJ dengan risiko perilaku kekerasan dengan mengaplikasikan intervensi keperawatan yang berfokus pada keluarga terutama Ibu yang merawat


Agressivity has impact not only on clients, but also on family or caregivers. In families with members who commit aggressive behavior, other family members, caregivers and those who are in close contact with the individual concerned are more likely to experience injury. Mothers are often the target of violent behavior because mothers are the primary caregiver of children with mental disorders. This study aims to explore the phenomenon of aggressiveness of people with mental disorders (ODGJ) in the perspective of the mother. This study uses a qualitative research design with an interpretative phenomenology approach. Data were analyzed using thematic Interpretative Phenomenological Analysis and obtained three themes, namely aggressiveness increasing the intensity of maternal burden, ambivalence of feelings in the dealing with aggressiveness, and spirituality as the main coping mechanism in dealing with agressivity. Thus nurses can give special attention to families that have mentally ill member with the risk of violent behavior by applying nursing interventions that focus on the family especially mother as caregiver.

2019
T53140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Nur H.S
Abstrak :
ABSTRAK
Tuna grahita seperti populasi yang normal juga memiliki kebutuhan fisiolofis, sosial dan emosional yang sama dengan mereka yang normal. Seperti dikemukakan oleh Lindsey (1993) bahwa tidak ada kaitan langsung antara inteligensi dengan seksualitas, demikian juga pada remaja tuna grahita. Remaja tuna grahita mampu didik seperti remaja sebayanya yang normal, juga akan mengalami pubertas dan mulai mengalami ketertarikan dengan lawan jenis mereka. Mereka seperti yang dikemukakan oleh Richmond, Tarjan dan Mendelsohn (1976), memiliki dorongan seksual yang normal namun memiliki kontrol diri yang lemah. Mereka memiliki kesulitan dalam membedakan perilaku yang dapat diterima dan mana yang tidak dapat diterima secara sosial (Payne & Patton, 1981). Hal-hal diatas dapat menyebabkan mereka menunjukkan ketertarikan pada lawan jenisnya atau mengadakan hubungan interpersonal yang dianggap tidak sesuai dengan norma karena ketidakpahaman mereka akan baik buruknya suatu perilaku atau kurangnya kontrol diri mereka. Kurangnya mereka berinteraksi dengan populasi normal kecuali di rumah dan di sekolah dengan sesama siswa tuna grahita (Guralnick, 1986), menjadikan guru sebagai contoh penting dari populasi normal pada saat mereka berada di sekolah. Setiap perilaku adalah hasil pembelajaran dan karenanya contoh perilaku yang didapat seseorang akan menentukan perilaku selanjutnya dari orang tersebut (Haring, 1974). Penelitian ini dilakukan di SDS / SDLB Budi Waluyo II, dengan subyek 4 orang guru, yaitu 3 orang wali kelas dan 1 orang guru BP. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode pengambilan data wawancara dan observasi. Para siswa Budi Waluyo masih berada pada tingkatan hubungan interpersonal pertemanan dengan lawan jenis mereka (Deaux, Dane & Wrightsman, 1993). Sebagian kecil siswa yang telah mengalami pubertas memang mengalami masalah dalam hal hubungan interpersonal mereka dengan lawan jenisnya. Diantara mereka ada yang tidak dapat mengontrol diri dan mendekati lawan jenisnya tanpa menghiraukan norma. Dalam menangani masalah ini, guru menggunakan berbagai pendekatan seperti pengawasan, negative attenlion dan modelling (Gage & Berliner, 1992). Juga melakukan konferensi dengan orangtua, kepala sekolah dan konselor seperti pendapat Evertson, Emmer dan Worshan (dalam Santrock, 2001). Guru juga melakukan koordinasi dengan berbagai pihak seperti orangtua, para siswa itu sendiri dan orang-orang yang mengantar atau menunggui siswa seharihari di sekolah dalam hal pengawasan dan dalam penanganan masalah. Tindakan atau cara guru menangani masalah hubungan interpersonal dengan lawan jenis yang terjadi dapat menjadi masukan bagi siswa yang bersangkutan maupun bagi siswa lain untuk membantu mereka mengetahui mana perilaku yang dapat diterima secara sosial dan mana yang tidak.
2003
S3288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wells, H.G.
Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 2019
823 WEL i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Prins, Herschel
London: Routledge, 1995
364.38 PRI o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lori Oktavia
Abstrak :
ABSTRAK
Kehamilan, persalinan dan menjadi seorang ibu merupakan pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita. Pada sebagian besar wanita, memiliki seorang anak adalah peristiwa yang sangat membahagiakan karena peristiwa ini dianggap sebagai pemenuhan tertinggi bagi identitas mereka sebagai wanita. Namun demikian, pada sebagian wanita lainnya, peristiwa tersebut dapat pula menimbulkan gangguan-gangguan yang mempengaruhi kesehatan mental mereka. Hal ini terjadi karena proses persalinan dan masa sesudahnya merupakan keadaan yang cukup berat bagi sang ibu. Perubahan-perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar tubuh para ibu tersebut dapat menjadi faktor penyebab timbulnya gangguan emosi pasca persalinan. Dalam penelitian ini, gangguan emosi yang akan diteliti adalah gangguan depresi pasca persalinan. Gangguan ini umumnya j terjadi dalam kurun waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah persalinan dan ditandai dengan simtom seperti: mudah menangis, merasa tidak berguna, bersalah, merasa lelah berkepanjangan dan gangguan tidur. Menurut hasil beberapa penelitian, penderita depresi pasca persalinan lebih banyak terdapat pada mereka yang kurang mendapatkan dukungan sosial > dari orang-orang di sekitarnya. Dari sini, timbul asumsi peneliti tentang adanya hubungan antara dukungan sosial dengan ada/tidaknya gangguan depresi pasca persalinan. Namun, mengingat dukungan sosial itu sendiri adalah suatu konsep yang luas, maka yang difokuskan pada penelitian ini adalah dukungan sosial yang diterima secara nyala (enacted support), yaitu pemberian bantuan yang benarbenar terjadi dalam suatu situasi yang spesifik (Collins et al, 1993). Adapun Permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah : apakah ada hubungan yang signifikan antara jumlah dan kepuasan terhadap dukungan sosial yang diterima secara nyata dengan ada/tidaknya gangguan depresi pasca persalinan. Penelitian dilakukan terhadap 35 oreng responden. Adapun responden dalam penelitian ini adalah wanita pasca persalinan yang berusia 20-35 tahun, pendidikan minimal SMU/sederajat, melahirkan bayi yang sehat dan tidak prematur dan tidak memiliki sejarah gangguan psikiatrik di masa lampau. Pengukuran variabel-variabel yang hendak diteliti dilakukan dengan menggunakan kuesioner, yang terdiri dari kuesioner yang mengukur jumlah dan kepuasan terhadap dukungan sosial yang diterima serta instrumen BDI (Beck Depression Inventory) yang mengukur simtom depresi pasca persalinan. Sedangkan untuk menganalisis data guna menjawab permasalahan utama di atas, digunakan perhitungan korelasi biserial. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informasi yang diterima secara nyata, dengan ada/tidaknya gangguan depresi pasca persalinan pada ibu dewasa muda. Selain itu, ditemukan pula hubungan yang signifikan antara kepuasan responden terhadap bentuk dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informasi yang diterimanya, dengan ada/tidaknya gangguan depresi pasca persalinan. Saran peneliti, untuk masa yang akan datang sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang gangguan emosi yang dialami oleh para ibu pada masa pasca persalinan, misalnya dengan menggunakan metode penelitian secara kualitatif, sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih banyak tentang masalah gabgguab emosi pasca persalinan ini dan bagaimana cara pencegahannya.
2002
S3106
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>