Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theresia Citraningtyas
"Pendahuluan: Tenaga kesehatan mental di Indonesia perlu mendapat bekal tambahan untuk dapat menangani anak dan remaja di daerah bencana. Untuk itu, Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Hospital, Divisi Psikiatri Anak dan Remaja, bekerja sama dengan Institute for Mental Health Singapura, telah menyusun modul pelatihan berjudul ?Peningkatan Kapasitas Kesehatan Mental Anak dan Remaja di Daerah Bencana? (Child and Adolescent Mental Health in Disaster areas - CAMHD).
Tujuan: Untuk mengetahui manfaat pelatihan dengan modul tersebut dalam meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan mental (psikiater, dokter, psikolog, pekerja sosial, dan perawat) serta pandangan peserta tentang modul dan pelatihan.
Metode: Penelitian tindakan (action research) dilakukan dengan metode campuran kuantitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan dari peserta penelitian dalam bentuk tes sebelum dengan sesudah pelatihan (one group pre and post-test), kuesioner data demografi, kuesioner evaluasi pelatihan, serta diskusi kelompok terarah (Focus group Discussion - FGD).
Hasil: Semua subjek (n=16) mengalami peningkatan pengetahuan, dengan perbedaan rata-rata (mean) skor pretest dan posttest yang bermakna secara statistik (p=0,001). Hal-hal penting yang diperoleh dari pelatihan mencakup antara lain pemahaman dasar, identifikasi kebutuhan, identifikasi sumber daya dan persiapan, serta alur berpikir kesehatan mental anak dan remaja di daerah bencana, deteksi dini terutama menggunakan Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), formulasi kasus, dan penanganan secara komprehensif, termasuk Psychological First Aid (PFA) serta intervensi krisis. Subjek penelitian terutama menghargai pembelajaran aktif seperti studi kasus, bermain peran, diskusi, serta bertukar pengalaman antar peserta pelatihan. Pada kuesioner umpan balik, seluruh subjek penelitian menyatakan kualitas pelatihan sangat baik atau cukup. Masukan dari subjek penelitian antara lain mencakup kebutuhan untuk penyederhanaan bahasa modul, konsistensi fasilitasi, penyempurnaan bahan tayangan pelatihan, perlunya pegangan praktis untuk digunakan di lapangan, bentuk modul berjenjang menurut profesi, contoh-contoh kasus nyata, serta pelatihan yang berkelanjutan.
Simpulan: Pelatihan menggunakan modul ?Peningkatan Kapasitas Kesehatan Mental Anak dan Remaja di Daerah Bencana? dapat meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan mental. Terkumpul masukan untuk perbaikan dan pengembangan modul dan pelatihan selanjutnya.

Introduction: Mental health workers need to be better equipped with more knowledge to deal with children and adolescents in disaster areas. For this reason, the Department of Psychiatry of Cipto Mangunkusumo Hospital, Division of Child and Adolescent Psychiatry, in collaboration with the Institute for Mental Health Singapore, developed the module ?Capacity Building for Child and Adolescent Mental Health in Disaster areas (CAMHD).
Objectives: To ascertain the benefits of training using the module in increasing the knowledge of mental health workers (psychiatrists, doctors, psychologists, social workers, and nurses) and the participants? views on the module and training. Methods: Action research was conducted using mixed (quantitative and qualitative) methods. Data was collected from the training participants in the form of one group pre and post tests, and questionnaires demographic data, training evaluation forms, and focus group discussions.
Results: All subjects (n=16) increased in knowledge, with a statistically significant mean difference of pretest and posttest scores (p=0.001). Important points gained through the training include basic understanding, needs assessment, resource identification and preparation, as well as thinking process in dealing with children and adolescents in disaster areas, early detection especially using Strength and Difficulties Questionnaires (SDQ), case formulation, and comprehensive management, including Psychological First Aid (PFA) and crisis intervention. In terms of training process, research subjects especially appreciated active learning processes such as case studies, role plays, discussions, and sharing of experiences among training participants. On the feedback forms, all research subjects stated the quality of training was excellent or satisfactory. Input from research subjects included the need for simplification of the language of the module, consistency of facilitation, enhancement of training presentation materials, the need for practical guides to use in the field, profession-based stepped modules, examples from actual cases, and further training.
Conclusion: Training using this ?Capacity Building for Child and Adolescent Mental Health in Disaster areas? module can increase the knowledge of mental health workers. Input was collectedto enhance and develop further modules and training.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Hikmanurina
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai
hubungan antara keberfungsian keluarga dan optimisme pada ibu yang memiliki anak
dengan gangguan spektrum autistik. Penelitian ini dilakukan dengan metode
kuantitatif kepada 37 orang ibu yang memiliki anak dengan gangguan spektrum
autistik. Keberfungsian keluarga diukur dengan menggunakan alat ukur Family
Assessment Device (FAD) yang dibuat berdasarkan teori The McMaster Model of
Family Functioning. Terdapat enam dimensi yang mengukur keberfungsian keluarga,
yaitu dimensi penyelesaian masalah, komunikasi, peran, responsivitas afektif,
keterlibatan afektif, dan kontrol perilaku (Epstein, dkk., 2003). Sedangkan variabel
Optimisme diukur dengan menggunakan alat ukur Life Orientation Test-Revised
(LOT-R) yang dikembangkan oleh Scheier, Carver, dan Bridges (1994). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga tidak memiliki hubungan
yang signifikan dengan optimisme pada ibu yang memiliki anak dengan gangguan
spektum autistik. Artinya, keberfungsian keluarga yang efektif tidak selalu diikuti
oleh tingginga optimisme pada Ibu yang memiliki anak dengan gangguan spektrum
autistik.

Abstract
This research was conducted to find the correlation between family functioning and
optimism among mothers with autistic spectrum disorder?s child. This research was
conducted by quantitative methods to 37 mothers with autistic spectrum disorder?s
child. Family functioning measured using modification instrument named family
assessment device (FAD) which is made based on The McMaster Model of Family
Functioning. There are 6 dimensions that measure family functioning, the
dimensions are: problem solving, communication, roles, affective responsiveness,
affective involvement, and behavior control (Epstein, dkk., 2003). Optimism was
measured using modification instrument named life orientation test revised (LOT)
which has been developed by Scheier, Carver, and Bridges (1994). The result of this
research show that there is no significant correlation between family functioning and
optimism among mothers with autism spectrum disorder?s child. The result means
that the higher effectiveness of family functioning not always followed by higher
optimism among mothers with autistic spectrum disorder?s child."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kaamiliina klarisha arya putri
"Pada zaman digital ini, gawai menjadi barang yang sangat populer pada semua kalangan, termasuk juga di kalangan anak-anak. Penggunaan gawai yang berlebihan pada anak dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan sosial emosionalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara penggunaan gawai dan perkembangan sosial emosional anak usia sekolah. Penelitian ini melibatkan 159 responden siswa sekolah dasar di Kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan yang dipilih menggunakan teknik cluster sampling dengan desain penelitian cross sectional. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan gawai dengan perkembangan sosial emosional (p value = 0.603 > 0.05). Hal ini dapat terjadi karena setiap anak memiliki perbedaan kebiasaan, anak mungkin menggunakan gawai untuk tujuan yang mendukung perkembangan sosial emosional mereka. Misalnya, aplikasi dan permainan edukatif dapat membantu anak-anak belajar keterampilan sosial dan emosional. Maka dari itu, orang tua direkomendasikan untuk menetapkan peraturan yang jelas terkait penggunaan gawai dan juga mengawasi penggunaan gawai anak karena faktor pengawasan dan pengaturan orang tua penting untuk mencegah dampak negatif dari penggunaan gawai.

In this digital era, gadgets have become very popular across generations, including children. Excessive gadget use among children is feared to interfere with their socio-emotional development. This study aims to identify the relationship between gadget use and the socio-emotional development of school-aged children. The study involved 159 elementary school respondents in kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan and selected using cluster sampling method with a cross-sectional research design. Chi-square test results showed that there is no significant relationship between gadget use and socio-emotional development (p value = 0.603 > 0.05). This could be because each child has different habits; children may use gadgets for purposes that support their socio-emotional development. For instance, educational apps and games can help children learn social and emotional skills. Therefore, parents are recommended to establish clear rules regarding gadget use and monitor their children's gadget use, as parental supervision and regulation are crucial in preventing the negative impacts of gadget use."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library