Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pitu Wulandari
Abstrak :
Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi yang disebabkan oleh plak sebagai etiologi utama dan hormon reproduksi sebagai faktor risikonya. Periodontitis dapat meningkat keparahannya pada perempuan yang memasuki masa menopause sehingga hal tersebut dapat menganggu kualitas hidupnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh faktor-faktor yang berperan terhadap status periodontal dan kualitas hidup penderita periodontitis perimenopause dan pascamenopause. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode pemilihan sampel consecutive sampling dan dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama melalukan uji validasi kuesioner dan tahap kedua uji faktor klinis. Penelitian tahap pertama diikuti oleh 268 subjek dan tahap kedua diikuti oleh 167 subjek dengan kriteria inklusi subjek yang berusia 45 sampai dengan 59 tahun dan telah memasuki masa perimenopause dan pascamenopause serta menderita periodontitis. Status menopause subjek diperoleh melalui wawancara dan dikonfirmasi melalui pemeriksaan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan hormon estrogen, pemeriksaan status periodontal dilakukan melalui pengukuran kehilangan perlekatan gingiva, indeks kebersihan mulut, indeks plak, indeks perdarahan papila, gigi goyang dan jumlah gigi yang hilang dan kondisi keradangannya dikonfirmasi melalui pemeriksaan IL-1β dan IL-10. Pengukuran kualitas hidup dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah tervalidasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan status periodontal dan kualitas hidup antara subjek perimenopause dan pascamenopause (p<0,005), walaupun terdapat perbedaan bermakna kadar FSH dan estrogen antara kedua kelompok subjek. Faktor tingkat pendidikan, indeks kebersihan mulut, indeks plak, dan gigi goyang merupakan faktor-faktor yang paling berperan terhadap status periodontal penderita periodontitis perimenopause dan pascamenopause. Hanya faktor indeks plak dan gigi goyang yang paling berperan terhadap kualitas hidup penderita periodontitis pada periomenopause dan pascamenopause. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh model prediksi dan modeks skor indeks status periodontal dan kualitas hidup penderita periodontitis perimenopause dan pascamenopause yang dapat digunakan oleh klinisi untuk membantu menegakkan diagnosis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prediksi status periodontal pada perimenopause dapat membantu pencegahan keparahan periodontitis lebih lanjut pada pascamenopause karena status periodontal yang berat dapat mengganggu kualitas hidup subjek.
Periodontitis is an inflammatory disease caused by a plaque as the primary aetiology and reproductive hormones as risk factors. Periodontitis may increase in severity in women entering menopause so that it can interfere with their quality of life. The purpose of this study was to obtain the factors that contribute to periodontal status and quality of life of periodontitis patients in perimenopause and postmenopause. This study design was cross-sectional. This study used consecutive sampling and conducted in two phases: (1) pass a validation test of the questionnaire and (2) clinical test factors. The first phase of the study is followed by 268 subjects and the second phase is followed by 167 subjects, with inclusion criteria subjects aged 45 to 59 years old and have been entering perimenopause and postmenopause and suffering periodontitis. Menopausal status subject obtained through interviews and confirmed through examination of Follicle Stimulating Hormone (FSH) and estrogen hormone, examination of periodontal status is done by measuring the loss of attachment, oral hygiene index, plaque index, papillary bleeding index, teeth mobility, the number of missing teeth and inflammation condition is confirmed by examination of IL-1β and IL-10. Measurement of quality of life using a questionnaire that has been validated. The results showed that there were no differences periodontal status and quality of life among perimenopausal and postmenopausal subjects (p<0.005), although there are significant differences in FSH and estrogen levels between the two groups of subjects. Factor levels of education, oral hygiene index, plaque index, and teeth mobility are the factors that most contribute to the periodontal status of periodontitis patients in perimenopause and postmenopause. Only dental plaque index and teeth mobility were the most contribute to the quality of life of periodontitis in perimenopause and postmenopausal. Based on these results obtained predictive models and score index models of periodontal status and quality of life of periodontitis patients in perimenopausal and postmenopausal which can be used by clinicians to help make the diagnosis. The results of this study indicate that prediction of periodontal status in perimenopause can help prevent further periodontitis severity in postmenopausal because severe periodontal status can disrupt the subject's quality of life.

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Wiradharma
Abstrak :
Pemeriksaan estradiol di laboratorium pusat RSUPNCM menggunakan serum. Walaupun pemeriksaan estradiol kurang memerlukan TAT yang cepat, namun seringkali pemeriksaan estradiol bersamaan pemeriksaan lain yang membutuhkan TAT cepat. Penggunaan plasma dapat menjadi alternatif karena TAT lebih cepat. Penelitian ini ingin mengetahui perbandingan kadar estradiol menggunakan serum dan plasma tanpa dan dengan gel pemisah serta melihat gambaran kadar estradiol pada laki-laki, perempuan pasca menopause dini, dan lanjut yang belum ada datanya di Indonesia. Pemeriksaan estradiol menggunakan alat Cobas c601 metode ECLIAs dari 60 subjek masing-masing ditampung dengan tiga tabung penampung berbeda, sampel serum dari tabung penampung dengan clot activator tabung I dan sampel plasma baik dari tabung penampung tanpa gel pemisah tabung II , dan dengan gel pemisah tabung III . Karakteristik kadar estradiol pada pria, wanita pasca menopause dini, dan lanjut disajikan secara deskriptif analitik. Median, nilai minimum ndash; maksimum, kadar estradiol tabung I 24,55 5 ndash; 472,60 pg/mL, tabung II 24,16 5 ndash; 468,60 pg/mL, tabung III 22,99 5- 438,8 pg/mL. Perbedaan kadar estradiol pada ketiga tabung penampung sampel didapatkan nilai p = 0,89. Pada penelitian ini kadar estradiol pada laki-laki memiliki median, nilai minimum-maksimum, 21,5 5 ndash; 40,33 pg/mL, perempuan pasca menopause dini dan lanjut masing-masing memiliki median 5 5 ndash; 191,7 pg/mL, dan 5 5 ndash; 34,8 pg/mL. Kesimpulan, tidak terdapat perbedaan bermakna kadar estradiol dari ketiga tabung penampung. ......Examination of estradiol at central laboratory of RSUPNCM using serum. Although the examination of estradiol requires less rapid TAT, but often the examination of estradiol coincides with other tests requiring rapid TAT. The use of plasma can be an alternative because TAT is faster. This study wanted to know the comparison of estradiol levels using serum and plasma without and with gel separation and to see the estradiol content of male, early, and late post menopausal women who had no data in Indonesia. Examination of estradiol using the Cobas c601 method of ECLIAs of 60 subjects each was accommodated with three different tube containers, serum samples from the collecting tube with clot activator tube I and plasma samples from tubes without gel separator tube II , and with gel separator tube III . Characteristics of estradiol levels in men, early and late postmenopausal women presented in descriptive analytic. Median, maximum value maximum, tubular estradiol value I 24.55 5 472.60 pg mL, tube II 24.16 5 468.60 pg mL, tube III 22.99 5 438 , 8 pg mL. Differences of estradiol levels in the three sample container tubes obtained p value 0.89. In this study estradiol levels in males had median, maximum maximum values, 21.5 5 40.33 pg mL, early and late postmenopausal women had a median of 5 5 191.7 pg mL, and 5 5 34.8 pg mL respectively. In conclusion, there was no significant difference in estradiol levels from the three container tubes.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library