Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
London: Routledge , 1997
302.23 INT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Udi Rusadi
"Studi ini berangkat dari kajian teoritis yang melihat terbatasnya studi kritikal di bidang komunikasi massa di Indonesia. Sementara itu fenomena empiris menunjukkan terjadinya transisi dari tatanan pemerintahan yang didominasi satu kekuasaan menuju tatanan yang demokratis dan di bidang ekonomi praktek kapitalisme menunjukkan perkembangan yang banyak mempengaruhi karakteristik media massa.
Hal itulah yang mendorong penulis untuk mengkaji fenomena di bidang media massa yang sudah tumbuh dan berkembang sebagai suatu industri. Studi ini bertujuan untuk mengungkap artikulasi kapitalisme dalam diskursus media (suratkabar) tentang peristiwa kerusuhan sosial dan hubungan kekuasaan yang diproduksi serta di reproduksi.
Perspektif yang digunakan dalam menjawab permasalahan tersebut ialah kritikal pasca strukturalis, dengan pedoman dan arahan kerangka teoritis mengenai diskursus kritikal, ekonomi politik kultural dan ekonomi politik kekuasaan simbolik. Methodologi yang digunakan ialah analisis diskursus kritikal. Media yang diteliti ialah Kompas, Media Indonesia dan Republika, dengan kasus kerusuhan sosial melipuli kerusuhan Tasikmalaya, Semanggi II, Cibadak Mall dan Glodok Plaza, tawuran antar warga dan antar pelajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peristiwa nyata kerusuhan secara tekstual di suratkabar dikembangkan menjadi produksi imaji pertarungan antara kekuasaan mayoritas dengan minoritas pemeluk agama, kekuasaan yang melegitimasi dengan delegitimasi rezim, elit penguasa dengan massa, kekuasaan ekonomi lemah dengan kuat, kekuasan sipil dengan militer. Hubungan kekuasan tersebut diakumulasi dengan memberikan nilai tambah terhadap makna yang dikandungnya sehingga media memiliki daya jual yang tinggi.
Akumulasi imaji konflik membiakkan makna konflik, dan merepresentasikan perjuangan aktor pelaku sosial di dalam dan diluar media untuk memperoleh legitimasi dalam posisinya baik di dalam struktur kemasyarakatan maupun pemerintahan (kapital politik). Selain itu media juga merepresentasikan aktor pelaku sosial untuk memperjuangkan penguasaan sumberdaya ekonomi (kapital material).
Artikulasi media tersebut merefleksikan proses produksi dan konsumsi yang bertumpu pada kapitalisme yang masih belum jelas tatanan dan arahnya. Industri Media cenderung untuk berusaha memelihara kelangsungan hidupnya dan berusaha untuk mengakumulasi kapital sebanyak-banyaknya dengan menggambarkan ketidakpastian dan disharmony sebagai komoditas. Dalam konteks itu, terjadi akumulasi kapital tanpa akhir yang berspiral dengan akumulasi imaji yang terus menerus tanpa akhir pula.
Refeksi teoritis dari temuan tersebut ialah bahwa dalam situasi transisi, struktur yaitu aturan-aturan dan sumber daya menjadi anomi sehingga peranan aktor pelaku sosial (human agency) di lingkungan media massa menjadi dominan. Namun demikian peranan dominan pelaku sosial (human agency) tersebut berada pada tekanan pasar dan kekuasaan massa. Selain itu temuan penelitian memberikan stimulan kesadaran bahwa media massa dalam konteks transisi cenderung memproduksi imaji ketidakpastian semakin tidak pasti, kemurnian semakin tidak murni karena media kehilangan pegangan dan larut dalam pertarungan kekuasaan. Pertarungan tersebut oleh media dijadikan komoditas dalam memelihara kelangsungan institusi bisnis untuk mempertahankan eksistensinya.
Implikasi sosial dari temuan tersebut ialah diperlukan perjuangan untuk merumuskan doxa khususnya di bidang media di Indonesia setelah dominasi kekuasaan otoriter berkahir pada era orde baru. Media sebaiknya merenungkan posisinya untuk tidak larut dalam upaya melanggengkan status quo institusi bisnis semata, tetapi juga berupaya mengedepankan upaya melakukan pencerahan dan perjuangan dalam mencerdaskan dan menegakkan nilai-nilai moral masyarakat."
2002
D282
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brennen, Bonnie
"Qualitative Research Methods for Media Studies provides students and researchers with the tools they need to perform critically engaged, theoretically informed research using methods that include interviewing, focus groups, historical research, oral histories, ethnography and participant observation, textual analysis and online research. Each chapter features step-by-step instructions that integrate theory with practice, as well as a case study drawn from published research demonstrating best practices for media scholars. Readers will also find in-depth discussions of the challenges and ethical issues that may confront researchers using a qualitative approach. Qualitative research does not offer easy answers, simple truths or precise measurements, but this book provides a comprehensive and accessible guide for those hoping to explore this rich vein of research methodology. "
New York: Routledge, 2017
302.230 72 BRE q
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wimmer, Roger D.
Australia : Cengage-Wadsworth, 2014
302.23 WIM m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
McQuaill, Denis
New YOrk: Longman, 1984
302.23 McQ c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
McQuail, Denis
London: Longman, 1995
302.23 MCQ c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
McQuaill, Denis
New YOrk: Longman, 1984
302.23 McQ c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Bela Damayanti
"TikTok telah mengalami peningkatan pengguna selama pandemi, dengan total sebesar 1,2 miliar pengguna aktif pada tahun 2021. Dengan peningkatan pengguna, TikTok juga perlu mempertahankan penggunanya dengan terus berinovasi. Salah satu upaya yang dilakukan TikTok adalah dengan menjawab kebutuhan edukasi melalui media sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang memengaruhi keberlanjutan pengguna dalam menggunakan aplikasi TikTok untuk memperoleh konten edukatif. Penelitian ini memodifikasi Expectation-Confirmation Model dengan menambahkan variabel system quality dan information quality dari Information System Success Model, serta menganalisis faktor enjoyment dan interactivity yang berkaitan erat dengan pengalaman menggunakan media sosial. Data dari penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner secara daring dengan total 629 responden. Kemudian data responden diolah dengan CB-SEM dengan menggunakan AMOS 26. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor confirmation memengaruhi perceived usefulness dan satisfaction; faktor information quality, system quality, dan enjoyment memengaruhi satisfaction faktor interactivity memengaruhi perceived usefulness; faktor perceived usefulness tidak memengaruhi satisfaction, serta faktor perceived usefulness dan faktor satisfaction memengaruhi continuance intention penggunaan aplikasi TikTok untuk edukasi. Penelitian ini menyarankan agar TikTok mengembangkan fungsionalitas serta fitur yang lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna seperti fitur subtitle, speed adjustment, playlist, perpanjangan durasi konten, serta evaluasi algoritma yang lebih sesuai dengan preferensi konten edukatif pengguna. Selain itu, penelitian ini juga menyarankan aplikasi TikTok untuk melakukan sosialisasi terkait fitur-fitur yang ada di TikTok agar dapat lebih berguna bagi proses pembelajaran pengguna.

TikTok has seen an increase in users during the pandemic, with a total of 1,2 billion active users in 2021. With the increase of users, TikTok also needs to maintain their user’s retention. One of the efforts made by TikTok is to answer educational needs through social media. The purpose of this study is to identify and analyze the factors affecting the continuance intention of TikTok users in obtaining educational content. Data from this study were collected through online questionnaires with a total of 629 respondents. Then the respondent's data was processed by CB-SEM using AMOS 26. This study indicates that the perceived usefulness and the satisfaction affects TikTok user’s continuance intention for educational content. Satisfaction is affected by confirmation, enjoyment, system quality, information quality. Perceived usefulness is affected by confirmation and interactivity. Originality/value: This study suggests TikTok to develop functionality and features that are more aligned with user needs such as subtitle features, speed adjustments, playlists, content duration extensions, and algorithm evaluations that are more aligned with user preferences for educational content. In addition, this study also recommends TikTok to do socialization regarding the features available on TikTok so that it can be more useful for the user's learning process. "
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melita Nuriza
"Di masa kini, efektivitas media sosial dalam menjangkau massa berisiko membuat penggunanya terekspos pada konten negatif seperti ekstremisme. Studi terdahulu mengungkapkan bahwa ekspos terhadap ekstremisme erat kaitannya dengan perkembangan wacana dan ideologi tertentu pada level kelompok dan individu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Worldview dan rutinitas penggunaan media sosial terhadap risiko keterpaparan konten ekstremisme daring. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data online survey yang dilakukan di Fakultas X Universitas Y. Total Sampel dalam penelitian ini berjumlah 164 responden dengan karakteristik mahasiswa berusia 15-24. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Melalui teori Aktivitas Rutin dari Cohen dan Felson dan teori pembelajaran sosial Akers, penelitian ini berupaya membuktikan pengaruh dari penggunaan media sosial serta tingkat kepercayaan dan kepuasan pada pemerintah dan institusi terhadap kemungkinan peningkatan risiko keterpaparan konten ekstremisme daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Worldview dan penggunaan media sosial berpengaruh terhadap risiko keterpaparan konten ekstremisme daring.

At present, the effectiveness of social media in reaching out to the public is at risk of exposing users to negative content such as extremism. Previous studies revealed that exposure to extremism is closely related to the development of certain discourses and ideologies at the level of groups and individuals. This study aims to analyze the effect of Worldview and routine use of social media on the risk of exposure to online extremism content. This study uses quantitative methods with online survey data collection techniques conducted at the Faculty of X, University of Y. Total Samples in this study amounted to 164 respondents with the characteristics of students aged 15-24. The sampling technique in this study used purposive sampling. Through Cohen's and Felson's Routine Activity theory and Akers' social learning theory, this study seeks to prove the effect of the use of social media and the level of trust and satisfaction with government and institutions on the possibility of increasing the risk of exposure to online extremism content. The results showed that worldview and the use of social media influence the risk of exposure to online extremism content.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auryn Adhwa Tertia
"Artikel ini mengeksplorasi bagaimana film Disney Encanto berfungsi sebagai metode inovatif untuk strategi pencitraan tempat guna meningkatkan citra negara Kolombia. Selama berabad-abad, Kolombia digambarkan oleh media sebagai negara yang terkait dengan perdagangan narkoba dan perang gerilya. Pertimbangan etis dalam menggambarkan sesuatu negara atau budaya sangatlah penting, karena representasi tersebut membentuk persepsi penonton, terutama bagi mereka yang belum pernah berinteraksi atau mengunjungi negara tersebut secara langsung. Representasi yang salah dapat berdampak negatif terhadap reputasi suatu negara dan memperkuat stereotip. Encanto memberikan gambaran inovatif dengan menampilkan sisi keajaiban dan semaraknya negara Kolombia. Dengan memanfaatkan kerangka pencitraan tempat oleh Kavaratzis (2004), artikel ini menunjukkan bagaimana Encanto mengintegrasikan berbagai elemen komunikasi dalam film, sehingga memperkuat upaya komunikasi yang lebih luas yang secara positif memengaruhi citra Kolombia. Melalui tinjauan literatur dan observasi, penelitian ini mengungkapkan bahwa Encanto berhasil menjadi alat komunikasi sekunder yang inovatif dan berhasil meningkatkan citra Kolombia dengan menghadirkan komunikasi utama negara tersebut secara autentik. Meskipun kehilangan beberapa elemen komunikasi utama, Encanto berhasil melampaui kerangka tersebut, dimana mereka menekankan kekayaan kultural negara tersebut. Visual, karakteristik, cerita, dan detail rumit dari film ini menggambarkan bagaimana film seperti Encanto dapat meningkatkan reputasi suatu negara secara efektif, menyelaraskan dan melampaui kerangka branding tempat Kavaratzis.
This article explores how the Disney movie Encanto serves as an innovative tool for a place branding strategy to enhance Colombia's image. For centuries, Colombia has been depicted by the media as a country associated with drug trafficking and guerilla warfare. Ethical considerations in portraying a country or culture are crucial, as these representations shape the audience's perceptions, particularly for those who have not directly interacted with or visited the country. Misrepresentations can negatively impact a country's reputation and reinforce stereotypes. Encanto provides a groundbreaking portrayal by showcasing Colombia's magical and vibrant aspects. Utilising Kavaratzis' Place Branding framework (2004), this article demonstrates how Encanto integrates various communication elements within the movie, thereby bolstering broader communication efforts that positively influence Colombia's image. Through literature review and observation, this study reveals that Encanto successfully became an advanced secondary communication tool that improves Colombia's image by authentically presenting the country's primary communication. Despite missing some primary communication elements, Encanto has interestingly managed to go beyond the framework where it highlights the country's cultural richness. The movie's visuals, characteristics, story, and intricate details illustrate how films like Encanto can effectively enhance a nation's reputation, aligning with and surpassing Kavaratzis' place branding framework."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>