Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
PATRA 8(1-4) 2007
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lasa H.S.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 1994
027.67 LAS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Syafwandi
Abstrak :
ABSTRAK
Lokasi dan situasi Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus terletak diantara 110_ 36 dan 110`50 Bujur Timur serta 6_ 51 dan 7_16 lintang Selatan, atau sekitar 50 km sebelah Timur Semarang .Dengan ketinggian 55 m dari permukaan air laut serta luas sekitar 422,21 km2. Kota Kudus secara geografis mempunyai batas yakni : - di sebelah Utara Kabupaten Dati II Jepara dan Kabupaten Dati II Pati.- di sebelah TimurKabupaten Dati II Pati.- di sebelah Selatan Kabupaten Dati II Grobogan dan Dati II Pati.- di sebelah Barat : Kabupaten Dati II Demak dan Kabupaten Dati II Jepara. Daerah Kudus bahagian Selatan merupakan dataran rendah dengan persawahan, bagian Utara adalah dataran tinggi ( pegunungan Muria ), sedangkan daerah Tengah merupakan dataran. Kota Kudus dibelah oleh Sungai Gelis yang mengalir ke Selatan dan membagi kota dua bahagian yaitu Kudus Kulon bagian kota yang terletak di sebelah Batay Sungai, dan Kudus Wetan bagian kota yang terletak di sebelah Timur Sungai_
1984
S13402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pembinaan Peinggalan Sejarah, 1999
RB 726.2 D 325
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Ariesna Elvijanny
Abstrak :
Mesjid Agung Palembang adalah salah satu mesjid tua di Palembang sekaligus yang terbesar. Mesjid ini memiliki ciri-ciri sebagaimana yang dimiliki oleh mesjid tua lainnya di Indonesia yaitu denah bujursangkar, beratap tumpang, memiliki serambi. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah: a. Metode deskriptif; b. Metode komparatif. Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara dan teknik pengamatan. Sebagai perbandingan dilakukan pengamatan terhadap Mesjid Agung Banten serta Rumah Limas Palembang.
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S11937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yus Rusmiyati
Abstrak :
Topik skripsi ini mengenal pemanfaatan buku Islam oleh mahasiswa di Perpustakaan Masjid Kampus UI (Perpustakaan Iqra') dan Perpustakaan Masjid Kampus ITB (Perpustakaan Salman). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui buku Islam dalam subiek apa yang paling disukai oleh mahasiswa, unsur-unsur apa yang diperhatikan oleh mahasiswa dalam memillh buku Islam, penerbit buku Islam mania yang paling disukai oleh mereka dan alasan mereka menyukai penerbit tersebut. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah koleksi buku Islam di kedua perpustakaan yang diteliti telah dimanfaatkan oleh mahasiswa dalam mengisi waktu luangnya, serta mengetahui apakah kedua per_pustakaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa tehadap buku Islam. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa, baik di Perpustakaan Iqra' maupun di Perpustakaan Salman paling menyukai buku Islam dalam subjek Karya-karya Umum tentang Islam. Pada umumnya mahasiswa di Perpustakaan Iqra' menyukai buku Islam terbitan Gema Insani Press dengan alasan penulisnya berbobot, isinya berbobot, topiknya aktual, sampulnya/covernya bagus, terbitannya lengkap dan bahasanya mudah dipahami. Sedangkan di Perpustakaan Salman, pada umumnya buku Islam yang disukai adalah buku Islam terbitan Mizan, dengan alasan penulisnya berbobot, pembahasannya mendalam, topiknya aktual, sampul/covernya bagus dan terbitannya lengkap. Selain itu, jika mereka ingin memiliki buku sendiri, buku tersebut mudah didapat dan harganya murah. Dalam memilih buku Islam, mahasiswa pada umumnya lebih memperhatikan unsur subiek daripada unsur lainnya. Pada umumnya mahasiswa telah memanfaatkan perpustakaan masjid kampus untuk mendapatkan buku Islam. Namun sayangnya kedua belum dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan mereka.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S15650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Somad
Abstrak :
Perkataan nisan berasal atau maesan jika dilihat dari segi-segi etimologi telah diuraikan oleh beberapa ahli. L.Ch. Damais berpendapat bahwa nisan/ maesan berasal dari kata mahisa yang artinya Kerbau, pada jaman pra Hindu terdapat tradisi untuk memasak atau menegakkan batu semacam menhir dengan disertai upacara pemotongan Kerbau. Bentuk nisan beraneka ragam demikian pula dengan ragam hiasnya mulai dari yang sederhana hingga nisan yang memiliki hiasan yang raya. Penelitian tentang nisan telah banyak dilakukan diantaranya oleh Hasan Muarif Ambary (1984) meneliti tipologi nisan di Indonesia, dan Halina Budi Santosa (1976) yang meneliti nisan Banten. Penelitian ini didasari anggapan bahwa artefak merupakan refleksi dari ide dan gagasan manusia dalam bentuk materi dan juga merupakan refleksi dari tingkah laku yang berpola yang diterima dan disepakati oleh masyarakat. Permasalahan yang ingin diketahui adalah mengenai bentuk dan perkembangan dan persebaran nisan di sekitar masjid tua di Jakarta abad XVII-XVIII M. Hasil yang diperoleh adalah bentuk -bentuk pilar dan papan persegi, bentuk - bentuk nisan ini tidak terlepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam nisan seperti bentuk dasar (A), bentuk badan (B), bentuk kepala (C), bentuk puncak kepala (D), bentuk kaki (E), sayap (F), dan ragam bias (F) diperoleh tipe sebanyak 20 tipe nisan utama, dan 31 tipe dengan variannya. Sedangkan hasil metode seriasi tipe III, IV, VI,VII, dan XIII, merupakan nisan yang menunjukan perkembangan popularitas , ini terlihat pada penggunaan, dan persebaran antar situs di Jakarta berdasar kronologisnya. Sedang untuk popularitas suatu tipe pada suatu situs, tertinggi ada pada tipe III pada masjid Kebon Jeruk (1786 M) dan tipe XIII (1761 M) yang mencapai tingkat 100%
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmatias Zakaria
Abstrak :
ABSTRAK
Masjid Raya Ganting merupakan salah satu masjid tua yang ada di kota Padang (Sumbar) yang belum pernah diteliti secara khusus. Masjid ini didirikan pada awal abad XIX oleh orang Belanda atas prakarsa pemuka masyarakat Ganting.

Penelitian terhadap masjid Raya bertujuan untuk melihat percampuran antara kebudayaan Indonesia dengan Kebudayaan Eropa sebagaimana yang tercermin dari keberadaan masjid Raya Ganting. Untuk melihat masalah percampuran kebudayaan, maka pada penelitian ini digunakan teori Akulturasi.

Dalam penelitian ini digunakan metode secara bertahap. Pada tahap Observasi dilakukan studi kepustakaan yang bertujuan untuk mengumpulkan sumber kepustakaan yang diperlukan. Itu juga digunakan studi lapangan (pengamatan langsung) dengan cara melakukan pengamatan dan perekaman yang t.,crinci pada unsur-unsur bangunan masjid Raya Ganting. Se1anjutnya pada tahap pengolahan data dilakukan analisis terha_dap data yang telah terhimpun yakni dengan membuat pemerian yang terinci terhadap unsur-unsur bangunan Masjid Raya Ganting. Tahap akhir penelitian ini (Penafsiran data) dilakukan dengan mengunakan data analogi. Sumber analogi teritang masyarakat Minangkabau sebelum Islam masuk. Selain itu juga sumber-sumber etnografi berupa arsitektur tradisional Minang_kabau sobagai komponen budaya lokal dan arsitektur Indonesia dan Eropa sebelum proses akulturasi berlangsung. Disamping iLu juga dipergunakan data Eropa. Penggunaan data ini dida_aatrkan atas pertimbangan bahwa pada masjid Raya Ganting terdapat pengaruh kebudayaan Eropa dan Indonesia.

Pada kenyataan meskipun agama Islam dapat diterima oleh masyarakat Minangkabau, tetapi tidak semua unsur kebudayaan berubah kecuali pada bangunan Masjid Raya Ganting yang menun_jukan pengaruh kebudayaan Eropanya yang paling dominan. Dari bangunan masjid Raya Ganting jelas kelihatan pengaruh kebu_dayaan Eropa. Sedangkan pengaruh kebudayaan Minangkabau hampir tidak ditemui pada masjid Raya Ganting.
1995
S11942
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Ikasari
Abstrak :
ABSTRAK
Mesjid Agung Banyumas merupakan salah satu mesjid tua yang ada di Banyumas Jawa Tengah yang belum pernah diteliti secara khusus. Mesjid ini pernah disebutkan keberadaannya oleh Suwedi Montana dalam Laporan Penelitian Arkeologi di Jawa Tengah bagian Selatan no.35, PuslitArkenas, Jakarta.

Penelitian terhadap Mesjid Agung Banyumas bertujuan untuk melihat adanya pemakaian budaya Pra-Islam yang berkesinambungan pada Benda-benda peninggalan budaya masa Islam yang berupa mesjid sebagaimana tercermin pada bentuk arsitektur dan ragam hias Mesjid Agung Banyumas. Untuk melihat adanya masalah kesinambungan budaya tersebut, maka pada penelitian ini digunakan teori Akulturasi.

Dalam penelitian ini digunakan metode secara bertahap. Pada tahap observasi dilakukan studi kepustakaan yang dilakukan analisis terhadap data yang telah terhimpun yaitu dengan membuat pemeriaan yang terinci terhadap unsur-unsur bangunan Mesjid Agung Banyumas. La1u setelah itu dilakukan studi komparasi terhadap data-data pembanding yang berupa bentuk dasar Arsitektur Candi di Jawa dan Ragam hiasnya, Arsitektur Tradisional Jawa serta Ragam hiasnya, Mesjid-mesjid Kuno di Jawa dan mesjid Kuno di Banyumas. Penggunaan data ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang adanya Kesinambungan Budaya yang tercermin pada Mesjid Agung Banyumas.

Dari Penelitian ini dapat diketahui bahwa bentuk arsitektur dan ragam hias Mesjid Agung Banyumas sangat jelas memperlihatkan pengaruh baik dari arsitektur sandi maupun arsitektur tradisional Jawa, selain adanya unsur-unsur asing yaitu unsur arsitektur Belanda.
1995
S11939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murwani Wulan Nastiarini
Abstrak :
Murwani Wulan Nastiarini. Mesjid Agung Sang Cipta Rasa: Sebuah Tinjauan Arsitektur. Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993 (i-xii + 172 hal., 2 peta, 4 denah, 47 foto, 25 gambar dan 68 acuan). Di Cirebon pernah berdiri kerajaan Islam yang mempunyai 3 buah keraton dan sebuah pengguron. Salah satu keratonnya bernama keraton Kasepuhan. Di kompleks keraton ini terdapat Mesjid Agung Sang Cipta Rasa yang terletak di desa Lemah Wungkuk. Mesjid Agung Sang Cipta Rasa didirikan pada abad 15 M oleh Sunan Gunung Jati dan para Wali Sanga lainnya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui arsitektur yang mempengaruhi bangunan Mesjid Agung Sang Cipta Rasa. Dikaitkan dengan 3 tujuan penelitian arkeologi, maka tujuan yang ingin dicapai adalah merekonstruksi sejarah kebudayaan. Penelitian dilaksanakan secara bertahap. Dalam tahap observasi dilakukan pengumpulan data dengan cara mencari literatur yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian mengadakan pengamatan, pencatatan, pemotretan, pengukuran dan penggambaran terhadap obyek penelitian. Lalu dalam pengolahan data, bangunan Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dideskripsikan dan bagian-bagian bangunannya dibandingkan dengan bagian-bagian bangunan lain yang mirip arsitekturnya. Selain itu juga dilakukan wawancara kepada masyarakat yang berkampeten. Dalam tahap eksplanasi, seluruh data digabungkan lalu dibuat suatu kesimpulan. Bangunan Mesjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki arsitektur lokal atau tradisional, yang terbukti antara lain: dindingnya yang tidak menyangga atap dan atapnya bertingkat. Selain itu, mesjid ini mempunyai beberapa keistimewaan: mihrabnya tepat ke arah kiblat (jarang terdapat di mesjid-mesjid kuno Indonesia), memiliki 2 buah maksurah, beratap limasan dan dijumpai pelayonan (=bangunan tempat memandikan jenazah). Kesimpulan di atas bukan merupakan kesimpulan akhir sehingga selalu terbuka untuk diperbaiki pada penelitian-penelitian selanjutnya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>