Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmatika Qonita Putri
Abstrak :
Tesis ini mengangkat fenomena negosiasi maskulinitas pada penggemar K-Pop laki-laki dengan seksualitas homoseksual yang sebagian besar dari mereka telah melela kepada masyakarat dan menemukan “tempat aman” untuk diterima didalam fandom. Anggapan awal bahwa akan ada penolakan sebagaimana norma Masyarakat heteronormatif karena melihat seksualitas mereka serta maskulinitas yang telah terdekonstruksi. K-Pop dengan sebagian besar fans Perempuan menciptakan ruang aman untuk mereka dalam berkarya dan mempertunjukan soft masculinity mereka. Tujuan penelitian ini untuk melihat, menganalisa dan memahami, negosiasi maskulinitas yang tadinya terhegemoni menjadi soft masculinity. Penelitian ini menggunakan etnografi dengan wawancara mendalam dan observasi sebagai pengambilan data primer. Sebagai penguat teoritis, tulisan ini menggunakan analisa gender dengan Teori Queer oleh Judith Butler sebagai konsep utamanya. Tulisan ini juga menggunakan studi budaya digital, yang mengacu kepada karakteristik dari negosiasi. Temuan dari tulisan ini adalah adanya negosiasi oleh penggemar K-Pop laki-laki dengan seksualitas homoseksual dengan dirinya, Masyarakat sekitarnya, dan K-Pop itu sendiri. Konteks tersebut juga memperkuat temuan bahwa K-Pop bukan lagi hanya sekedar music, tarian, dan video music, melainkan telah berkembang pesat sehingga menjadi sub-culture dari budaya populer. ......This thesis explores the phenomenon of negotiating masculinity among male K-Pop fans with homosexual sexuality, most of whom have come out to society and found a "safe place" to be accepted within the fandom. The initial assumption was that there would be a rejection of the norms of heteronormative society because they saw their sexuality and masculinity as deconstructed. K-Pop with mostly female fans creates a safe space for them to work and demonstrate their soft masculinity. The aim of this research is to see, analyze and understand the negotiation of previously hegemonic masculinity into soft masculinity. This research uses ethnography with in-depth interviews and observations as primary data collection. As theoretical reinforcement, this paper uses gender analysis with Queer Theory by Judith Butler as the main concept. This paper also uses digital culture studies, which refer to the characteristics of negotiations. The findings of this article are the existence of negotiations by male K-Pop fans with homosexual sexuality with themselves, the surrounding community, and K-Pop itself. This context also strengthens the finding that K-Pop is no longer just music, dance and music videos, but has developed rapidly to become a sub-culture of popular culture.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Hotland
Abstrak :
Gerbang abad 21 telah terbuka dan dibaliknya kita pun menemukan satuan-satuan kecil pola budaya yang sedikit banyak terfragmentasi, terkontaminasi, tersegmentasi dalam upaya mereka mendefinisikan diri, atau lebih tepatnya mencari idertitas di r" yang mulai tercabik-cabik dibalik hebohnya globalisasi, intemasionalisasi ataL:pun universalisasi, yang tidak hanya membentuk seouah desa global tetapi juga mar1usia global dengan kesadaran global. Maka, semua kriteria kebudayaanpun terserap yanu juga mempengaruhi hal-hal yang terkesan sepele seperti aQa itu cinta, keindahan, kecantikan atau ketampanan yang universal. Per:~elitian ini berusaha melihat bagaimana sebuah majalah pria menbingkai maskulinitas. Unit analisa yang dia bil adalah majalah Men's Health edisi Januari sampai Juli 2002. Unt k melakukan hal tersebut, dilakukan dengan analisa diskursus kritis (Critical Discourse· Analysis). Analisa model ini berusaha melihat keterkaitan antara tiga level yaitu level teks, discourse practice (produksi dan konsumsi meciia) dan level sociocultural practice. Dalam menganalisa isi media, banyak faktor yang terkait didalamnya. Fakto;-faktor tersebut berkisar da;i faktor pekerja media sebagai lr.dividu, f
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Putri Aprillia
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis representasi maskulinitas dalam iklan rekrutmen militer Rusia dengan slogan “Ты же мужик” (Kau kan pria) yang ditujukan kepada para pria di Rusia untuk mendaftar militer pada masa perang Rusia-Ukraina. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan mise en scène untuk menguraikan representasi maskulinitas pada iklan pendaftaran rekrutmen militer Rusia dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes (1964) bersamaan dengan konsep maskulinitas hegemoni dari R. W. Connell dan James W. Messerschmidt (2005), dan konsep struktur patriarki dari Sylvia Walby (1990). Hasil penelitian ini mengungkap adanya penekanan pada re-tradisionalisasi maskulinitas yang dikonstruksi dan disampaikan melalui sinergi isyarat linguistik dan visual dalam iklan rekrutmen militer Rusia yang mencerminkan maskulinitas hegemoni dan patriarki di era Federasi Rusia. ......This research analyzes the representation of masculinity in Russian military recruitment advertisement with the slogan “Ty zhe muzhik” (You are a man) aimed at men in Russia to enlist in the military during the Russia-Ukraine war. This research uses a qualitative research and mise en scene method to describe the representation of masculinity in Russian military recruitment enlistment advertisement using Roland Barthes' semiotic theory (1964) along with R. W. Connell and James W. Messerschmidt's concept of the hegemony of masculinity (2005), and Sylvia Walby's concept of patriarchal structure (1990). The results of this research reveal an emphasis on re-traditionalization masculinity which is constructed and conveyed through the synergy of linguistic and visual cues in Russian military recruitment advertisements which reflect the hegemonic masculinity and patriarchy in the era of the Russian Federation.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Serenada Langit Islam
Abstrak :
Saat ini, isu pelecehan seksual telah menjadi krisis global. Hegemoni maskulinitas memiliki peran dalam masalah yang telah mengakar ini. Maka dari itu, penting bagi laki-laki untuk melibatkan diri sebagai sekutu. Persepsi pria terhadap iklan Gillette berjudul `The Best Men Can Be` dapat menggambarkan posisi pria dalam perjuangan melawan kejahatan seksual. Penelitian ini mengkaji hubungan antara hegemoni maskulinitas dengan isu pelecehan seksual yang dimpilkan oleh iklan Gillette berjudul `The Best Men Can Be`. Responden (N = 17) diminta untuk mengisi kuesioner elektronik kualitatif dan kemudian sebagian dari mereka dipilih untuk diwawancarai. Studi ini berkontribusi pada pembahasan masalah pelecehan seksual dengan mendemonstrasikan bagaimana iklan Gillette dapat digunakan untuk mempromosikan program intervensi pengamat (bystander intervention) seperti yang diusungoleh Berkowitz (2002). Temuan juga menunjukkan bagaimana hegemoni maskulinitas berfungsi secara kompleks dan penting dalam proses pengambilan keputusan laki-laki untuk mengintervensi situasi bermasalah serta berperan dalam munculnya respon negatif terhadap iklan Gillette tersebut.
In all over the world, the issue of sexual harassment has reached crisis proportion. Since hegemonic masculinity plays a role in this deep-rooted problem, it is now crucial that men step up as allies. Men`s perception of Gillette ad titled `The Best Men Can Be` may illustrate where men stand in the fight against sexual crimes. This research examines the relationship between hegemonic masculinity and sexual harassment issue that is brought by the Gillette ad titled `The Best Men Can Be`. Participants (N = 17) completed an electronic, qualitative questionnaire after viewing the ad and some of them were chosen to be interviewed to get an in-depth analysis. This study contributes to the discussion of sexual harassment issue by demonstrating how the Gillette ad can be used to promote bystander intervention program as outlined by Berkowitz (2002). Findings also show how hegemonic masculinity plays a complex and essential part in the decision-making process to intervene a problematic situation and also in the negative response toward the ad.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library