Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rita Silvia
" Pernikahan merupakan suatu momen dalam hidup bagi setiap orang. Bahkan dianggap sebagai hal yang penting dan sakral bagi sebagian besar orang. Sebelum Perang Dunia ke II penduduk jepang memiliki pandangan bahwa pernikahan dianggap sebagai suatu hal yang sangat penting, bahkan digunakan sebagai alat memperbesar luas wilayah dan strategi politik maupun perang. Namun, seiring perkembangan zaman, pandangan tersebut berubah. Terutama bagi kaum perempuan di Jepang. Pasca perang dunia ke II hingga abad 21 sekarang, perempuan jepang berpandangan bahwa pernikahan hanya membuat diri mereka terikat sehingga membatasi kebebasan mereka untuk melakukan apa yang mereka inginkan termasuk bekerja dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pandangan tersebut memunculkan fenomena baru di Jepang. Fenomena tersebut disebut 晩婚化(bankonka). Bankonka merupakan kecenderungan perempuan jepang untuk menunda pernikahan. Bankonka menyebabkan beberapa masalah sosial di Jepang terutama masalah populasi. Dengan mencari perubahan makna pernikahan di Jepang dan mengkaji sudut pandang wanita Jepang pada saat ini terhadap pernikahan, diharapkan mendapatkan pemahaman mengapa fenomena Bankoka ini terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan dengan pengumpulan data sekunder. Setelah itu, Kesimpulan ditarik berdasarkan data sekunder yang terkumpul.

Marriage is a moment in the life for everyone. Marriage being an important thing and sacred for many peoples. Before world war 2 the Japanese peoples have a view that marriage is being more important thing, and using for increasing the region and politic strategy as well as ar. However, over the times that view has changed. Especially for women in Japan. Post world war 2 to the 21st century now, Japanese women have a view that marriage is only making themselves bound there by limiting their freedom to do what they want, including work and continue their education to a higher level. View raises new phenomenon is called bankonka. bankonka is a woman tendency of Japanese woman to delay marriage. Bankonka caused some social problem in japan, especially the population problem. By looking for changes in the meaning of marriage in japan and study japanese female perspective of this time of the marriage, expected to gain an understanding of why this phenomenon occurs bankonka. methods used in this research is data collection method of secondary literature. After that, the conclusios drawn based on secondary data collected."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Femina Sagita Borualogo
"
ABSTRAK
Angka fertilitas di Jepang saat ini rendah dengan Total Fertility Rate (TFR) pada tahun 1993 mencapai 1,46. Di antara negara-negara maju, Jepang termasuk negara yang memiliki angka fertilitas terendah.
Banyak hal yang melatar belakangi rendahnya angka fertilitas ini, seperti bergesernya nilai anak di dalam keluarga, pertumbuhan ekonomi. Namun salah satu penyebab yang sangat menonjol adalah gejala penundaan pernikahan (bankonka). Gejal.a ini melanda wanita muda di seluruh Jepang. Umur rata-rata pertama menikah wanita muda Jepang pada tahun 1994 adalah 26,2 tahun. Apabila dikonsentrasikan hanya pada kota besar seperti Tokyo maka akan didapati angka 28 tahun.
Bankonka disebabkan oleh semakin terbukanya kesempatan wanita untuk terjun ke dunia kerja dan semakin besarnya kesempatan melanjutkan pendidikan ke tingkat pendidikan tinggi.
Dengan terjadinya perubahan-perubahan dalam dunia kerja dan dunia pendidikan, wanita muda Jepang cenderung menunda pernikahannya. Mereka yang melanjutkan ke pendidikan tinggi, cenderung untuk tidak menikah selama masih kuliah. Setelah lulus pun, mereka bekerja terlebih dahulu untuk beberapa tahun. Kemudian ada yang memutuskan untuk menikah dan ada juga yang tidak. Mereka yang menunda pemikahannya disebut bankonka (kecenderungan menunda pernikahan), sedangkan yang terus tidak menikah disebut shogai mikon (seumur hidup tidak menikah).
"
1998
S13676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library