Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Temmy Febriarto S, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Pembahasan dalam karya akhir ini adalah kualitas layanan Bank Mandiri. Analisis kualitas layanan ini untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan. Hal ini diperlukan, karena strategi Bank mandiri untuk menjadi consumer banking memerlukan peningkatkan kualitas layanan agar mampu bersaing dengan bank lainnya.

Permasalahannya adalah adanya gap 5 (kesenjangan) antara persepsi pelanggan dan ekspektasi (harapan) pelanggan yang mempengaruhi kualitas layanan. Dimana kualitas layanan terdiri dari atribut- atribut, seperti misalnya reliability, responsiveness, courtesy dan lain sebagainya. Seberapa besar kesenjangan yang ada pada atribut - atribut dalam kualitas layanan. Kesenjangan tersebut dapat menghasilkan kepuasan maupun ketidakpuasan tergantung dari besamya persepsi dan ekspektasi dari tiap - tiap atribut.

Bank Mandiri berairi pada tanggal 2 Oktober 1998 berdasarkan peraturan peerintah No. 75 tahun 1998 dan Keputusan Menteri Keuangan No 448/KMK.Ol/1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Dan secara efektif beroperasi pada tanggal 31 Juli 1999, em pat bank milik Pemerintah yai tu, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi Bank Mandiri. Sejarah keempat Bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat Bank tersebut telah turut. membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan di Indonesia.

Bank Mandiri saat ini dalam pengoperasian praktek perbankan berusaha untuk dapat bersaing dalam skala domestik dan unutk jangka panjang dengan menerapkan prinsip perbankan yang baik akan menuju kearah intemasional, dan manajemen akan menjadikan Bank Mandiri sebagai "The World Class Bank" dalam jangka panjangnya. Segmen pasar yang dikelola adalah segmen retail. Sebagai bank yang bergerak dalam sektor retail, saat ini Bank Mandiri sedang mengadakan pembentukan dan pembenahan dalam rangka penyempurnaan sebgai dasar penunjang yang memperkuat bank dalam mengahadapi persamgan.

Produk - produk perbankan yang dimiliki oleh Bank Mandiri pada garis besarnya terdiri dari simpanan, jasa layanan, kredit dan treasury & internasional. Pengolongan fasilitas layanan produk ini bertujuan untuk dapat memberikan kemudahan - kemudahan dalam melaksanakan transaksi perbankan bagi pelanggan. Dengan banyaknya produk yang dimiliki maka diharapkan keinginan pelanggan dapat terpenuhi.

Pengumpulan data diperoleh dengan cara penelitian lapangan melalui penyebaran kuisoner terhadap target populasi dengan metode judgmental sampling (non probability sampling). Metode ini dipilih dengan harapan responden dapat mewakili populasi serta menjawab apa adanya untuk menghasilkan respon yang bisa meminimalisasi bias.

Analisis kualitas layanan dengan menggunakan metode SERVQUAL. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Zeitham:l, Parasuraman & Berry peneliti dalam masalah kualitas layanan. Penilaian kualitas layanan dengan metode ini diperoleh dengan jalan menghitung selisih yang timbul dari rating yang diperoleh atas kelompok daftar pertanyaan yang diberikan pada responden, yaitu selisih antara kelompok pertanyaan yang menyatakan harapan pelanggan dan kelompok pertanyaan yang menyatakan mengenai persepsi pelanggan. Dimana nilai servqual (gap5) tersebut untuk masing-masing pelanggan dihitung melalui rumus sebagai berikut: servqua/ score= perception score- expectation score

Untuk mendapatkan servqual score terlebih dahulu harus dihitung perception score dan expectation score. Score ini dapat diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner itu sendiri terdiri dari dua bagian. Satu bagian digunakan untuk mengungkap persepsi responden (28 pertanyaan), sedangkan bagian pertanyaan yang lain digunaka:il untuk mengungkap harapan responden (28 pertanyaan). Pertanyaan yang berjumlah 28 untuk masing-masing merupakan penjabaran dari sepuluh dimensi yang digunakan dalam penelitian SERVQUAL ini dimana kesepuluh dimensi tersebut adalah responsiveness, Reliability, Security, Communication, Tangible, Courtesy, Competence, Access, dan Understanding the customer.

Penilaian kualitas layanan Bank Mandiri untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan. Hal ini diperlukan, karena strategi Bank mandiri untuk menjadi consumer banking memerlukan peningkatkan kualitas layanan agar mampu bersaing dengan bank lainnya.

Kualitas layanan yang diberikan oleh Bank Mandiri dinilai masih belum memenuhi ekspektasi pelanggan. Ketidakpuasan pelanggan dua terbesar yang bemilai lebih dari minus satu yaitu -1 ,26 ada pada dimensi competence dengan variabel "penyelesaian masalah dengan cepat" dan nilai -1,05 pada dimensi reliability dengan variabel "biaya sesuai dengan layanan".

Sedangkan untuk dimensi lainnya bemilai dibawah satu adalah sudah lebih baik walaupun juga tidak memuaskan pelanggan.

Bisa dikatakan Bank Mandiri kurang memuaskan dalam memberikan layanan kepada pelanggannya. Hal ini dapat menghambat Bank Mandiri untuk mendapatkan loyalitas pelanggannya dan menghambat pencapaian visi perusahaan untuk menjadi bank pilihan.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Eka Ria D.
Abstrak :
Masyarakat Indonesia telah berubah menuju masyarakat digital dimana telepon selular merupakan benda yang dapat digunakan sebagai sumber informasi. Berkaitan dengan hal itu, telepon seluler dengan fitur SMSnya dapat digunakan sebagai media berpromosi oleh suatu perusahaan. Cepat, tepat sasaran, mudah dan murah merupakan beberapa alasan penggunaaan SMS sebagai media untuk berpromosi. Di sisi lain SMS juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu mudah disalahgunakan, tidak terkesan prestis karena SMS identik dengan harga murah. Namun dengan teknologi SMS Broadcasting di mana perusahaan dapat membuat sender ID pribadi dengan nama produknya atau nama perusahaannya maka kesan murah tidak terlalu terlihat bahkan menimbulkan efek personalisasi tersendiri. Sebagai media altematif baru untuk berpromosi, SMS Broadcasting memerlukan suatu strategi komunikasi pemasaran yang tepat, kreatif dan inovatif agar mampu menciptakan keunggulan bersaing dengan media promosi lainnya yang telah lebih dulu ada seperti TV, koran, majalah atau billboard. Penelitian ini menggambarkan dan menganalisa bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan PT.MM Sindo serta menganalisa latar belakang dan kendala - kendala yang di hadapi. Penelitian ini juga mengidentifikasi medium apa yang paling tepat digunakan untuk periklanannya. Penelitian ini didasari oleh beberapa teori komunikasi yang berkaitan dengan Integrated Communication Marketing dan pengaruhnya terhadap strategi pemasaran. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer. Nara sumber berasal dari pihak internal PT.MMSindo. Dokumen internal dan eksternal digunakan dalam rangka pengumpulan data sekunder. PT.MM Sindo merencanakan strategi komunikasinya dengan menganalisa situasi pasar hingga kemudian dapat membuat segementasi, target konsumen dan positioning produknya. Positioning yang dibuat PT.MMSindo bagi paket - paket jasa yang ditawarkannya ialah pernyataan "Informasi ada dalam genggaman anda", positioning tersebut digunakan untuk memasuki jendela konsumen. Diakhir penelitian, penulis menemukan bahwa dalam usahanya meningkatkan volume penjualan, PT.MM Sindo telah menerapkan strategi komunikasi pemasarannya dengan sistematis dan terarah sehingga dapat menghasilkan prospek penjualan yang meningkat, walaupun masih ada langkah-langkah yang mungkin dapat dioptimalkan lagi. Lebih lanjut, perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam terhadap konsep - konsep dan teori mengenai media untuk berpromosi. Apabila selama ini, baik akademisi maupun prakitisi mengenal banyak media promosi, media cetak dapat berupa koran, majalah atau buletin, sementara media elektronik berupa TV dan radio maka saat ini SMS Broadcasting muncul menjadi alternatif baru sebagai media untuk berpromosi. SMS yang telah akrab di masyarakat bisa menjadi media promosi yang potensial. Selain itu, pengkajian yang lebih konseptual juga dapat dilakukan berkaitan sifat SMS Broadcasting ini yang merupakan produk jasa dengan tingkat kontak rendah terhadap konsumennya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kitos Gemini Akbar
Abstrak :
Volume pasar kendaraan roda empat atau lebih di Indonesia masih sangat menjanjikan bagi industri otomotif di Indonesia. Ini tentunya mengundang para investor untuk turut meramaikan persaingan di industri otomotif Indonesia. Hal tersebut membuat ATPM sebagai pemegang hak distribusi kendaraan di Indonesia rnemiliki peran strategis dalam industri otomotif untuk menentukan keberhasilan dari produk yang dipasarkan. Salah satu ATPM yang lahir bersamaan pada masa awal industri otomotif Indonesia adalah PT. Drama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) yang merupakan ATPM kendaraan Mitsubishi. Sejak awal berdirinya hingga saat ini, KTB telah memasarkan kendaraan Mitsubishi dari berbagai kategori, mulai dari kendaraan niaga, kendaraan penumpang sedan, serta kendaraan penggerak roda 4x4. Hingga tahun 2005 KTB memiliki 46 varian produk. Dalam memasarkan varian produk yang banyak tersebut dan juga segmen konsumen tersebar di berbagai wilayah Indonesia, maka KTB bekerja sama dengan beberapa perusahaan yang berperan sebagai dealer. Hingga tahun 2005 jaringan dealer Mitsubishi di Indonesia mencapai total 144 dealer. Kondisi - kondisi seperti ini membentuk karakter KTB selaku distributor kendaraan Mitsubishi untuk menggunakan konsep produksi dalam melakukan pemasaran dan penjualan, sehingga memiki kecenderungan untuk fokus dalam upaya mencapai biaya produksi yang effisien dan mass-distribution. Ini di.sebabkan konsumen di Indonesia saat itu, bahkan hingga sekarang di beberapa wilayah, memiliki orientasi terhadap kemudahan mendapatkan produk maupun harga yang murah. Namun terjadi perubahan status KTB dari PMDN menjadi PMA (Penanaman Modal Asing) pada tahun 2004. Dimana perubahan tersebut memungkinkan pihak prinsipal lebih leluasa menetapkan strategi hingga tingkat wilayah regional Asia Tenggara. Bahkan dalam upaya meningkatkan skala ekonomis dalam produksi dan suplai produk, KTB memutuskan untuk menutup pabrik perakilan kendaraan penumpang Mitsubishi di Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1980. Kondisi ini membuat KTB yang sebelumnya memiliki peranan sebagai perusahaan distributor dan manufaktur, kini terhatas peranannya sebagai distributor kendaraan Mitsubishi, terutama pada jenis kendaraan penumpang. Oleh sebab itu dengan menggunakan konsep pemasaran fully-distributor membuat tanggung jawab KTB semakin besar dalam penciptaan demand maupun mengembangkan kemampuan dealer dalam melakukan pemasaran yang berkualitas. Konsep ini dapat diimplementasikan KTB dengan melakukan peran aktif dalam pengelolaan jaringan dealer yang ada saat ini. Ini mendorong KTB selaku pihak ATPM memiliki kesempatan yang lebih besar dalam untuk lebih fokus dalam upayanya memasarkan dan mendistribusikan produk melalui jaringan dealer yang ada. Perubahan peran ini tentunya memerlukan perubahan cara pandang KTB sendiri lerhadap pemasaran produknya. Ini disebabkan karena karakter KTB yang terbentuk selama ini membuat KTB cenderung fokus kepada upaya dalam memastikan kualitas dan kuantitas suplai produknya. Sedangkan upaya dalam menciptakan demand di konsumen maupun pengelolaan hubungan dengan konsumen lebih banyak mengandalkan kemarnpuan jaringan dealer yang ada. Perubahan konsep pemasaran tersebut membuat peran dealer tidak dibatasi hanya pada aspek penjualan saja peranan dealer juga dibutuhkan dalam aspekpemasaran. Ini disebabkan adanya kebutuhan terhadap saluran pemasaran yang tidak hanya mampu menyalurkan produk ke konsumen di Indonesia yang tersebar secara geografis, namun juga mampu melakukan proses penjualan yang berkualitas. Proses penjualan yang berkualitas ini tentunya juga bagian dari upaya meningkatkan brand image Mitsubishi di mata konsumen, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk kendaraan Mitsubishi. Pola hubungan bisnis yang ada serta tidak dimilikinya saluran pemasaran alternatif membuat jaringan dealer memiliki posisi tawar yang tinggi dalam upaya KTB melakukan pengelolaan terhadap jaringan dealernya. Oleh sebab itu KTB sebaiknya mencari strategi dalam upayanya memotivasi sekaligus memastikan bahwa jaringan dealernya menjalankan fungsi dan perannya. Saat KTB menggunakan konsep pemasaran fully-distributor yang menimbulkan adanya perubahan peran dan fungsi KTB maupun jaringan dealer, maka KTB perlu menggunakan strategi yang dapat memberikan dorongan kepada dealer agar dapat tnelaksanakan peran dan fungsinya yang baru tersebut. Ada beragam pilihan strategi yang dapat ditempuh KTB dalam mendorong dealer, namun melihat pola hubungan hisni yang ada saat ini dan tidak adanya suatu dasar yang dapat digunakan bersama dealer dalam melakukan pengembangan kinerja secara bersama-sama, maka KTB dapat mengembangkan strategi motivasi berupa sistem reward dalam melakukan pengelolaan jaringan dealer.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aulia Maharlika
Abstrak :
Kebutuhan akan perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Angka pertumbuhan penduduk yang kian meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan perumahan. Oeh karena itu pemerintah berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan perumahan rakyat, baik melalui lembaga/instansi pemerintah maupun mengajak pihak swasta untuk berpartisipasi membangun perumahan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing golongan masyarakat. Peluang ini dijadikan para pengusaha sebagai tambang emas Baru di sektor Mereka berusaha mencari lahan yang tidak begitu jauh dari Jakarta untuk dikembangkan menjadi perumahan bahkan kota satelit. Upaya untuk mewujudkan hal tersebut ternyata tidak mudah, apalagi sejak krisis ekonomi yang melanda di tahun 1997. Banyak pengembang yang gulung tikar dikarenakan tidak mampu melunasi hutangnya ke lembaga-lembaga perbankan. Tersendatnya kredit untuk konstruksi yang dikeluarkan oleh perbankan dan tingginya suku bunga pinjaman Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah sebagian contoh yang turut mempercepat kejatuhan sektor properti termasuk pengembang perumahan dengan segmen golongan menengah keatas. Hal ini diperburuk dengan naiknya harga minyak dunia yang menjadikan bahan dasar yang digunakan oleh pengembang perumahan tidak terbeli. Kondisi ini memaksa pengembang untuk mencari strategi pemasaran yang tepat untuk menyiasati situasi yang tidak pasti. Salah satu pengembang yang sekarang mulai berusaha lagi untuk bangkit dan menghidupkan perumahan yang mati akibat krisis ekonomi adalah PT Duta Realtindo Jaya dengan proyek perumahan Kedaton di wilayah Pasar Kemis, Cikupa Tangerang. Ketika pertama kali diluncurkan pada tahun 1994, perumahan KEDATON merupakan proyek perumahan yang memiliki total lahan seluas 200ha, yang terdiri dari 80ha lapangan golf yang dikelilingi oleh danau alami dan 120ha lahan siap huni. Produk yang dijual berupa lahan kosong atau kavling siap bangun, dengan luasan yang berkisar antara 300 sampai dengan 3000m2, Kedua hal tersebut kemudian membuat Kedaton sebagai sebuah proyek hunian dengan target market kelas menengah keatas. Ditambah lagi dengan lokasi yang cukup strategis karena memiliki akses tol Pasar Kemis, makin memperkuat positioning tersebut. Selain semua "comparative advantages" yang telah disebutkan diatas, pemasaran Kedaton tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kavling-kavling yang sudah terjual pun dibiarkan begitu saja oleh pembelinya sehingga komunitas yang diharapkan tidak terjadi. Meskipun lapangan golf tetap berjalan seperti biasa, tidak membuat pembeli tergerak untuk membangun. Hal ini membuat suasana di area perumahan tersebut menjadi sangat sepi dan lahan-lahan juga terlihat tidak terawat. Kondisi ini diperburuk dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997. Penjualan yang lamban disertai dengan bunga bank yang sangat tinggi, membuat pengembang PT. Duta Realtindo Jaya (PT. DRJ) mengalami kredit macet sehingga perusahaan harus diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Pada tahun 2000, PT. DRJ dibeli oleh group Pikko dari BPPN. Mereka tidak melakukan pembangunan apa-apa di perumahan Kedaton sehingga pada akhirnya PT. DRJ diambil alih oleh group Equator pada akhir tahun 2004. Manajemen PT. DRJ yang baru berniat untuk mengembangkan kembali proyek perumahan Kedaton yang sudah lama terbengkalai. Mereka lalu membentuk tim yang terdiri dari pihak pengembang sendiri dan berbagai konsultan di bidang arsitek, lansekap, dan pemasaran untuk menciptakan konsep yang benar-benar berbeda dari yang sudah ada. Pada awal bulan Mei 2005, produk perdana "The View" diluncurkan. Nama Kedaton pun berganti dengan nama "The Grand Kedaton". Konsep yang ditawarkan adalah ?townhouse? yang dijual dengan harga berkisar antara 450 - 600 juta dengan luas tanah 120m2 dan luas bangunan 180m2. Namun sayangnya produk ini gagal di pasaran. Berbagai spekulasi tentang alasan di balik kegagalan ini pun timbul. Dari sekian banyaknya opini pengamat, terdapat satu anggapan yang berulang kali muncul. Tipe rumah yang paling banyak terjual adalah tipe rumah kecil dengan luas bangunan 36 - 96m2 yang dijual dengan harga 100 - 200 juta. Hal ini disebabkan market terbesar saat ini adalah pasangan muda atau keluarga kecil yang masih mencari rumah pertama mereka. Beberapa cluster dengan tipe rumah kecil dapat menghidupkan komplek perumahan tersebut. Inilah yang sebenarnya dianggap dibutuhkan oleh pengembang untuk menghidupkan kembali Kedaton yang sudah tertidur lama. Berbekal masukan tersebut, pengembang kemudian meluncurkan beberapa tipe rumah seperti yang telah disebutkan diatas. Cluster ini dinamakan "The Terrace", namun kali ini nama "The Grand Kedaton" berubah menjadi "Golf City" dengan tujuan untuk menghilangkan citra Kedaton yang sudah melekat di benak masyarakat. Harga yang ditawarkan pun dinilai bisa bersaing dengan kompetitor. Penjualan memang sedikit lebih baik dibandingkan dengan "The View", akan tetapi tidak bisa juga dibilang sukses dengan tidak signifikannya jumlah penjualan. Dengan demikian, anggapan yang muncul sebelumnya tidak bisa dikatakan efektif. Kegagalan pengembang Kedaton terdahulu telah memberikan citra yang buruk terhadap proyek perumahan ini. Namun apabila dilihat dari segi desain, harga, dan fasilitas yang ditawarkan, produk Kedaton cukup menarik. Dibanding dengan kompetitor lain, di Kedaton pembeli dapat memiliki rumah dengan harga yang cukup terjangkau, lokasi dekat dengan lapangan golf; dan disertai dengan akses tol yang mudah. Namun demikian, pemasaran tetap tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Penulis mencoba meneliti dan memberi masukan untuk segmentasi, targeting, dan positioning dari perumahan Kedaton dan strategi yang dapat dilakukan oleh pengembang melalui sudut bauran pemasaran yang terdiri dari Product, Price, Place, dan Promotion sehingga mampu bersaing dengan pengembang lainnya dikawasan Tangerang. Dari hasil penelitian diperoleh (1) perlu adanya penyesuaian antara ekspektasi dan persepsi konsumen dalam memutuskan pembelian, (2) Adanya keinginan pembelian dari calon konsumen apabila adanya sarana promosi dan saluran komunikasi yang sesuai dari pengembang, (3) Persepsi yang salah terhadap lokasi perumahan harus segera dibenahi oleh pengembang agar calon konsumen mengetahui keadaan sebenar dari perumahan Kedaton,hal ini dapat dilakukan melalui sarana komunikasi melalui public relation yang handal.
One of human's primary needs is the need of housing. Indonesia is now experiencing a great increase in demands for housing due to the increasing birth rate each year. Seeing this phenomenon, the government is trying to provide proper housing for its people by asking both government and private owned companies to participating in building houses that fulfill the needs and economic condition of each class. Those who work as developers see this opportunity as a gold mine in real sector. However, due to the economic crisis back in 1997, this was not an easy thing to do. Many developers had to declare bankrupt and close down their business as they could not afford to pay back their loans to the banks. Those bad loans and the high rate of housing credit (KPR) are just some of examples that made the fall of property industry faster, including developers of real estate for middle up class. It is also worsened by the world price of oil that is getting high, which made developers losing their ability to afford basic materials for building houses. This condition forced them to come up with a marketing strategy that can help them to survive in such uncertain situation. Among them is PT Duta Realtindo Jaya, a developer of Kedaton Real Estate in Pasar Kemis, Cikupa, Tangerang, that is now trying to rise again from their downfall during the crisis. When it was first launched in the year of 1994, KEDATON real estate was a 200 hectares housing complex, which consisted of a 120 ready-built area and an 80 hectares golf course. They did not sell houses as their products; they offered land only product for their customers, with each land had an area around 300 to 3000 m2. These made Kedaton as a housing project with middle-up class as the target market. In addition, the quite strategic location (it has easy access to Pasar Kemis highway), supported the positioning they wanted. Apart from all competitive advantages mentioned above, the marketing of Kedaton did not perform well. Those area sold were abandoned by their buyers so that the expected community was not accomplished. Even though the golf course was running well, it was not enough to make the buyers to start building. The environment of the real estate then became very quiet and the surrounding area was treated badly. The economic crisis in 1997 worsened this condition. With only a few of deals closed and the high rate of interest in banks made the developer, PT DRJ, could not pay their loan so that the company had to be taken over by BBPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional). In 2002, Pikko Group bought PT DRJ from BPPN. They have not done any major development in KEDATON area until the developer company was taken over by Equator Group in 2004. Under a new management team, they intend to redevelop the real estate area that has been abandoned for many years. They then form a team that consists of the developer itself and various consultants in architect, landscapes, and marketing to create a new concept that is different from the existing. The first product, "THE VIEW", was launched in the beginning of May 2005. The real estate's name itself was also changed to "The Grand Kedaton". The concept offered was a townhouse with a 450 - 600 million range of price and had a 120 m2 land area and a 180 m2 building area. Unfortunately, this product did not sell well. Various speculation of the reasons of the failure then occurred. From all of those, there is one opinion that was heard a lot of times. The most sold home types are the small ones with a building area of 35 to 96 m2 with the price range of 100 - 200 million rupiah. This is mostly because the biggest market today is young couples or small families who are still looking for their first house. Some clusters with small-home types can make the housing area alive again. This theory is believed to be the one that the developer needs to wake KEDATON from its long sleep. With that advice in mind, the developer then launched the house types mentioned above. That new cluster was named "The Terrace", but the name "The Grand Kedaton" was changed again to "Golf City" so that the bad image of KEDATON disappeared. The offered price was also competitive. Sales were better than the previous one, but it actually was not a success either considering that the numbers of sales conducted were not significant. Therefore, it is safe to say that the majority advice mentioned above is not completely true. The failure of previous developer has created a bad image for the project. However, when it is observed from the point of design, price, and available facilities, products of Kedaton are quite interesting. When compared with other competitors, customers can own a house that has a view to the golf course and an easy access to the toll road with affordable price. But still the marketing did not go as planned. Writer tries to examine the segmentation, targeting, and positioning of KEDATON real estate and what kind of strategies that the developer can apply with the method of marketing mix: Product, Price, Place, and Promotion so that in the end they can compete with other competitors in Tangerang. From the research conducted, it has been concluded that (1) it is important to have an adjustment between customers' expectation and perception in making buying decision, (2) there will be transaction from prospective buyer when there are effective promotion and communication media about the project, (3) it is crucial to erase the wrong perception of the project from customers' mind by employ a good public relation to build good communication between two parties so that the prospective customers can know the actual condition of KEDATON.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Pramita Wahyu Y.
Abstrak :
Komik terjemahan luar negri dari Jepang adalah yang mendominasi dan menjadi market leader pada saat ini. Seperti yang di muat dalam Koran Tempo bahwa saat ini pasar komik di Indonesia didominasi oleh komik-komik terjemahan dari Jepang, manga. Komik Indonesia yang diterbitkan oleh PT Gramedia ada pada posisi market nichers. Dari penelitian yang dilakukan, mengangkat kasus pemasaran komik di indonesia dengan studi kasus pada studi komparasi komik terjemahan Jepang dengan komik Indonesia di PT Gramedia, terungkap bahwa komik terjemahan jepang memiliki beberapa keunggulan dari beberapa faktor. Kesimpulan akhimya adalah ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa komik terjemahan Jepang dapat menjadi market leader, dibandingkan dengan komik Indonesia adalah, pertama karena perbedaan kualitas dari kedua komik tersebut yang dilihat komik sebagai media hiburan secara keseluruhan. Yang kedua adalah perbedaan dalam berpromosi secara intern yang telah dilakukan oleh PT Gramedia untuk kedua komik tersebut dari sisi informasi yang dibutuhkan dan nilai bagi konsumen komik. Dan secara ektemal secara tidak langsung dengan adanya anima pada tahun 1982 dan penayangan serial animasi secara nasional juga memberikan pengaruh pada penjualan komik yang bertemakan Jepang. Selain itu juga didukung dengan merchandise karakter komik terjemahan jepang yang scat ini mudah dijumpai di pasar. Signifikansi akademis jawaban analisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran komik di Indonesia yang ditinjau dengan konsep 4P. Dengan uraian pertama yaitu produk dimana perbandingan secara mendetail mulai dari proses produksi hingga kekuatan produk tersebut sebagai media hiburan. Komparasi harga yang terkait dengan proses produksi dan sumber daya. Promosi untuk produk yang dirancang secara sengaja oleh internal perusahaan untuk mendukung produk terkait maupun secara eksternal yang secara tidak lansung mendukung promosi produk, dan yang terakhir adalah ternpat Asumsi tentang komparasi yang telah dilakukan oleh penulis dapat menjadi input untuk penelitian selanjutnya. Sedangkan Signifikansi praktis output penelitian sebagai masukan dalam memproduksi komik dengan memperhatikan konsep produk yang sangat essensial dengan acuan komik adalah sebagai media hiburan untuk konsumsi masyarakat. Sebagai masukan dalam merancang hal terkait untuk mempromosikan produk komik baik secara internal perusahaan dan eksternal dengan asumsi yang perlu dibuktikan lebih Ianjut.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Yuniarty Khairiyah
Abstrak :
Perkembangan Majalah Islam di Indonesia selama ini belum sebaik majalah umum. Pertentangan antara idealisme dan bisnis adalah persoalan klasik yang sering dihadapi majalah Islam sehingga menjadi kendala untuk meraih sukses secara fenomenal. Kesulitan mendapat iklan hingga manajemen yang belum professional adalah beberapa faktor yang seringkali dianggap sebagai penyebab majalah islam sulit bersaing di pasaran. Fenomena ini adalah sebuah ironi karena mayoritas penduduk Indonesia beragama islam di mana hal ini seharusnya menjadi peluang besar bagi majalah islam. Era kebebasan pers setelah era reformasi membuat majalah majalah Islam bermunculan, termasuk majalah islam yang ditujukan untuk segmen remaja. Namun majalah-majalah tersebut akhirnya banyak yang tidak mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama. Annida dan Muslimah adalah dua contoh majalah remaja islam yang mampu eksis di saat majalah sejenis harus gulung tikar. Penulis melihat strategi komunikasi pemasaran pada suatu media, adalah suatu hal yang sangat esensial untuk dapat bersaing di pasaran. Tesis ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang menjadikan Annida dan Muslimah tetap eksis hingga saat ini. Berdasarkan data yang didapat dari in-depth interview dan observasi, penulis menemukan adanya keunikan pada masing-masing majalah hingga menjadikannya berbeda dengan majalah sejenis. Penentuan sasaran konsumen yang dibidik secara spesifik, produk yang mempunyai identitas khas, penetapan harga yang sangat terjangkau, adanya jalur distribusi khusus, serta berbagai berbagai kegiatan promosi yang mendukung identitas khas masing-masing majalah Annida dan majalah Muslimah merupakan faktor-faktor yang menyebabkan tingkat penjualan keduanya cukup tinggi hingga sampai saat ini mereka mampu mempertahankan eksistensinya.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Kusnandar, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak masuknya Toko Buku Gramedia di industri ritel buku di Indonesia pada tahun 1970, hal ini mendorong persaingan yang semakin ketat diantara para peritel buku. Sekarang ini sudah banyak sekali gerai - gerai toko buku yang dibuka seantero tanah air seperti Toko Gunung Agung, Kharisma, Spectra, Kinokuniya, QB dan sebagainya. Hal ini tidak terlepas dari kemajuan Negara Indonesia di berbagai sector.

Memasuki tahun 2000 di Indonesia khususnya di Jakarta mulai banyak berdiri toko buku-toko buku yang mengkhususkan pada produk buku impor. Sebut saja QB World, Kinokuniya, Aksara dan sebagainya. Berdirinya toko buku - toko buku ini membuat persaingan produk buku impor semakin ketat. Toko Buku Gramedia juga menyediakan produk buku impor bahkan Gramedia mempunyai divisi sendiri untuk menangani produk buku impor. Hal ini menunjukkan bahwa pasar buku impor masih luas dan pasar buku impor masih menjanjikan omset yang besar serta pertumbuhan yang signifikan.

Menjadi suatu hal yang ironis ketika pada tahun 2004 produk buku impor di Gramedia mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini dapat diakibatkan banyak hal seperti persaingan semakin ketat, konsep Toko Buku Gramedia yang kurang jelas khususunya dalam memasarkan buku impor, ketersediaan produk yang tidak tepat dan sebagainya. Dibutuhkan suatu analisa yang komprehensif untuk memecahkan masalah ini salah satunya adalah analisa dari sisi Brand Equity.

Pemasaran saat ini merupakan pertempuran persepsi dan membangun persepsi ini dapat dilakukan melalui analisa Brand Equity terhadap merek suatu produk. Sangatlah tidak mudah bagi produsen atau peritel dalam membangun mereknya, mulai dari tahap menancapkan Brand awareness sampai loyalitas mahasiswa MM UI terhadap suatu merek sehingga bias membuat mayoritas target pasamya menjadi commited buyer. Atas dasar itulah penulis mengadakan penelitian terhadap Brand Equity dari produk buku impor Toko Buku Gramedia sehingga dapat menguasai pangsa pasar di Indonesia melalui pengukuran Brand awareness, perceived quality, brand loyalty dan brand association dari Toko Buku Gramedia.

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa Toko Buku Gramedia berhasil menduduki posisi kedua dalam hal awareness, hal ini berarti produk buku impor Toko Buku Gramedia paling diingat kedua setelah QB World yaitu sebesar 22%. Hal ini disebabkan karena jaringan Toko Buku Gramedia sekarang ini paling banyak sehingga walaupun Toko Buku Gramedia lebih banyak buku lokal namun temyata mahasiswa MM UI cukup mengenal baik buku impor di Toko buku Gramedia.

Dilihat dari Brand loyalty, yaitu tingkat kesetiaan konsumen bila belanja buku impor di Toko Buku Gramedia maka 51% mahasiswa MM UI tidak memperhatikan nama took bukunya ketika berbelanja buku impor. Selain itu sebesar 23% mahasiswa MM UI memilih angka 5 (Skala 1 - 10) dalam hal kemungkinan memilih Toko Buku Gramedia dalam berbelanja buku impor, lalu sebesar 19% memilih angka 3 hal ini berarti Toko Buku Gramedia bukan menjadi pilihan utama dalam membeli buku impor. Sementara itu sebesar 27% mahasiswa MM UI memilih angka 7 (skala 1- 10) dalam hal kemungkinan berbelanja buku impor selain ke toko buku Gramedia.

Mengenai perceived quality, kelengkapan buku dan harga yang kompetitif dirasa kurang oleh mahasiswa MM UI, selain itu program diskon dan pelayanan kasir/pramuniaga dianggap belum bisa memenuhi harapan bila dibandingkan dengan pesaing.

Untuk Brand association, buku impor di Toko Buku Gramedia mempunyai asosiasi tidak lengkap dan mahal. Khusus untuk asosiasi toko buku mahal sebenarnya hal ini banyak disebabkan harga produk- produk diluar buku yang dijual di TB Gramedia. Produk- produk tersebut misalnya printer, kamera, mesin fax dan sebagainya. Karena harga - harga produk tersebut relative tinggi maka hal ini berimbas pada Brand association Toko Buku Gramedia secara keseluruhan. Bila dibandingkan dengan toko buku lain harga buku di toko buku Gramedia relative standar terlebih banyak supplier yang mendistribusikan bukunya ke Toko Buku Gramedia merupakan suplier atau penerbit dari Gramedia Group. Sementara itu untuk buku tidak lengkap sampai saat ini manajemen Toko Buku Gramedia masih mempunyai masalah dalam hal kecepatan informasi perkembangan buku impor sehingga rata - rata buku laris banyak yang mengalami keterlambatan dan akibatnya konsumen kecewa karena buku yang dicarinya tidak bisa didapatkan di Toko Buku Gramedia.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Shiddiq Alfarisi, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Persaingan di dunia pemasaran pada saat ini sangat ketat sekali, sehingga dengan adanya persaingan yamng sangat ketat ini para produsen saling berlomba-lomba untuk mengkomunikasikan produk yang mereka tawarkan kepasar dengan cara yang sebaik mungkin. Adapun salah satu cara untuk dapat menyampaian komunikasi komunikasi tersebut agar lebih cepat dikenal oleh konsumen adalah dengan cara menjadikan selebriti sebagai salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan pesan di dalam iklan. Tetapi akibat dari itu semua adalah sangat banyaknya produsan yang membuat strategi seperti itu yang akhimya membuat cara ini menjadi tidak efektif. Konsumen pada umumnya hanya menyukai saja terhadap iklan yang telah mereka lihat tetapi tidak mempengaruhi kepercayaan dan minat beli mereka terhadap produk dan merek yang mereka iklankan, sehingga terkadang yang diingat oleh konsumen sebahagian besar hanya selebriti yang menjadi endorser dalam iklan sedangkan pesan yang ingin disampaikan terkadang tidak diingat lagi oleh konsumen ditambah juga kurangnya minat beli dari konsumen. Disamping itu juga banyak produsen yang menggunakan selebriti untuk mendorong produk yang mereka jual tanpa melihat secara lebih jauh lagi tentang kesesuaian antara produk yang akan diiklankan dengan selebriti yang mengkomunikasikan produk di dalam iklan, sehingga akibatnya konsumen merasa bahwa selebriti yang mengkomunikasikan pesan dari produk yang diiklankan tidak mempunyai kompetensi dan pengalaman terhadap produk yang diiklankan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari penggunaan selebriti di dalam iklan untuk produk yang berkategori Low Involvement Product terhadap tingkat kesukaan, kepercayaan terhadap iklan serta intensitas pembelian yang pada penelitian ini mengambil contoh produk Lux, Frestea, Jamu Tolak Angin, Hemaviton Action.

Komunikasi yang efektif akan mendorong awareness dari konsumen sampai dengan melakukan pembelian. Akan tetapi komunikasi belum tentu efektif karena masih adanya faktor-faktor yang mempengaruhi dampak yang diberikan endorser kepada konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata untuk setiap produk konsumen

cenderung menyukai iklan yang terdapat selebriti di dalamnya khususnya Lux dan Frestea dalam penelitian ini, walaupun pada dasamya yang mempengaruhi konsumen untuk membeli adalah dari tingkat kepercayaan mereka sendiri terhadap produk yang diiklankan. Tetapi lain halnya dengan iklan jamu tolak angin dan Hemaviton yang kebanyakan responden tidak menyukai iklan tersebut akibat adanya pencitraan yang tidak sesuai terhadap produk. Hal tersebut akan berakibat pada tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk serta akan mengurangi intensitas dari pembelian. Khusus untuk iklan produk Hemaviton Action yang menyebabkan pencitraan tidak berhasil kemungkinan faktor penyebab terbesamya adalah karena banyaknya endorser yang terlibat dalam komunikasi tersebut sehingga menimbulkan kebingungan secara tidak langsung bagi konsumen.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Rahmi Dewiani
Abstrak :
ABSTRAK
PENDAHULUAN Pembuatan perencanaan pengembangan usaha ini dilatarbelakangi oleh karena dibutuhkannya suatu perencanaan yang matang untuk mengembangkan usaha klinik gigi menjadi "one-stop health and beauty center", dimana pengembangan usaha ini dirasakan sejalan dengan trend di masyarakat, terutama di kota besar seperti Jakarta yang semakin memperhatikan masalah kesehatan dan penampilan.

"One-stop health and beauty center" ini merupakan suatu tempat usaha dimana konsumen dapat memperoleh pelayanan kesehatan dan kecantikan dalam satu lokasi. Pemilik usaha yang berlokasi di Jl. TB Simatupang No.7 Tanjung Barat Jakarta Selatan ini adalah Drg. Juliani K. lsbandiono Sp.BM yang berencana untuk mengembangkan usaha klinik giginya dibantu oleh anaknya yang sedang menjalani kuliah di Magister Manajemen Universitas Indonesia.

Sesuai dengan nama usaha 'One-Stop health and beauty center' yang berarti pusat kesehatan dan kecantikan pada satu lokasi, maka pengembangan usaha ini ditujukan dengan maksud memberikan pelayanan yang menyeluruh untuk kesehatan dan kecantikan. Jenis-jenis pelayanan yang ditawarkan antara lain adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pelayanan bedah minor, pelayanan kesehatan yang meliputi dokter-dokter spesialis, pusat kebugaran, pusat perawatan kulit dan salon.

ARAH STRATEGIK Arah Strategik Perusahaan ini sesuai dengan visi perusahaan "Menjadi pusat pelayanan kesehatan dan kecantikan yang memberi kemudahan untuk menjadi sehat dan cantik dalam satu lokasi dengan servis yang memuaskan konsumen" dan misi "Memberikan jasa pelayanan kesehatan dan kecantikan secara terpadu dalam satu lokasi sehingga memberikan efisiensi bagi masyarakat Jakarta yang sangat sibuk, khususnya bagi masyarakat yang bertempat tinggal atau berkantor di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur". Termasuk di dalam arah strategik ini adalah core competencias, key success factor perusahaan serta kekuatan internal dan ekstemal perusahaan.

PEMASARAN Kegiatan perusahaan dalam menjaring konsumennya menggunakan startegi segmentasi-targeting-positioning dan marketing mix yang berdasarkan riset pasar yang sudah dilakukan penulis kepada 66 pelanggan.klinik gigi dan 79 masyarakat sekitar lokasi usaha yang berusia 15-54 tahun.

OPERASI "One-stop health and beauty center" ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa, oleh karena itu pengelolaan lebih banyak pada desain produk/jasa. Perusahaan ini merupakan perusahaan jasa dengan high-contact system, sehingga dalam sistem operasinya harus memperhatikan lokasi fasilitas, layout fasilitas, desain produk, desain proses, penjadwalan, kemampuan pekerja, kontrol kualitas, standar waktu dan perencanaan kapasitas.

SUMBER DAYA MANUSIA Sumber d_aya manusia dalam 'one-stop health and beauty center' merupakan asset yang berharga karena tanpa mereka bisnis tidak akan dapat berjalan, oleh karena itu harus dipilih tenaga-tenaga ahli profesional yang memiliki komitmen dan kemampuan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Oleh karena itu dalam memilih sumber daya manusia yang memenuhi kriteria yang ditetapkan harus melalui seleksi dan tahapan tertentu sesuai dengan proses rekruitmen karyawan yang baik. Perencanaan sumber daya manusia ini juga termasuk orientasi, pelatihan dan pengembangan karir, performance management dan compensation management.

KEUANGAN Pembahasan aspek keuangan ini mencakup masalah kebutuhan modal, kepemilikan dan sumber dana serta perkiraan pendapatan dan biaya dari usaha "One-stop health and beauty center" selama 5 tahun. Dengan modal awal dari usaha ini diperkirakan sebesar Rp. 1.200.000.000,-
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Evi Donna
Abstrak :
Sejak dikeluarkannya Keppres No 21/2001, yang mengakhiri monopoli Pertamina di pasar oli nasional, maka berbagai merek oli terkemuka dunia mulai memasuki pasar Indonesia. Salah satu perusahaan yang bersaing di pasar oli nasional adalah PT Caltex Oli Indonesia yang memiliki daerah opearasional di wilayah Sumatera yaitu wilayah Riau Daratan. Perusahaan ini memproduksi oli kendaraan roda 4 ringan yaitu Havoline Energy Caltex Oli yang terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu Havoline Energy yang merupakan oli sintetis yaitu semi sintesis dan fully sintetis. Kedua produk diatas kurang mendapat sambutan dipasaran. Oleh sebab itu penelitian ini ditujukan untuk mengkaji lebih dalam bagaimana brand image dari Havoline Energy Oli di wilayah Riau Daratan. Adapun fokus penelitian lebih ditujukan kepada bagaimana brand loyalty, perceived quality, brand awareness dan brand assosiation dari Havoline Energy Oli di wilayah Riau Daratan serta bagaimana implikasinya dalam strategi pemasaran. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif yaitu dengan cara menyebarkan qustioner di wilayah Riau Daratan. Responden yang diambil adalah yang pernah menggunakan minimal 1 kali Havoline Energy. Hasil penelitian untuk untuk Brand Loyalty maka loyalitas konsumen yang terbesar disebabkan oleh kepuasan akan produk dengan prosentase satisfied buyer sebesar (64.271%) dari total responden. Hal ini berarti bahwa konsumen sudah merasa puas dengan produk Havoline Energy oli. Sedangkan prosentase paling tendah adalah pada switcher atau price buyer (8.333%). Artinya dalam membeli oli Havoline Energy alasan konsumen bukanlah terletak pada harga melainkan faktor-faktor lain seperti yang seperti kemudahan memperoleh, mutu terjamin, atribut sesuai dengan kebutuhan mesin, iklan menarik dan lain-lain. Untuk perceived quality maka sebagian besar konsumen yaitu sekitar 52.38% mengatakan bahwa kualitas Havoline Energy Caltex Oli berada jauh diatas kualitas yang diharapkan oleh konsumen. Sedangkan golongan kedua sebanyak 27.38% menyatakan kualitas oli sama dengan kualitas yang diharapkan konsumen. Adapun golongan ketiga sebanyak 20.23 % menyatakan kualitas oli berada dibawah kualitas yang diharapkan konsumen. Untuk brand association maka sebanyak 26% reponden memiliki asosiasi bahwa Havoline Energy Caltex Oli sebagai oli yang mahal walaupun demikian, sebanyak 40% (22%+ 18%) responden berpendapat bahwa Havoline Energy adalah oli dengan kualitas bagus dan mutu terjamin. Dari uraian diatas terlihat bahwa sebenamya tidak terjadi gap antara positioning oli yang telah ditetapkan oleh perusahaan Caltex dengan asosiasi terhadap Havoline Energy oli yang hadir dibenak konsumen. Sehinggga dapat dikatakan bahwa Havoline Energy oli telah diposisikan dengan tepat dan sudah melekat dibenak konsumen. Untuk Brand Awareness maka konsumen oli daerah Riau telah mengetahui keberadaan Oli Havoline Energy (20%), terbukti dengan merek tersebut menduduki posisi puncak dalam hal merek yang paling diingat dalam benak konsumen. Berhasilnya Havoline Energy Caltex Oli berada pada posisi Top of Mind di wilayah Riau daratan tidaklah mengherankan mengingat bahwa perusahaan minyak Caltex sendiri sudah beratus tahun berada di wilayah ini, sehingga masyarakat sudah mengenal produk dan hal-hal lain sehubungan dengan PT Caltex Pacific Indonesia dan PT Caltex Oli Indonesia sebagai bisnis unitnya. Adapun saran yang diberikan berdasarkan kesimpulan diatas adalah implikasi pada strategi pemasaran oli Havoline Energy di daerah Riau Daratan, yaitu dengan cara lebih memfokuskan strategi pemasaran ke kelompok; Pria, usia lebih dari 40 tahun, Latar belakang pendidikan tinggi, kelas pekerja dengan SES level A/A+ (pengeluaran/bulan Rp.3-Rp 8 jt) dan sangat mengikuti anjuran dari bengkel atau showroom mobil dalarn penentuan merek oli yang dipakai. Adapun positioning yang tepat untuk Havoline Energy oli berdasarkan gabungan antara telaah dan basil survey adalah "Oli sintetik kelas atas yang memiliki kualitas terbaik dan mutu prima" (The highest class of Sintetic Lubricant with good quality and outstanding performance). Untuk strategi harga, karena pasar oligopoly maka sebaiknya tidak menaikkan harga apabila pemain lain tidak menaikkan harga. Alasan lain adalah Caltex Havoline sudah diasosiasikan sebagai oli mahal. Sedangkan strategi distribusi adalah memastikan setiap oli tersedia di oli dan bengkel, membina hubungan yang baik dengan dealer mobil dan bengkel sehingga terjalin kerjasama yang menguntungkan dimana dealer dan bengkel dapat bertindak lebih proaktif dalam menjaring customer. Terakhir, untuk strategi promosi adalah melalui Word Of Mouth karena terbukti cara ini cukup effisien didalarn memasarkan Caltex Havoline Energy, menjalin partnership dengan para montir, memberikan sample gratis seperti free trial dan melalui komunikasi pemasaran secara terus menerus serta menanamkan citra kualitas oli yang baik dan mutu terjamin dibenak kustomer.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>