Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elywati
"Penelitian ini menggunakan teknik penginderaan jauh dengan tujuan untuk : (1) memetakan daerah budidaya rumput laut yang terinfestasi mikroflora epifit dengan menggunakan data ALOS AVNIR-2 dan spectral signature in situ; (2) memetakan zona potensi retensi menggunakan data AQUA MODIS melalui analisa kesesuaian lahan (site selection) untuk budidaya rumput laut. Metode yang digunakan dalam analisis spektral ALOS AVNIR-2 adalah identifikasi berdasarkan spectral signature in situ yang diolah di MESMA VIPER TOOLS pada ENVI 4.8 dan analisis spasial menggunakan syarat kesesuaian lahan untuk Eucheuma cottonii dengan metode composite dan overlay pada Arcmap 10. Analisis spektral menunjukkan pola pada kanal biru (panjang gelombang 460 nm) reflektasinya sangat rendah, kanal hijau (panjang gelombang 560 nm) reflektasinya sedikit meningkat, kanal merah (panjang gelombang 650 nm) sedikit meningkat sedangkan pada kanal near infrared menunjukkan reflektasi yang cukup tinggi. Pola spectral signature ini menyerupai pola spectral signature Eucheuma cottonii dari Kabupaten Jeneponto (Hendiarti, dkk., 2012) tetapi terdapat sedikit perbedaan yaitu pada spectral signature Eucheuma cottonii terinfestasi memiliki pola yang kurang halus dibandingkan dengan spectral signature Eucheuma cottonii dari Kabupaten Jeneponto. Analisis spektral ALOS AVNIR-2 dapat memetakannya potensi retensi infestasi mikroflora epifit kurang lebih seluas 4,81 ha di Desa Legundi dan 48,345 ha di Desa Sumur. Analisis spasial menunjukkan hasil bahwa di perairan Provinsi Lampung potensi retensi terinfestasi mikroflora epifit ini seluas 3.677.191,34 ha (daerah yang berpotensi), 893.919,40 ha (cukup berpotensi) dan 175.888,44 ha (tidak berpotensi). Apabila dibandingkan dengan kualitas perairan pada tahun 2007 (pada tahun ini produksi sangat tinggi) terjadi peningkatan luasan untuk daerah yang berpotensi.

This study used remote sensing technical, it aims to: (1) mapping the seaweed cultivation areas infested epiphytic microflora using the ALOS AVNIR-2 data and in situ spectral signatures; (2) mapping the area of potential retention through the use of AQUA MODIS data and site selection analysis for seaweed cultivation.The method using spectral analysis of ALOS AVNIR-2 with reference spectral identification derived from in situ spectral signatures processed in MESMA VIPER TOOLS in ENVI 4.8. It also conducted a spatial analysis of land used site selection for Eucheuma cottonii with the overlay method in Arcmap 10. This study showed through in situ spectral signatures measurements obtained the pattern on a blue canal (460 nm wavelength) with very low reflectation, the green canal (560 nm wavelength) slightly increased reflectation, the red canal (wavelength 650 nm) slightly increased, while the band near infrared is showed with high enough reflectation. This spectral signature pattern similar to the pattern of spectral signatures of Eucheuma cottonii Jeneponto (Hendiarti et al, 2012) but there is little difference in the spectral signature of Eucheuma cottonii infested pattern smoother than the spectral signature of Eucheuma cottonii Jeneponto. Spectral analysis of ALOS AVNIR-2 with reference to the spectral signature is mapping Eucheuma cottonii that can more or less infested area of 4.81 ha in the Legundi village and 48.345 ha in the Sumur village. Spatial analysis showed that in Lampung potential retention area infested 3.677.191,34 ha (potentially area), 893,919.40 ha (potentially enough) and 175,888.44 ha (not potential). Compared to the water quality in 2007 (the year of production was very high) occurred the increasing of the extent to potential areas.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daeng Paroka
"Kemampuan Manuver Kapal dengan Sarat Kecil pada Kecepatan Angin Konstan. Gaya dan momen yang ditimbulkan oleh angin dapat mengakibatkan kecepatan operasi kapal berkurang secara drastis, sudut geser yang besar serta sudut kemudi yang besar untuk mempertahankan arah gerak kapal. Kapal dengan sarat yang kecil mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami masalah manuvering tersebut dibandingkan dengan kapal dengan sarat yang besar. Tulisan ini membahas performa manuvering kapal dengan sarat kecil pada kondisi angin dengan kecepatan konstan. Lima perbandingan kecepatan angin dan kecepatan kapal tersebut, yaitu 1,0, 5,0, 10,0, 15,0 dan 20,0 digunakan untuk simulasi. Arah data angin terhadap kapal divariasikan mulai dari 0° sampai 180°. Sudut geser kapal bertambah besar dengan bertambahnya kecepatan angin. Arah angin juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sudut geser khususnya pada sudut datang angin lebih kecil dari 140°. Fenomena yang sama terjadi pada kasus sudut kemudi. Sudut kemudi yang diperlukan untuk mempertahankan arah gerak kapal maksimum terjadi pada sudut datang angin 60° untuk perbandingan kecepatan angin dan kecepatan kapal (v/c) sama dengan atau lebih besar dari 20.0.

Wind force and moment may force a ship to drastically decrease its speed and use a large drift angle as well as a large rudder angle in order to maintain its course. Ships with a small draught might have more risk in maneuvering to its point of view compared with a ship with a larger draught. This paper discusses maneuverability of a ship with a small draught in steady wind. The effect of wind on ship speed, drift angle, and rudder angle are investigated in a steady state condition. Five different ratios of wind velocity to ship speed from 1.0 to 20.0 are used in the simulation. The variation in wind direction is examined from 0° to 180°. Results of the numerical simulation show that the wind has a significant effect on the reduction in ship speed with a wind direction less than 100°. The drift angle increases due to increasing wind velocity in the same wind direction. Wind direction also has a significant effect on the drift angle especially when the wind direction is less than 140°. The same phenomenon was found for the rudder angle. The necessary rudder angle is greater than the maximum rudder angle of the ship when the wind direction is 60° with a wind velocity to ship speed ratio of 20 or more."
Universitas Hasanuddin. Faculty of Engineering, 2016
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library