Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fransiskus Alvyanto
"Abstrak Kualitas dan produktivitas merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia industri manufaktur. Selain harus membuat produk yang baik para pelaku industri manufaktur juga dituntut untuk dapat melakukan perbaikan dalam prosesnya, baik menurunkan reject rate maupun cycle time dan juga menurunkan pemakaian bahan baku.
Di PT X terdapat produk glass Channel yang diproduksi mencapai 40.000 pcs per bulannya, dari proses produksi ini terdapat reject yang dihasilkan dari proses produksi 20 pcs perbulannya dengan rasio reject 625 ppm dengan jumlah reject terbesar ada diproses apply grease dengan jumlah rata-rata reject perbulannya 7 pcs dan rasio reject nya 218 ppm.
Dari data tersebut maka diharapkan harus ada perbaikan dari proses ini untuk meningkatkan produktivitas dari proses produksi di PT X ini. Dari hal ini maka tercetus lah ide untuk melakukan perbaikan proses di line apply grease dengan cara membuat automatic apply grease mesin sehingga proses yang dilakukan diline tersebut menjadi lebih baik.

Quality and productivity are inseparable parts manufacturing industry in the world. Apart from having to make good products manufacturing industry players are also required to be able to make improvements in the process, both lower reject rate and cycle time and also reduces the use of raw materials.
In PT X are products manufactured glass Channel reach 40,000 pcs per month, from the production process, there are rejects resulting from the production of 20 pcs per month with 625 ppm reject ratio with the largest number of rejects was processed Apply grease to the average number of monthly reject 7 pcs and reject ratio of its 218 ppm.
From these data it is expected that there should be improvement of this process to increase the productivity of the production in PT X. Fromm this it sparked the ideas is to make process improvements in line apply grease to apply grease to make automatic machine so that the process is carried out line better.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Velianna Christanty
"Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi para investor dalam memutar dananya untuk memperoleh keuntungan. Berinvestasi di bursa saham dalam rangka mencari keuntungan mengakibatkan para investor berusaha menekan faktor-faktor penenentu yang mempengaruhi imbal hasil saham.
Dalam analisis keuangan, kondisi keuangan tidak hanya dilihat pada suatu waktu tertentu, tetapi juga dievaluasi pola dan keterkaitan dari waktu ke waktu. Komposisi dan rasio keuangan digunakan sebagai salah satu pedoman untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan.
Karya akhir ini berisi peneitian yang membahas pengaruh antara analisa laporan keuangan khususnya rasio keuangan terbadap imbal hasil saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta pada periode 1995-1997, 1998-2000, dan 1995-2000.
Data-data yang digunakan adalah Laporan Keuangan dan Laba Rugi per 31 Desember tahun 1995-2000 yang kemudian dihitung rasio-rasio keuangannya, deviden yang dibayarkan tahun 1995-2000 dan harga saham penutupan akhir tahun 1994-2000. Dengari menggunakan penelitian Machlbedz (1994) sebagai acuan penentuan rasio keuangan maka dipilih kategori raslo keuangan bagi perusahaan besar, karena diasumsikan bahwa pemisahaan yang sudah mencatatkan sahamnya di pasar modal merupakan perusahaan yang tergolong besar dan berdiri sejak kurun waktu yang cukup lama. Terdapat sembilan belas rasio keuangan yang dipergunakan dalam penelitian termasuk salah satu diantaranya adalah rasio EPS yang merupakan variabel yang signifikan pada penelitian sebelumnya (tahun 1994-1997) yang dilakukan oleh Sdr. R. Riza Rusdianto terlepas dari nilai Durbin Watson test-nya.
Tahap awal dari analisis yang dilakukan adalah dengan meregresikan semua variabel bebas tersebut terhadap imbal hasil saham sesuai dengan periodenya masing-masing. Karena terdapat efek serial correlations maka semua variabel bebas dan terikat tersebut harus ditransformasikan terlebih dahulu dengan menggunakan metode Prais Winsten Transformation untuk menghilangkan efek serial correlation. Setelah diketahui tidak ada efek serial correlations maka untuk memperoleh variabel-variabel yang signifikan terhadap imbal hasil saham pada tingkat a = 0,05 dipergunakan regresi stepwise. Dan sebagai Iangkah terakhir adalah mentransformasi ulang konstanta dan koefisien dan variabel-variabel bebas yang signifikan. Pentransformasian ulang dipergunakan untuk memperoleh persamaan multiregresi yang valid dalam memprediksi imbal hasil saham.
Variabel signifikan yang dihasilkan dari regresi stepwise ini adalah variabel Earnings Per Share (BPS) dan Quick Aktiva/Aktiva Total untuk periode 1995-1997; variabel PER untuk periode 1998-2000; varabel Aktiva Lancar/Sales, PER dan EPS. untuk periode 1995-2000. Semua variabel signifikan tersebut mempunyai probability berkisar antara 0,000 ? 0,032, bebas dari efek serial correlations karena nilai Durbin Watson test berkisar antara 1,757 ?2,074 dan nilai VIF yang mendeteksi tentang ada atau tidaknya multicollinierity juga cukup bagus yaitu berkisar antara 1,000 ? 1,047 jauh dibawah 5.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah rasio keuangan dapat dipergunakan untuk memprediksi imbal hasil saham dimasa yang akan datang walaupun R Square dibawah 50%, Para investor dapat menggunakan rasio keuangan terutama EPS dan PER sebagai salah satu alat untuk mendukung pengambilan keputusan investasi di BEJ pada saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan bagi para pengusaha harus Iebih melaksanakan efisiensi dalam operasional perusahaannya sehingga memperoleh positif earnings yang dapat dipergunakan untuk menutup semua kewajiban-kewajibannya dan meningkatkan performancenya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wellyanto Herry Kuswantono
"ABSTRAK
Karya akhir yang berjudul Peningkatan Pangsa Pasar Melalui Strategi Pemasaran Komponen Bangunan: Studi Kasus Pada PT Bakrie Building Industries, Jakarta dapat diikhtisarkan sebagai berikut.
Pada akhir tahun 1971 James Hardie, investor dan Australia, bersama dengan investor dalam negeri, yaitu Tandiono Manoe dan Santoso Harsokusumo, mengambil alih PT Kriya Jaya, suatu perusahaan asbes semen milik pemerintah Daerah DKI yang terletak di Kebayoran Lama, dan kemudian mengubah namanya menjadi PT Hartlex Asbes Semen (HAS). Selanjutnya, pada tahun 1973 investor yang sama mendirikan pabrik asbes semen di Jalan Daan Mogot, Tangerang dengan nama PT James Hardie Indonesia (JHI). Pabrik ini mulai berproduksi pada tahun 1976. Pada akhir tahun 1984 pabrik dan karvawan dan RAS dipindahkan ke JHI.
Pada tanggal 30 November 1985 seluruh saham IHI dijual kepada PT Bakrie & Brothers (BB). Pada tanggal 7 Januari 1988 dilakukan perubahan nama perusahaan PT James Hardie Indonesia (JHI) menjadi PT Jaya Harfiex Indonesia (JHI). Pada tanggal 5 April 1991 nama perusahaan diubah menjadi PT Bakrie Building Industries (PT BBI), berdasarkan akta dan Notaris Muhani Salim, S.H., Nomor 24 tanggal 5 April 1991, dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Rl Nomor C2-2715 HT.01.04.Th.91 tanggal 3 Juil 1991.
PT BBI memproduksi berbagai jenis produk asbes semen dan arcon panel (architecture concrete panel). Produk asbes semen, adalah asbes gelombang besar dan kecil, asbes rata, sirap asbes, plafonarium, haiflex prima, septick tank-harflex, AC pipe (asbes cement pipe) untuk saluran air minum, drainase, saluran pengairan, saluran tambak udang, dan komponen bangunan lainnya.
Posisi terakhir permodalan perusahaan adalah sebanyak 21.677 lembar saham milik PT Bakrie & Brothers @ Rp 500.000,00 dengan total sebesar Rp 10.838.500.000,00. Kepengurusan perusahaan pada saat ini adalah sebagai berikut.
Direktur : Joseph W. Inkiriwang
Komisaris Utama : Hamizar Hamid
Komisaris : Rizal Irwan
Misi korporat yang pertama adalah penumbuhan dan pengembangan grup ke sektor pertanian, industri, dan informasi. Kedua adalah penyediaan lapangan kerja sebanyak 25.000 orang pada tahun 2000. Berkenaan dengan itu, misi PT BBI mendukung misi korporat, yakni pertama, menjadikan PT BBI sebagai Unit Usaha Strategis (SBU) untuk pengembangan building product. Kedua adalah memberikan kontribusi penyediaan lapangan pekerjaan sebanyak 200 orang.
Analisis terhadap Lingkungan Usaha PT BBI.
Usaha yang berpengaruh terhadap usaba PT BBI terbagi dua, yaitu lingkungan makro yang terdiri atas demografi, teknologi, ekonomi, pemerintah, politik dan sosial- budaya serta lingkungan mikro, yang meliputi publik, pesaing, pemasok, jaringan distribusi, dan pembeli.
Analisis internal PT BBI dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan kinerja perusahaan dengan memperlihatkan kekuatan (strength) dan prestasi atas pekerjaan yang telah dicapai. PT BBI telah melakukan analisis kekuatan (strengthness) dan analisis kelemahan (weakness) yang dicantumkan dalam rencana operasi (operadonal plan); sedangkan prestasi kerjanya antara lain, berupa proyek yang dicantumkan dalam laporan manajemen.
Analisis terhadap industri asbes semen. Di dalam industri asbes semen, PT BBI menduduki posisi ke dua dengan pangsa pasar sebesar 25 % setelah Djabesmen yang menduduki posisi pertama dengan pangsa pasar sebesar 50 %. Dalam industri ini ada empat perusahaan besar yaitu Djabesmen, Bakrie Building Industries, Etemit (resik, dan Atrisco. Kesemuanya itu bernaung dalam asosiasi asbes semen FICMA (Fibre Cement Manufacturer Association) Terhadap kondisi perusahaan perlu dilakukan analisis kekuatan (strengthnes), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peluang yang dapat diraih serta ancaman yang dapat dihindari atau diminimalisasi berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang ada dalam faktor produksi perusahaan.
Pemangsaan pasar dan target pasar. Langkah yang dilakukan meliputi pemangsaan pasar dengan cara memilah pasar menurut golongan pendapatan (lower, middle dan upper), besar bangunan (proyek dan perorangan), saluran distribusi (toko dan penyedia barang), pelaksana pembangunan (Perum Perumnas, developer dan Real Estate Indónesia) serta tujuan (lokal dan ekspor). Kemudian ditentukan target pasar, yaitu untuk produk ashes semen yang ditujukan kepada golongan kelas menengah kebawah (lower-middle), sedangkan arcon panel ditujukan kepada golongan kelas menengah keatas (middle-upper).
Dalam pemposisian produk, PT BBI akan mengarah kepada produk berkualitas tinggi (high-quality pro duct). Berdasarkan analisis-analisis di atas, PT BBI akan memilih Grand Strategy Concentric Diversification, maksudnya adalah perusahaan memfokuskan usahanya pada industri komponen bangunan dengan diversifikasi tidak hanya pada produk yang menggunakan bahan baku asbes semen, tetapi juga pada produk semen dan kayu (cement and wood base).
Program pemasaran yang dilakukan PT BBI adalah program penjualan produk, program rancang bangun dan rekayasa, program subkontrak, dan manajemen proyek.
Strategi fungsional bagi pemasaran produk adalah bauran pemasaran (marketing mix) yang meliputi strategi produk strategi saluran distribusi, promosi penjualan, strategi advertensi, dan strategi harga. Organisasi departemen pemasaran PT BBI masih belum mendukung operasional departemen tersebut karena beberapa kelemahan, antara lain, belum ada subbagian departemen yang menangani permintaan produk yang disenangi pelanggan, belum dilaksanakan riset pemasaran dan market intelligence. Adapun tugas yang telah dilaksanakan adalah melayani penjualan produk secara sistem.
Evaluasi dan pengendalian pemasaran dilakukan melalui pengendalian rencana tahunan (annual plan control), pengendalian profitabilitas (profitability control), pengendahan efisiensi (efficiency control), dan pengendalian strategis (strategic control). Upaya meningkatkan pangsa pasar yang perlu diperhatikan adalah keunggulan produk, harga yang relatif murah, pelayanan yang baik dan ketepatan"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Makindo
"ABSTRAK
Berkembangnya teknologi dan perekonomian dunia dapat mengubah pola hidup masyarakat dan konsentrasi suatu jenis industri. Industri manufaktur kontainer termasuk salah satu jenis industri yang mengalami perubahan tersebut, diinana bermula dari Amerika Serikat, kemudian beralih ke Eropa, Asia Timur dan pada akhir dekade 1980-an berpindah ke Asia Tenggara.
Gejolak industri dan lingkungan sekitarnya dapat rnernpengaruhi perkenibangan industri manufaktur kontainer itu sendiri. Sejak masuk ke regional Asia Tenggara, gejolak lingkungan industri manufaktur kontainer terasa sangat fluktuatif, sehingga dalam kurun waktu kurang lebih setengah dekade telah memaksa beberapa perusahaan dalaiu industri ini untuk menutup usahanya.
PT ASPEC sebagai salah satu produsen kontainer berhadapan pada suatu kondisi untuk menentukan langkah langkah strategis yang harus diarnbil untuk menghadapi perubahan lingkungan inclustri tersebut, mulai dan yang bersifat placid sampai turbulen. Ada dua pilihan alternatif strategis yang dapat diambil, yaitu sebagai pembuat Konstruksi Baja Modular urituk keperluan perumahan atau inembuat Super Structure untuk keperluan industri otomotif medium to heavy duty.
Metoda QSPM dan AHP digunakan dalam melakukan analisis permasalahan yang ada. Hasil analisis menunjukkan bahwa PT ASPEC harus beralih produksi membuat Super Structure untuk keperluan industri otomotif mediunm to heavy duty."
1996
T4518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmy Fauzan Akbar
"Distribution Requirement Planning atau DRP adalah metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi, berfungsi untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengisi kembali penyimpanan pada pusat distribusi. Permasalahan distribusi di perusahaan produsen baja ini muncul akibat tidak meratanya alokasi produk yang akan dikirimkan kepada setiap konsumennya yang disebabkan oleh belum adanya sistem penjadwalan pemenuhan kebutuhan yang menyebabkan perusahaan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan jika permintaan berfluktuasi di tengah periode. Permasalahan yang terjadi pada perusahaan ini menunjukkan bahwa sistem distribusi di perusahaan ini belum memiliki sistem pendistribusian yang terintegrasi sehingga dalam operasinya dapat memenuhi seluruh permintaan pada setiap periodenya dan mendapatkan keuntungan yang optimal. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah pada studi kasus ini adalah DRP, dengan tahapan yang pertama meramalkan permintaan untuk enam periode ke depan dengan metode winter adalah hasil yang memiliki error paling kecil. Dilanjutkan dengan menentukan besaran lot sizing dengan hasil metode LFL dan LUC dapat memenuhi permintaan pada periode forecast (Bulan Januari-Juni 2022) dan menghasilkan total biaya paling minimal sebesar Rp1,185,086,296 dengan rincian tidak adanya biaya penyimpanan dan seluruh permintaan terpenuhi. Penerapan metode LFL dan LUC pada data aktual membuat penurunan biaya total sebesar Rp210,454,175.35 atau sekitar 20%. Dengan menerapkan DRP, permintaan konsumen di tiap bulannya dapat terpenuhi.

Distribution Requirement Planning or DRP is a method to handle the procurement of inventory in a distribution network, serves to determine the needs to replenish storage at the distribution center. Distribution problems in steel producing companies arise due to the unequal allocation of products that will be sent to each customer due to the absence of a scheduling system for meeting needs which makes it difficult for companies to meet needs if demand fluctuates in the middle of the period. The problems that occur in this company indicate that the distribution system in this company does not yet have an integrated distribution system so that in its operation it can meet all requests in each period and get optimal profits. The method used to solve the problem in this case study is DRP, with the first stage forecasting demand for the next six periods using the winter method, which is the result that has the smallest error. Followed by determining the amount of lot sizing with the results of the LFL and LUC methods that can meet demand in the forecast period (January-June 2022) and produce a minimum total cost of Rp1,185,086,296 with details of no storage costs and all requests are fulfilled. The application of the LFL and LUC methods to the actual data resulted in a decrease in the total cost of Rp. 210,454,175.35 or about 20%. By implementing DRP, monthly consumer demands can be met."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Imakulata
"Penelitian ini dilakukan terhadap data keuangan tahun 2007 2011 bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara rasio kontribusi penjualan terhadap pajak penghasilan badan CTTOR dan rasio profitabilitas para perusahaan di industri manufaktur Penelitian ini juga ingin menunjukkan apakah ada perbedaan signifikan antara rasio kinerja operasional para perusahaan di industri manufaktur dan rasio benchmarking yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pajak Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif signifikan antara CTTOR dan rasio profitabilitas Perbedaan antara rasio kinerja keuangan perusahaan dan rasio benchmarking menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan mengindikasi bahwa sampel memiliki kinerja operasional yang wajar sesuai pajak.

This research are based on financial information on year 2007 2011 its purpose is to explain relationship between sales contribution to income taxes ratio and profitability ratios for companies in manufacture industry This research also purposed to show whether there are significance difference between companies in manufacturer industry's operational performance ratios and benchmarking ratios which released by Direktorat Jenderal Pajak Result of this research show that there are significant positive corrrelation between CTTOR and profitability ratios There are no significant difference between companies' operational performance ratios and benchmarking ratios which indicate that sample companies have had standard operational performance that match taxation standards manufacturer industry benchmarking ratios income taxes operational performance ratios profitability ratios."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priska Bachtiar
"Di dalam transaksi bisnis, produsen biasanya adalah pihak yang lebih kuat dimana konsumen adalah pihak yang lebih lemah. Hal ini dikarenakan kenyataan bahwa produsen memiliki pengetahuan dan kekuasaan lebih banyak atas produk yang diproduksinya dibandingkan konsumen. Atas dasar fakta tersebut, konsumen memerlukan perlindungan yang memadai. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatur bahwa produsen harus bertanggungjawab atas segala kerugian yang diderita konsumen sebagai akibat dari mengkonsumsi produk yang telah dibelinya dari produsen. Tanggung jawab itu dinamakan tanggung jawab produk (product liability).
Thesis ini menyoroti perihal klausula baku yang biasanya digunakan oleh produsen yang merupakan badan hukum, khususnya perseroan terbatas dalam menjual produk-produknya. Secara spesifik, analisis terhadap permasalahan ini berhubungan dengan tanggung jawab produk dari perusahaan produsen tersebut, dalam kaitannya dengan pertanggungjawaban terbatas dari pemegang saham dan direksi, dan penggunaan klausula baku sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.
Bahanbahan untuk penelitian ini dikumpulkan melalui sumber kepustakaan, menggunakan metodologi penelitian hukum dengan tujuan menemukan hukum objektif pada awalnya, untuk kemudian diikuti dengan menemukan hukum subjektif dalam prosesnya. Hukum subjektif ini akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan hukum normatif. Sebagai tambahan, penelitian ini juga menggunakan analisis kualitatif karena tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menguji kualitas dari substansi hukum normatif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tanggung jawab produk dari produsen?perseroan terbatas memiliki sifat terbatas sehingga konsumen harus cerdik dalam menjamin ganti kerugian yang bisa diperolehnya dari semua kerugian yang dideritanya sebagai akibat mengkonsumsi produk yang telah dibelinya dari produsen. Juga dapat disimpulkan bahwa peraturan-peraturan tentang klausula baku di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 masih perlu diperiksa dan ditinjau ulang, khususnya, yang berkaitan dengan prinsip misbruik van omstandigheden, dan korelasi antara pencantuman klausula baku tersebut dengan syaratsyarat sahnya perjanjian. Juga diperlukan pengamatan lebih jelas akan beberapa kondisi dalam pertanggungjawaban direksi perseroan terbatas, dalam artian kajian ulang akan seberapa kuat perlindungan hukum yang diberikan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terhadap hartanya mempengaruhi tanggung jawabnya terhadap pihak ketiga dan tanggung jawabnya sebagai direksi terhadap status perlindungan harta pemegang saham yang terbatas.

In a business transaction, the producer is normally the stronger party while the consumer is the weaker one. This is due to the fact that the producer has more knowledge and power over his products compared to the consumer. For this reason, the consumer needs protection. Law Number 8 Year 1999 concerning Consumer Protection provides that a producer shall be liable to any damages suffered by a consumer as the result of consuming the product he has bought from the producer. That liability is called product liability. And the focus of this thesis is on the product liability of standard clauses by legal entity producer, particularly limited liability company in regards to its board of directors as a representative party.
This thesis focuses on the standard clauses which are normally used by a limited liability company producer in selling its products. Specifically, the analysis relates to the product liability of such company producer, the extent of such liability vis-à-vis the limited liability of its shareholders and board of directors, and the use of standard clauses as provided in Law Number 8 Year 1999.
Materials for this study are collected by means of literature technique, using normative law research methodology for purposes of finding the objective law first, and then, from the relevant legal issues found in that process, finding the subjective law. This subjective law is subsequently analyzed by using legal science approaches, namely statute approach and principle approach. In addition, a qualitative analysis is also made because the target of this study is to test the quality of the legal norm substance.
The study reveals that the product liability is absorbed by the liability of the company which is limited in nature to the effect that the consumer needs to be smart enough to ensure that he would get the indemnity for any damages he has suffered from the product. It can also be concluded that the provisions on standard clauses in Law Number 8 Year 1999 need to be reviewed and revised, particularly, regarding misbruik van omstandigheden and the effect of the use of such standard clauses on the conditions for validity of a contract. As to the liability of the board of directors, it also needs to be reviewed in order to know how effective the legal protection granted to it by Law Number 40 Year 2007 concerning Limited Liability Company affects its liability to third parties and the limited liability of the shareholders of the company.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T29239
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library