Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Abidin
Abstrak :
Manggis merupakan buah yang banyak ditemukan di daerah tropis, dan sudah lama buah ini menjadi pilihan untuk dikonsumsi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa buah ini memiliki banyak kandungan vitamin dan juga antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh manusia.Pada studi eksperimen ini digunakan ekstrak kulit buah manggis serta bakteri Acinetobacter baumanii.Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis untuk bakteritersebut. Metode: Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah metode sumuran. Antibiotik serta ekstrak kulit buah manggis dipipetkan pada setiap sumuran dalam satu medium agar yang berbeda, dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-72 jam. Zona hambat bakteri uji diukur dengan mengukur daerah yang bening di sekitar sumuran. Hasil: Melalui uji Kruskal Wallis didapatkan hasil nilai p= 0,000 yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada data-data tersebut. Dari uji Mann Whitney diperoleh hasil perbandingan antara tetrasiklin dengan aquades dan ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai pengenceran memiliki perbedaan bermakna dengan nilai p < 0,05. Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa secara statistik ekstrak kulit buah manggis tidak memiliki aktivitas antibakteri. Data ini sesuai dengan hasil percobaan yang menunjukkan tidak terbentuknya zona hambat pada agar yang diberi ekstrak kulit buah manggis. ......Mangosteen is a fruit that is found in the tropics area, and has long been a choice of fruit for consumption, some studies have shown that this fruit has alot of vitamins and also antioxidants that are beneficial for human. In the experimental study of the use of mangosteen peel extract and Acinetobacter baumannii. The goal is to determine whether there is the antibacterial activity of mangosteen peel extracts for bacteria. Methods: The method used to test the antibacterial activity is a method of diffusion. Antibiotics and mangosteen peel extract included in any medium in a different order, with different concentrations. Then incubated at 37 ° C for 24-72 hours. Bacterial inhibition zone test is measured by measuring the clear areas around sinks. Results: Through the Kruskal Wallis test showed p=0.000 which proves that there are significant differences in the data. Mann Whitney test obtained from the comparison between tetracycline with distilled water and mangosteen peel extracts in differentdilutions havesignificant differences with p<0.05. Discussion: The conclution that mangosteen peel extract has no antibacterial activity. The data are consistent with the results of experiments that showed no inhibition zone formation at a given order of mangosteen peel extracts.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhiyasa Darojatun
Abstrak :
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme berupa hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Salah satu terapi untuk menurunkan hiperglikemia postprandial adalah penghambat aktivitas α-glukosidase yang dapat menghambat pelepasan glukosa dari disakarida sehingga memperlambat penyerapan karbohidrat di saluran usus. Penelitian terdahulu telah dilaporkan bahwa ekstrak etanol 80% daun manggis hutan (Garcinia daedalanthera Pierre) memiliki aktivitas penghambatan yang kuat terhadap α-glukosidase. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh fraksi teraktif dan mengetahui golongan senyawa kimia dari fraksi tersebut. Ekstraksi dilakukan dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol 80%. Ekstrak kemudian dipartisi menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Pengujian aktivitas antidiabetes dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol daun manggis hutan menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 405 nm. Fraksi etil asetat memiliki aktivitas penghambatan terkuat dengan nilai IC50 128,81 μg/mL dengan mekanisme penghambatan secara kompetitif terhadap α-glukosidase. Golongan senyawa kimia yang terdapat dalam fraksi etil asetat daun manggis hutan adalah senyawa flavonoid, tanin, fenol, dan gula sebagai glikon dari glikosida. ......Diabetes mellitus (DM) is a hyperglycemia condition which is related to fat, carbohydrate, and protein metabolism. α-Glucosidase inhibitor is one of the diabetes mellitus therapy which delays the releasing of glucose from disaccharides, so the absorption of carbohydrate in gastrointestinal tract delayed. The previous research showed that the ethanolic extract of manggis hutan (Garcinia daedalanthera Pierre) leaves had a good inhibitory activity to α-glucosidase. This research aims to get the most active fraction and to know what phytochemical compounds within. Reflux was used as the extraction method by using 80% ethanol as the solvent. The fluid extract of ethanol was then partitioned using the following solvents: n-hexane, ethyl acetate, and methanol. The antidiabetic activity of each fraction of manggis hutan leaves was determined by using a microplate reader instrument at 405 nm wavelenght. The ethyl acetate fraction had the strongest inhibitory activity among others, which had the IC50 value 128,81 μg/mL as a competitive inhibitor to α-glucosidase. Phytochemical screening of ethyl acetate fraction showed that flavonoids, tannins, phenols, and sugars as a glycon subtituent were contained.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Kurniawan
Abstrak :
Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) sebagai pelarut dalam ekstraksi senyawa bioaktif dapat menggantikan pelarut organik konvensional yang bersifat toksik bagi lingkungan dan kesehatan. NADES memiliki volatilitas yang dapat diabaikan pada suhu ruang, solubilitas tinggi, toksisitas rendah dan bersifat biodegradable. Pada penelitian ini, kemampuan NADES dalam mengekstraksi -mangostin dari kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dievaluasi. NADES dibuat dari campuran antara betain dengan donor ikatan hidrogen dari berbagai jenis alkohol dalam berbagai variasi rasio molar. Pada NADES dilakukan analisa struktur kimia, uji polaritas, uji viskositas, dan uji perilaku termal, untuk mengetahui karakteristik fisis dan kimianya. Ekstraksi dilakukan dengan metode pengadukan pada suhu ruang. Kuantitas hasil ekstraksi dianalisa dengan high performance liquid chromatography. Hasil ekstraksi α-mangostin menggunakan NADES berbasis betain dengan 1,4-butanediol (rasio molar 1:3) serta 1,2-propanediol (rasio molar 1:3) mencapai 3,07% massa dan 3,02% massa, lebih tinggi dibandingkan hasil ekstraksi α-mangostin dengan pelarut etanol yakni 2,99% massa. Penelitian ini memperlihatkan potensi yang bagus dari NADES sebagai pelarut alternatif untuk mengekstraksi berbagai senyawa bioaktif dari alam. ......Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) as an extraction solvent of bioactive compounds can replace the conventional organic solvents which are toxic for environment and human health. NADES has a negligible volatility at room temperature, high solubility, and low toxicity. In this research, the ability of NADES to extract α-mangosteen from the mangosteen (Garcinia mangostana L.) pericarp is evaluated. NADES is made from a mixture of betaine with hydrogen bond donors of some types of alcohols, and in some varieties of molar ratios. There are chemical structure analysis, polarity test, viscosity test, and thermal behavior test, to determine the physical and chemical characteristics of NADES. The extraction method used is shaking method at room temperature. The quantities of extraction yield were tested by using high performance liquid chromatography. The extraction yield of α-mangosteen using betain based NADES with 1,4-butanediol (1:3 molar ratio) and 1,2-propanediol (1:3 molar ratio) give 3,07% mass and 3,02% mass, higher than the extraction yield of α-mangosteen using ethanol, 2,99% mass. This research shows a good potential of NADES as an alternative solvent for extraction of bioactive compounds from nature.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Hasanah
Abstrak :
Senyawa bioaktif dari kulit manggis yaitu mangostin berpotensi pencegah kanker, mangostin mampu menghambat pembentukan senyawa pencetus kanker usus besar. Masyarakat Indonesia telah banyak mengolah kulit manggis ini secara langsung yaitu menjadi minuman segar dengan cara di jus atau diseduh. Namun untuk mendapatkan kandungan senyawa mangostin yang lebih tinggi perlu dilakukan ekstraksi. Fraksinasi menggunakan etil asetat telah diteliti merupakan fraksi yang mengandung mangostin tertinggi disbanding pelarut etanol dan butanol. Fraksi etil-asetat ekstrak kulit manggis (F002) ini nantinya akan menjadi bahan aktif obat kanker kolon yang di enkapsulasi menggunakan biopolimer kitosan-alginat. Kegunaan ekstrak yang terjerap dalam sediaan mikropartikel biopolimer kitosan-alginat adalah untuk meningkatkan kerja senyawa bioaktif yaitu dengan sistem pelepasan obat yang terkendali. Pelepasan ekstrak bioaktif mangostin terjerap dalam sediaan mikropartikel dilakukan pada dalam media fluida sintetik yang meniru cairan dalam sistem pencernaan. Hasil analisa kandungan senyawa mangostin menggunakan spektrofotometer UV dan analisa aktivitas sitotoksistas menggunakan uji Brine Shrimp Test (BST). Dari hasil berbagai olahan jus kulit manggis didapat metode terbaik pengolahan dimana menghasilkan kandungan senyawa mangostin tertinggi dan aktivitas sitotoksistas terbaik yaitu dengan cara direbus dan kemudian di blender. Untuk senyawa mangostin dari fraksi F002 dibandingkan antara sebelum dan setelah enkapsulasi dari hasil rilis dalam media fluida sintetik. Dari hasil rilis didapatkan bahwa enkapsulasi tidak berpengaruh terhadap kandungan dan sitotoksisitas senyawa mangostin sehingga sediaan dalam mikropartikel dapat dikembangkan menjadi sistem pelepasan obat yang terkendali. ......Bioactive compound from mangosteen pericarp namely mangostin can be obtained from various kind of process such as juice or tea. The main purpose of this research is to observe antiproliferative (inhibition of cancer cell growth) of mangostin bioactive compound from mangosteen pericarp in chitosan-alginate preparation. Extract in chitosan-alginate preparation improve performance of bioactive compound by controlling the drug release in gastrointestinal tract, until reaching colon. Mangostin bioactive compound in chitosan-alginate preparation will be observed and tested in synthetic fluid, which is made alike gastrointestinal tract fluid. In vitro cytotoxicity test of mangostin bioactive compound in synthetic gastrointestinal tract fluid is using Brine Shrimp Test (BST). The best method of processing fresh mangostin pericarp is by boiling and blend it. It result the highest mangostin bioactive. Result of comparison between mangostin compound before and after in microparticle chitosan-alginate is there is no effect to cytotoxity activity. So Sequential in vitro release study demonstrated that controlled release of mangostin-loaded microparticles were achievable which lead to potential application in gastrointestinal delivery for anticancer therapy purpose.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Paramawidya Kirana
Abstrak :
ABSTRAK
Nanoemulsi memiliki peran penting dalam industri kosmetik, farmasi, dan makanan, seperti untuk mengenkapsulasi senyawa bioaktif yang berkhasiat terhadap kesehatan. Salah satu senyawa bioaktif yang bersifat lipofilik dan memiliki solubilitas rendah dalam air adalah mangostin. Mangostin merupakan turunan xanthones yang terkandung pada kulit manggis Garcinia mangostana L. dengan sifat antioksidan, antibakteri, hingga kemopreventif yang baik. Untuk memaksimalkan aplikasi mangostin, maka dibuatlah dalam suatu sistem nanoemulsi, yang berperan sebagai penghantar senyawa bioaktif. Dalam penelitian ini, sediaan nanoemulsi dengan ekstrak mangostin dipreparasi dengan metode energi tinggi ET high shear stirring dan energi rendah ER emulsifikasi spontan yang bertujuan untuk aplikasi topikal. Nanoemulsi yang stabil tercapai saat rasio massa minyak-air-surfaktan adalah 1: 1,42: 6,34 untuk metode energi tinggi dan rendah, serta 1: 2,28: 4,03 untuk metode energi tinggi dan 1: 1,42: 6,34 untuk metode energi rendah dengan penambahan 0,1 xanthan gum. Sampel yang dipreparasi dengan kedua metode tersebut memiliki estimasi stabilitas sebesar 46,7 ndash; 93 , atau kurang dari 1 tahun setelah uji akselerasi. Selain itu, sampel nanoemulsi memiliki ukuran droplet yang berkisar antara 220 ndash; 353nm serta dan efisiensi enkapsulasi mangostin antara 42 ndash; 57 . Untuk aplikasi topikal, pengamatan dilakukan dengan sel difusi Franz untuk mengamati kemampuan sediaan emulsi mempenetrasi lapisan kulit. Hasil menunjukkan bahwa sampel emulsi ET dan ER dengan penambahan xanthan gum memiliki laju dan jumlah mangostin terpenetrasi yang paling tinggi.
ABSTRACT
Nanoemulsions have an important role in cosmetics, pharmaceutical, and food industries, especially for encapsulating bioactive compounds for wellness. An example of a lipophilic bioactive compound with low water solubility is mangostin. Mangostins are derivatives of xanthones, which are isolated from mangosteen rind Garcinia mangostana L. that shows good antioxidant, antibacterial, and chemopreventive properties. To maximize the applications of mangostins, a nanoemulsion acting as a bioactive carrier was made to encapsulate mangotsins. In this research, nanoemulsions containing mangostin extract was prepared by high energy HE method using high shear stirring and low energy LE method using spontaneous emulsification for topical applications. Stable nanoemulsions were obtained when the oil surfactant water mass ratios are 1 1,42 6,34 for high and low energy method as well as 1 2,28 4,03 for high energy method and 1 1,42 6,34 for low energy method, both added with 0,1 xanthan gum. Samples prepared with both methods have an estimated stability of 46,7 ndash 93 , or less than 1 year after evaluated by accelerated stability testing. Moreover, nanoemulsion samples have droplet size between 220 ndash 353nm and encapsulating efficiency between 42 ndash 57 . For topical applications, observations of nanoemulsions rsquo ability to penetrate the skin membrane were performed with Franz diffusion cell. The results show that emulsions prepared with HE and LE method containing xanthan gum have the highest cumulative penetration and flux rates of mangostin.
2017
S68139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firliani Manthia
Abstrak :
Karakterisasi fisika kimia dilakukan pada matriks hasil freeze drying yang dimuati senyawa bioaktif ?-mangostin berbasis kitosan-alginat-pektin sebagai formulasi lepas lambat untuk pengobatan kanker usus besar. ?-mangostin yang bersifat hidrofobik dilarutkan dalam pelarut eutektik alami yang terdiri dari komponen penerima ikatan hidrogen kolin klorida dan pendonor ikatan hidrogen 1,2 propanediol dengan perbandingan rasio molar 1:5. Berdasarkan hasil karakterisasi spektroskopi infra merah (IR) terjadi interaksi di dalam matriks yaitu antara kitosan-alginat, alginat-pektin, kitosan-?-mangostin maupun kitosan- pelarut eutektik alami, serta ?-mangostin dan pelarut eutektik alami sehingga mempengaruhi pelepasan ?-mangostin pada larutan simulasi. Karakteristik morfologi mikropartikel berdasarkan hasil uji Scanning Electron Microscope (SEM) struktur matriks dengan adanya pelarut eutektik alami menjadi lebih halus menandakan bahwa seluruh senyawa bioaktif terperangkap dan tertanam di dalam jaringan polimer. Sedangkan menurut hasil uji X-Ray Diffraction (XRD) matriks yang diperoleh dari matiks mengandung pelarut eutektik alami menghasilkan struktur yang lebih semi kristalin dibandingkan matriks tanpa pelarut eutektik alami. Menurut hasil uji melalui metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)sterhadap hewan uji Artemia salina bahwa ?-mangostin dan pelarut eutektik alami yang terbentuk di dalam matriks memiliki potensi sebagai zat antikanker ......This research will execute physical and chemical characterization of freeze-dried matrix of bioactive compound based on chitosan-alginat-pectin as sustained release formulations in the drug delivery system targeting colon cancer. ?-mangosteen, which is hydrophobic was dissolved in natural deep eutectic solvent which consists of hydrogen bond acceptor chlorine chloride and hydrogen bond donor 1,2 propanediol component with molar ratio of 1:5. Based on the Infra Red Spectroscophy characterization, interactions were observed within the matrix, especially between chitosan-alginate, alginate-pectin, chitosan- ?-mangostin, and chitosan- natural deep eutectic solvent. These interactions, along with those involving ?-mangostin and natural deep eutectic solvent, were found to influence the release of ?-mangostin in simulated solutions). The Scanning Electron Microscope (SEM) revealed the presence of natural deep eutectic solvent resulted in a smoother matrix structure, indicating the entrapment of bioactive compounds within polymer network. Furthermore, the X-Ray Diffraction (XRD) test showed that the matrix containing natural deep eutectic solvent exhibited a more amorphous. According to results using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) on Artemia salina, ?-mangostin and natural deep eutectic solvent formed in the matrix have potential as anticancer agents.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosalia Mita Ayu Ramadhan
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan dan mengamati karakteristik dari hidrogel yang terbuat dari nanoemulsi ekstrak manggis. Sifat hidrofobik dari bioaktif yang terkandung dalam manggis, yaitu alfa-mangostin, membuatnya tidak cocok untuk diformulasikan langsung menjadi gel. Maka, bioaktif ini diformulasikan menjadi nanoemulsi terlebih dahulu. Kemudian, nanoemulsi O/W yang stabil digabungkan dengan gel base; atau disebut juga dengan hidrogel, yang diperoleh dengan melarutkan xanthan gum ke dalam air, membentuk nanoemulgel. Nanoemulgel diketahui memiliki sifat yang lebih baik dalam aplikasi kulit, penetrasi, dan stabilitas; dan dikonfirmasi melalui penelitian ini. Formulasi nanoemulgel yang mengandung xanthan gum, nanoemulsion, dan phenoxyethanol didapati memiliki warna putih susu, homogen, dan stabil pada kondisi akselerasi; 5 jam sentrifugasi pada 3750 rpm dan siklus suhu pada -10?C dan 25?C, yang setara dengan stabilitas selama satu tahun. Nanoemulgel terbukti memiliki sifat penetrasi ke dalam kulit yang lebih baik dibandingkan dengan nanoemulsi. Dari 3 formulasi, formulasi 1 dengan jumlah xanthan gum yang paling sedikit 1.0 w/w memiliki kemampuan penetrasi yang lebih baik. Aktivitas antibakteri dan antioksidan dari formulasi juga di evaluasi.
ABSTRACT
The objective of this study is to formulate and characterize hydrogel of mangosteen extract nanoemulsion. The hydrophobic nature of the bioactive, namely alpha mangostin, make it unable to be directly formulated into a gel. Thus, it was first formulated into nanoemulsion. This stable O W nanoemulsion was then incorporated with the gel base, which was obtained by dissolving xanthan gum into water, to form a nanoemulgel. Nanomulgel claims to provide better skin application property, penetration, and stability, and was confirmed through this study. The gel formulations containing xanthan gum, nanoemulsion, and phenoxyethanol were white, homogeneous and stable under accelerated conditions 5 hours of centrifugation at 3750 rpm and temperature cycling at 10 C and 25 C, which equals to 1 year stability. Better skin penetration was attained from nanoemulgel formulations compared to nanoemulsion. Out of the three, formulation 1 with the least amount of xanthan gum 1.0 w w , has better penetration ability. Antibacterial and antioxidant activity of the formulation was also evaluated.
2017
S66052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kumala Putri
Abstrak :
Telah diketahui bahwa Garcinia memiliki aktivitas antioksidan, pada penelitian sebelumnya ekstrak n-heksana kulit batang Garcinia bancana Miq. diketahui memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 17,78 g/mL. Pada penelitian ini, untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada bagian lain dari Garcinia bancana Miq. dilakukan. Fraksinasi dari ekstrak n-heksana daun Garcinia bancana Miq. dan didapatkan sebanyak 10 fraksi, dimana fraksi-fraksi tersebut diuji sevara in vitro menggunakan alat spektrofotometer UV Vis dengan menggunakan dua metode dengan menggunakan radikal bebas DPPH 1,1-Diphenil-2-picrilhydrazyl dan FRAP Ferric Reducing Antioxidant Power untuk mendapatkan fraksi teraktif. Dari fraksi teraktif didapatkan nilai IC50 sebesar 36,24 g/mL dengan metode DPPH dan nilai EC50 sebesar 39,54 g/mL dengan metode FRAP. Fraksi teraktif kemudian diidentifikasi dan didapatkan bahwa fraksi teraktif memiliki kandungan terpenoid.
This study aimed to determine whether garcinia have been known to have antioxidant activity. A previous study of the n hexane of Garcinia bancana Miq. bark showed to have antioxidant activity with an IC50 value of 17.78 g mL. In this study, to know antioxidant activity from other part of G. bancana, fractionation was done. From the fractionation of the n hexane extract of G. bancana Miq. leaves were obtained 10 fractions, in which the fractions were tested in vitro using UV Vis spectrophotometer by two methods using free radical namely, DPPH 1,1 Diphenyl 2 picrilhydrazyl and the FRAP Ferric Reducing Antioxidant Power to obtain the most active fraction. From the most active fraction, it was obtained an IC50 value of 36.24 g mL with the DPPH method and EC50 value of 39.54 g mL with the FRAP method. The most active fraction was then identified and was found that it had contaied terpenoid content.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Wanadriani Santosa
Abstrak :
Keterkaitan perdesaan dan perkotaan memunculkan satu konsep pembangunan perdesaan yang dikenal dengan nama pengembangan kawasan agropolitan. Masuknya kawasan agropolitan di perdesaan menawarkan ide dalam pertanian petani. Pada kawasan agropolitan Kampung Cengal, ide ini diwujudkan dalam aturan teknik bertanam secara modern pada manggis dan tata niaga penjualan manggis yang disebut dengan SOP penanaman manggis. Pada kenyataannya, kedua ide tersebut diperkenalkan pada petani yang telah memiliki mekanisme sendiri dalam bertanam manggis dan bertata niaga. Melalui pendekatan kualitiatif yang bersifat deskriptif, penelitian ini bermaksud untuk memahami bagaimana petani melalui budaya bertaninya menghadapi ide dari pengembangan kawasan agropolitan. Hasil penelitian menemukan bahwa petani di Kampung Cengal mempertahankan mekanisme bertanam melalui perwujudan kebun rancagenya sekalipun telah menerima ide teknik bertanam manggis sesuai SOP dan memahami tujuan diperkenalkannya teknik tersebut. Pun demikian halnya dengan tata niaga penjualan manggis, mekanisme melalui tengkulak masih dipertahankan. Prinsip moral merupakan dasar pertimbangan petani untuk mempertahankan kedua hal ini. Sekalipun demikian, bukan berarti ide dalam bertanam manggis secara modern tidak diadopsi oleh petani, karena kenyataan di lapangan menujukkan bahwa teknik bertanam manggis secara modern diadopsi, namun tidak sepenuhnya. ......Rural-Urban linkages brought out one concept of rural development which known as agropolitan area. This concept gave some ideas for peasants' agriculture. From Agropolitan Area of Cengal Village, this ideas shaped into modern planting technique of mangosteens and marketing system of mangosteens which known as SOP Penanaman manggis. The fact is, that ideas has introduced for peasants who have self mechanism of planting and system of marketing, include mangosteens. With qualitative descriptive approach, this research is stand to understanding how peasants with his agriculture face up the ideas from agropolitan. This research found that the peasants in Cengal Village defends with their mechanism which shaped into rancage's garden although accepted modern technique of planting and understood the purpose of this technique. The same things happened to marketing system of mangosteens. The mechanism of market with middleman is defended. Moral is the reason of this behavior which internalized in peasant's rancage. But, it's not means that peasant not really adopting this modern technique. This research found that some of them adopted this modern technique although not overall.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Mangosteen fruit in the village of Belimbing at that time of harvest and the season is very abundant and the price at that time was very low, so farmers often lose money. Therefore, farmers need to be equipped with skills mangosteen fruit post-harvest handling and processing method. Mangosteen fruit contains vitamin C is high at 66.0 mg/100 g of material and also contains antioxidants like xanthon very usefull and good for health. Mangosteen fruit processing training was conducted at Women Farmers Group (KWT) at Duren Taluh, Belimbing of Pupuan district of Tabanan. Number of participants is 35 people. Training was conducted in March 2013 held at the Hall of subak groups Duren Taluh Belimbing. Diversification offood processingin addition toreproducea variety of processed foods that can also extend the shelf life of the product and the type of processing can still be obtained in the off-season. Syrup and Juice products produced in the hamlet vilage Duren Taluh is expected to overcome the problems of post-harvest handling and processing the mangosteen fruit can increase the income of farmers and farming groups of women in Villages of Belimbing of Pupuan district of Tabanan
Badung, Bali : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana ,
371 JPKM
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>