Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutagaol, Surya Dharma
Abstrak :
PT. Garuda Indonesia adalah perusahaan jasa penerbangan nasional milik Negara yang melayani jalur dalam negeri dan internasional dan berdiri sejak 26 Januari 1949 dengan nama Indonesian Airways. Sampai saat ini, Perusahaan telah memiliki beberapa anak perusahaan, yaitu: PT. Aerowisata, PT. Abacus Distribution System Indonesia, PT. Garuda Maintenance Facilities Aero Asia dan PT. Gapura Angkasa. Dan memiliki tiga Strategic Business Unit (SBU), yaitu: Garuda Education Training Education, Garuda Sentra Medika dan Garuda Cargo. Pada tahun 2004, industri penerbangan telah menunjukkan peningkatan permintaan seteiah setelah lama mengalami penurunan yang mengakibatkan kerugian yang dipicu oleh isu keamanan, wabah penyakit. Memasuki tahun 2005, industry penerbangan Indonesia khususnya mengalami goncangan yang cukup kuat, seiring dengan terus meningkatnya harga minyak dunia yang telah tembus U$ 60 per barrel. Dan telah membuat beberapa perusahaan penerbangan Indonesia mengalami kerugian yang cukup besar, beberapa bangkrut dan sebagian terpaksa menjual/ diakuisisi oleh perusahaan lain. Rencana PT. Garuda Indonesia untuk go public ataupun private placement sebagai langkah memperoleh dana segar untuk meningkatkan daya saingnya adalah langkah strategis yang perlu untuk direalisasikan. Penilaian PT. Garuda Indonesia dilakukan dengan pendekatan Free Cash Flow to the Firm. Untuk memperoleh nilai perusahaan, dilakukan proyeksi laporan keuangan perusahaan yang dibuat dengan memperhitungkan kondisi ekonomi makro: pertumbuhan ekonomi inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga, perkembangan industri: menggunakan pendekatan jive forces, dan kinerja perusahaan. Yang dilakukan dalam analisa perusahaan, antara lain: analisa terhadap laporan keuangan, strategi perusahaan dan perhitungan nilai perusahaan. Berdasarkan analisa fundamental yang dilakukan dengan pendekatan Free Cash Flow to the Firm, diperoleh nilai saham perusahaan sebesar Rp. 1.284.284,00 (Nilai Buku Rp. 1.000.000,00). Selanjutnya investor ataupun pihak lain yang berkepentingan dapat membandingkan nilai perusahaan lain yang dapat dijadikan benchmark, baik dari segi PE ratio ataupun PBV untuk dapat menentukan harga wajar yang layak apabila PT. Garuda Indonesia melakukan penawaran saham kepada publik (IPO) ataupun sebagai alat untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Tetapi dengan berjalannya waktu yang selalu diikuti dengan ketidakpastian, dapat menyebabkan proyeksi yang telah dibuat perlu diperbarui karena tidak sesuai dengan yang terjadi.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reagan, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang diperjualbelikan sewaktu-waktu. Instrumen keuangan yang urnurn diperjualbelikan di BEJ adalah saham biasa. Saham merupakan suatu sertiftkat kepemilikan atas perusahaan yang periode kepemilikannya dalam jangka pendek atau jangka panjang tergantung dari pemegang saham.

Pergerakan harga saham tidak dapat diramal secara pasti karena harga saham selalu berfluktuasi setiap hari bahkan setiap detik. Pergerakan harga saham secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal perusahaan dan faktor internal perusahaan. Faktor internal perusahaan salah satunya dapat dilihat melalui perubahan laba perusahaan yang mencerminkan kinerja perusahaan. Hal ini menyebabkan nilai perusahaan menjadi ukuran yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan pembelian suatu saham karena tujuan utama setiap investor adalah mendapatkan keuntungan.

Investor dapat melakukan pengukuran kinerja dari suatu perusahaan guna mengetahui nilai perusahaan yang akan berpengaruh pada harga saham di bursa efek. Pengukuran kinerja perusahaan telah banyak dilakukan baik dengan metode tradisional maupun dengan metode yang baru dikembangkan. Beberapa metode tradisional yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Price to Earning Ratio (PER), Residual Income (RI) dan lain-lain. Tahun 1989, Stern Stewart & Co mengembangkan metode baru guna mengukur kinerja perusahaan yang dinarnakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).

EVA melakukan pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan keaadaan dalam perusahaan, sedangkan MVA telah mengikut sertakan keadaan di luar perusahaan. Ini tercermin dari komponen perhitungan dari MVA yaitu harga saham. Jika harga saham mengalami kenaikan maka nilai MVA juga naik. Sebaliknya, jika harga saham turun maka nilai MVA juga ikut turun. Oleh karena itu, MVA dapat digunakan untuk mencerminkan penilaian investor terhadap suatu perusahaan.

Berdasarkan pemyataan tersebut di atas, penulis ingin mengetahui kinerja perusahaan-perusahaan dan hubungan antara peningkatan atau penurunan kinerja perusahaan dengan peningkatan atau penurunan penilaian investor. Metode perhitungan kinerja yang digunakan penulis adalah metode ROI, EVA dan MV A. Periode waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah sejak tahun 2000 sarnpai dengan tahun 2004. Obyek penelitian dibatasi pada perusahaan-perusahaan yang sudah tercatat di BEJ dan termasuk dalam industri perdagangan eceran selama periode penelitian.

Dasar pemilihan industri ini karena pentingnya sektor perdagangan dalam menunjang perekonomian negara, semakin berkembangnya sektor retail di Indonesia sejak tahun 2000 sejalan dengan langkah strategis pengusaha yang melakukan ekspansi usaha dan juga akibat membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia. Perkembangan ini dapat ditunjukkan dengan banyaknya retail-retail baru baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang berdiri seperti Indomaret, hypermart, giant, clubstore, wallmart dan lain-lain. Selain itu, bisnis ritel memiliki cash flow yang sangat likuid, dimana transaksi sebagian besar dalam bentuk tunai.

Hasil dari perhitungan yang dilakukan oleh penulis dengan metode ROI, EVA dan MVA adalah berdasarkan metode ROI, perusahaan dengan kinerja ROI tertinggi selama lima tahun periode adalab PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Berdasarkan metode EVA, perusahaan dengan kinerja EVA tertinggi pada tahun 2000 dan tahun 2003 adalah PT. Toko Gunung Agung Tbk. Sedangkan pada tahun 2001 dan tahun 2002 adalah PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Selanjutnya pada tahun 2004 adalab PT. Hero Supermarket Tbk. Berdasarkan metode MY A, perusahaan dengan kinerja MV A tertinggi pada tahun 2000 dan tahun 2001 adalah PT. Alfa Retailindo Tbk. Sedangkan pada tahun 2002 dan tahun 2003 adalah PT. Toko Gunung Agung Tbk. Selanjutnya, pada tahun 2004 adalah PT. Ramayana Lestari Sentosa. Basil perhitungan tersebut kemudian dianalisis secara statistik dan basil yang diperoleb dari analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi antara ROI dengan MVA dan tidak adanya korelasi antara EVA dengan MVA.

Pemeringkatan atas kinerja perusahaan pada penelitian ini, dibarapkan dapat memberikan referensi bagi investor yang ingin berinvestasi pada saham perusahaan dalam industry perdagangan ritel dan manajemen perusahaan dalam menilai baik buruknya kinerja suatu perusahaan. Namun, pemeringkatan ini bukan merupakan basil mutlak yang menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang tinggi berarti barga saham perusahaan tersebut akan tinggi. Karena investor juga tetap barus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal lainnya seperti kebijakan politik, kebijakan fiskal dan pajak, regulasi pemerintah, persaingan, kondisi perekonomian dalam negeri dan luar negeri. Dari sisi perusahaan, untuk mengatasi EVA yang negatif manajemen perusahaan dibarapkan dalam melakukan investasi terutama ekspansi gerai bendaknya mempertimbangkan keuntungan ekonomis yang akan didapat sehingga nantinya akan dapat memberikan penambahan kesejahteraan bagi investor.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prilly Iryati, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam berinvestasi investor mengharapkan adanya return dari modal yang telah diinvestasikan. Ada dua sumber return dalam dunia investasi yaitu dividen dan capital gain. Dividen adalah sebagian dari keuntungan usaha pada periode tertentu yang dibayarkan perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Sedangkan capital gain adalah keuntungan yang didapatkan dari penjualan saham pada harga yang lebih tinggi dari harga pembelian sebelumnya.

Berdasarkan teori Perfect Capital Market, Miller dan Modigliani berkesimpulan bahwa pada pasar modal yang sempurna kebijakan dividen yang diambil perusahaan tidak akan mempengaruhi value dari perusahaan dan kekayaan investor. Namun dalam pasar yang tidak sempurna pemilihan kebijakan dividen mempunyai pengaruh pada kekaya:m investor. Oleh karena itu investor menentukan pilihan dalam melakukan investasi.

Dari berbagai perusahaan di berbagai industri, pengaruh pembagian dividen tunai untuk masing-masing industri akan mengakibatkan reaksi yang berbeda dari investor saham. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan karakteristik dari industri-industri tersebut, kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan di masing-masing industri dan pemilihaa tujuan investor yang melakukan investasi di perusahaan tersebut.

Dalam pasar modal Indonesia pengaruh saham-saham yang membagikan dividen tunai terhadap perilaku investor adalah suatu hal yang menarik diamati mengingat kondisi pasar modal di Indonesia yang belum efisien. Perilaku investor dalam penelitian ini dicerminkan oleh frekuensi perdagangan saham suatu perusahaan dalam pasar modal.

Metode logit sebagai salah satu metode statistik untuk melihat probabilitas terjadinya suatu event digunakan untuk menentukan apakah pembagian dividen tunai pada perusahaan dalam industri manufaktur memberikan pengaruh terhadap perilaku investor. Dari data yang diperoleh selama tahun 2000-2004, dilakukan regresi binomial logistic menggunakan program SPSS antara perusahaan dalam industri manufaktur yang membagikan dividen dengan frekuensi transaksi saham perusahaan tersebut di Bursa Efek Jakarta.

Hasil dari pengolahan data menunjukkan bahwa dari industri manufaktur yang diteliti memberikan hasil industri manufaktur tembakau dan farmasi memiliki peluang yang lebih kecil dibanding industri manufaktur lainnya dimana pembagian dividen tunai memiliki pengaruh terhadap perilaku investor. Sedangkan kelompok industri manufaktur makanan dan minuman, consumer goods, produk plastik dan kaca, otomotif dan produk terkait dan lainnya memiliki peluang yang lebih besar dibanding industri manufaktur lainnya bahwa pembagian diviclen tunai memiliki pengaruh terhadap perilaku investor.

Secara keseluruhan industri manufaktur dapat disimpulkan bahwa pembagian dividen tunai memberikan pengaruh negatif terhadap perilaku investor dibandingkan industri lainnya pada tahun 2000, dan 2002-2004. Sedangkan di tahun 2001 pembagian dividen tunai memberikan pengaruh positif terhadap perilaku investor dibandingkan industri lainnya. Secara periode dapat disimpulkan bahwa trend probabilitas berpengaruh atau tidaknya pembagian dividen tunai dibandingkan dengan industri lainnya konsisten selama periode 2000-2004.

Penelitian ini menunjukkan pengaruh positif dan negatif pembagian dividen tunai pada industri manufaktur, untuk itu bagi para investor yang akan melakukan investasi di Bursa Efek Jakarta hendaknya mempertimbangkan aspek-aspek lainnya dalam keputusan berinvestasi misalnya dengan analisis fundamental dari masing-masing perusahaan.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Widjianto, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Krisis moneter yang melanda Indonesia dan negara-negara di Asia mulai pertengahan 1997 menyebabkan turunnya nilai tukar (depresiasi) Rupiah terhadap Dollar A.S. (USD). Krisis moneter ini sangat dasyat dampaknya kepada Indonesia dimana Rupiah mengalami depresiasi sampai 4 kali lipat, dari Rp. 2.500 per-USD menjadi sekitar Rp. 10.000 per USD. (Maret 2001).

Turunnya nilai tukar Rupiah menyebabkan pembayaran tagihan listrik dari PT. PLN kepada produsen listrik swasta menjadi terhambat dan berhenti, karena tagihan dalam mata uang Dollar A.S. sedangkan pemasukkan PT. PLN dalam Rupiah. Hal ini dialami PT. Energi Panas Bumi (PT. EPB) yang memproduksi uap panas bumi untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) milik PT. PLN, dan penjualan listrik dari PLTPB PT. EPB kepada PT. PLN.

Dalam membangun fasilitas sumur panas bumi dan PLTPB, PT. EPB meminjam uang kepada kreditornya sindikasi Bank sebesar USD 250,000,000 yang harus dilunasi selama 10 tahun. Dengan terhambatnya pembayaran tagihan dari PT. PLN, maka PT. EPB mengalami masalah pembayaran hutang dengan kreditornya.

Karya Akhir ini membahas alternatif restrukturisasi hutang PT. EPB kepada kreditornya. Alternatif yang direkomendasikan adalah kombinasi hair cut dan penjadwalan hutang dengan tujuan memberikan waktu kepada PT. EPB untuk melunasi hutang-hutangnya dan menjaga kepentingan kreditor agar uang yang sudah dikeluarkan bisa kembali termasuk bunganya.

Metode yang digunakan adalah pendekatan restrukturisasi hutang yang pernah dilakukan di negara-negara Amerika dan Eropa dengan penyesuaian kondisi industry energi panas bumi di Indonesia.

Hal penting yang dicatat adalah itikad baik dari pihak PT. EPB dan sindikasi perbankan dalam restrukturisasi hutang. Pihak kreditor bahkan berusaha untuk meneruskan proyek panas bumi ini dengan tidak mempailitkan PT. EPB, walaupun menerinia konsekuensi pembayaran hutang yang terlambat.

Area studi ini hanya mencakup restrukturisasi hutang PT. EPB dengan kreditornya dan tanpa melibatkan restrukturisasi PT. EPB dengan PT. PLN sebagai konsumennya. Studi restrukturisasi hutang lebih lanjut akan lebih lengkap dan menyeluruh, jika dilakukan secara integral antara ketiga pihak.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamila
Abstrak :
ABSTRAK
Pada dasamya perusahaan dalam mencari pendanaan untuk membiayai operasionalnya akan mencari cost of debt yang paling efisien. Sebagai perusahaan telekomunikasi yang memiliki akses kepada Pasar Modal Intemasional, Indosat Tbk melalui anak perusahaannya yaitu Indosat Finance B.V. yang berkedudukan di Belanda menerbitkan wesel bayar begaransi yangjatuh tempo pada 2010 sebesar US$300,000,000 pada tingkat bunga 7.75% dibayar semi Annual. Wesel bayar tersebut tercatat di Bursa Efek Luxembourg Stock Exchange and di Singapore Securities Exchange Trading Limited.

Sebagai wajib pajak dalam negeri, Indosat berkewajiban untuk memotong pajak penghasilan atas bunga yang dibayarkan atas Guaranteed Note jatuh tempo pada 2010 tersebut. Penghasilan bunga yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 26 yang tarifnya sebesar 20% atau tarif yang berlaku menurut Petjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).

Oleh kerena itu, Indosat membentuk Indosat B.V. yaitu perusahaan perantara yang ditujukan semata-mata untuk memfasilitasi peminjaman dari pihak ketiga. Dengan membentuk perusahaan tersebut Indosat dapat memperoleh tingkat suku bunga yang lebih menarik bagi investor dan menerapkan tarif P3B antara Indonesia dengan Belanda yaitu sebesar 10%.

Walaupun, dalam P3B tersebut terdapat peluang penghasilan bunga tersebut dipajaki di Belanda yaitu apabila jangka waktu hutang tersebut lebih dari dua tahun, namun karena pelaksanaannya sebagai mana yang terdapat dalam P3B tersebut membutuhkan persetujuan bersama antara pihak yang berwenang di kedua negara, peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan pemerintah tidak ingin kehilangan penghasilan dari pemotongan paj ak penghasilan atas bunga tersebut.

Karena dalam indenture disebutkan bahwa pemegang obligasi menerima penghasilan bunga bersih tanpa dipotong pajak, maka pajak penghasilan tersebut menjadi biaya tambahan bagi Indosat.

Selain dari tambahan biaya dari pajak penghasilan yang ditanggung oleh Indosat tersebut, Indosat juga mengeluarkan biaya-biaya lain seperti biaya hedging, keuntungan atau kerugian dari selisih kurs yang belum terealisasi, dan biaya penerbitan surat hutang tersebut.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Meloin
Abstrak :
Bagi investor, terdapat dua hal yang sering kali menjadi perhatian dalam memutuskan pilihan investasinya, yaitu tingkat pengembalian dan risiko. Bersamaan dengan tingkat pengembalian terdapat risiko yang menyertainya. Beberapa faktor akuntansi keuangan diyakini mempengaruhi risiko sistematis (beta) suatu saham. Beaver et al. (1970) melakukan penelitian penting pertama untuk menghubungkan risiko pasar dengan data akuntansi keuangan. Mereka menemukan adanya hubungan yang signifikan antara perkiraan beta dengan beberapa rasio keuangan seperti dividend payout ratio, pertumbuhan aktiva, financial leverage, lilaiiditas, ukuran aktiva, variabilitas keuntungan, dan beta akuntansi. Perbedaan data akuntansi yang berasal dari berbagai keputusan keuangan perusahaan mungkin memiliki informasi tentang besarnya risiko sistematis suatu saham. Ukuran perusahaan juga ditemukan sebagai faktor penting dalam menentukan besamya risiko sistematis di antara perusahaan. Husnan (1990), Chan dan Chen (1991) memperlihatkan perbedaan tingkat risiko sistematis antara perusahaan kecil dan besar. Berdasarkan kejadian di Indonesia, penelitian ini mencari peran variabel rasio keuangan (NPL, CAR, EPS, dan ROE) dan ukuran perusahaan (total aktiva) dalam menentukan tingkat risiko sistematis saham perbankan dan hubungan antara variable tersebut dalam mempengaruhi risiko sistematis saham perbankan selama periode 2000 - 2004. Sampel yang digunakan sebanyak 21 perusahaan perbankan yang masih terdaftar sampai dengan akhir Desember 2004 dan telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta minimal selama dua tahun. Penelitian ini menggunakan tiga tahap. Tahap pertama adalah menentukan parameter dari tingkat pengembalian saham individual (R) dan tingkat pengembalian pasar (Rm). Data yang digunakan untuk setiap saham adalah harga penutupan mingguan. Tahap kedua adalah menghitung nilai koefisien beta (B) masing-masing saham individual per periode dengan menggunakan perangkat lunak E-views 4.1. Tahap ketiga adalah penggunaan regresi berganda untuk menentukan hubungan antara rasio keuangan dan ukuran perusahaan dengan beta saham. Hasil penelitian menunjukkan variabel rasio keuangan dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mempengaruhi perubahan beta saham secara signifikan pada level 5% untuk model regresi 5 tahunan. Sedangkan jika model regresi dilakukan per tahun maka variabel rasio keuangan dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mulai berpengaruh signifikan terhadap beta saham sejak tahun 2002 dan tidak memiliki pengaruh signifikan pada tahun 2000 dan 2001. Bila sampel diklasifikasikan berdasarkan ukuran perusahaan (total aktiva), diperoleh hasil beta saham perusahaan besar dipengaruhi dengan signifikan oleh rasio keuangan (CAR, ROE) dan ukuran perusahaan (LN_TA). CAR dan LN_TA memiliki pengaruh positif terhadap beta saham, sedangkan ROE memiliki pengaruh negatif. Hubungan LN_TA dengan beta saham sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan hubungan CAR dan ROE terhadap beta saham tidak sesuai dengan harapan. Untuk perusahaan kecil, variabel rasio keuangan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap beta perusahaan. Hal ini menunjukkan rasio keuangan tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi di perusahaan kecil. Dengan kata lain, ada faktor-faktor lain di luar rasio keuangan yang dijadikan dasar dalam berinvestasi di perusahaan kecil. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap beta saham. Rata-rata beta saham perusahaan besar jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata beta saham perusahaan kecil. Hal ini menunjukkan perusahaan besar lebih berisiko dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cipto Firmansyah, Author
Abstrak :
ABSTRAK
PT Medco Energi International Tbk tumbuh dari waktu ke waktu berkat keberhasilannya mengakuisisi perusahaan-perusahaan lokal dan asing di Indonesia. Sampai dengan tahun 2003 Medco mempunyai 15 ladang minyak, dirnana 14 dari ladang minyak tersebut Medco peroleh melalui strategi akuisisi. Pada tahun 2004, Medco berhasil mengakuisisi 100% saham Novus Petroleum Ltd (Australia). Akuisisi ini menarik karena biasanya perusahaan Indonesia yang diakuisisi oleh pihak asing, namun yang terjadi dalam kasus akuisisi ini adalah sebaliknya. Novus adalah perusahaan minyak yang berkonsentrasi di bidang eksplorasi dan produksi rninyak dan gas bumi. Perusahaan ini mengelola 26 blok di tujuh negara, yaitu Indonesia, Australia, Arnerika Serikat, Oman, Uni Emirat Arab, Pakistan dan Filipina.

Karya akhir ini akan membahas analisis strategi akuisisi Novus oleh Medco, yang akan dibagi rnenjadi dua bagian yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Dalam melakukan analisis kualitatif, penulis menganalisis critical value drivers dalam industri migas dan hubungannya dengan strategi akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan migas. Sedangkan dalam analisis kuantitatif, penulis rnelakukan analisis rasio keuangan dan penentuan harga atau nilai akusisi yang wajar.

Berdasarkan hasil analisis kualitatif, di dalam industri migas terdapat beberapa crtical industry drivers yang menyebabkan perubahan, yaitu volatilitas harga minyak bumi, biaya eksplorasi dan produksi serta inovasi teknologi baru. Salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan migas dalam merespon drivers tersebut adalah dengan melakukan akuisisi dan divestasi. Pertumbuhan Medco rnelalui akuisisi ini menghindari tingginya risiko proses eksplorasi yang mernpunyai rasio keberhasilan rendah serta sinergi yang berasal dari kombinasi kompetensi dan jaringan yang kuat di Indonesia dan Asia Tenggara yang dimiliki Medco dengan kompetensi yang dimiliki Novus dalam beroperasi secara global.

Salah satu bagian dalam analisis kuantitatif adalah mengukur beberapa rasio keuangan Novus dari tahun 2000-2003. Beberapa rasio yang diukur adalah profitabilitas, financial leverage, solvabilitas, dan likuiditas. Berdasarkan hasil perhitungan rasio-rasio tersebut, kinerja keuangan Novus mengalami penurunan walaupun sudah mulai terjadi perbaikan pada tahun 2003. Dalam melakukan analisis penentuan nilai akusisi yang wajar, penulis menggunakan tiga metode yaitu metode discounted cash flow (DCF), relative valuation dan nilai transaksi yang dapat diperbandingkan serta dengan metode fair market value of net asset yang perhitungannya dilakukan oleh appraiser. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode-metode tersebut didapatkan nilai saham Novus berkisar antara: A$ 1.69-A$ 4.07.

Di dalam proses pengambilalihan 100% saham Novus, berdasarkan pengkajian secara kuantitatif maupun kualitatif atas protfolio Novus, Medco memutuskan untuk melakukan divestasi terhadap beberapa aset Novus. Analisis terhadap keputusan yang diambil oleh Medco adalah adanya keterbatasan untuk mengelola aset Novus yang sangat besar serta keuntungan yang didapatkan oleh Medco melalui divestasi tersebut. Keuntungan yang didapatkan adalah membagi risiko dalam kepemilikan wilayah kerja di luar negeri, efisiensi biaya, melunasi hutang jangka pendek untuk pembiayaan akuisisi serta premium penjualan sebesar 25%. Namun kerugian Medco dengan melakukan divestasi ini adalah mengurangi jumlah cadangan minyak dan gas bumi yang dimiliki oleh Novus dari 131.1 mmboe menjadi 48.4 mmboe dan terdapatnya potensi kerugian sebesar US $ 45.9 juta apabila ternyata aset yang dijual tersebut mampu menghasilkan sesua1 dengan peramalan jumlah produksi dalam kondisi optimis.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry
Abstrak :
Perusahaan pembiayaan yang merupakan lembaga keuangan non-bank yang keberadaannya dapat dikatakan cukup mempunyai arti penting yaitu sebagai alternative pemberi jasa layanan keuangan (selain bank) kepada masyarakat yang membutuhkan. Akibat krisis ekonomi tahun 1998, banyak perusahaan pembiayaan masuk dalam daftar Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan kemudian tidak sedikit yang pada akhirnya gulung tikar. Bagaimana tidak, karena pada masa sulit tersebut banyak pembiayaan yang macet sehingga banyak perusahaan pembiayaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kepada pihak bank yang memberikan pinjaman. Pada tahun 2000 sektor konsumtif mulai bangkit kembali dan terus berkembang sampai saat ini. Sementara itu kenaikan pada angka pertumbuhan ekonomi yang terjadi hanya semata digerakan oleh tingkat konsumtif masyarakat. Lambatnya perkembangan sektor riil dan tingginya tingkat konsumsi masyarakat dengan pola pembayaran kredit, menyebabkan industri pembiayaan konsumen bangkit kembali sejak pasca krisis ekonomi sampai dengan saat ini. Perkembangan sektor riil yang cenderung lambat tersebut juga mengakibatkan tingginya tingkat dana menganggur masyarakat, dan sebagai akibatnya sektor perbankan mengalami kelebihan likuiditas. Kelebihan likuiditas tersebut harus segera dapat teratasi dengan disalurkannya dana bank kepada masyarakat. Saat ini banyak pihak bank yang berusaha merangkul perusahaan pembiayaan konsumen baik sebagai mitra kerja ataupun dengan cara akuisisi sebagai strategik investor. Keadaan tersebut benar-benar membuat industri pembiayaan konsumen berada "diatas angin". Betapa tidak, ada market dan ada pendanaan (funding). Dengan kesempatan yang ada, merupakan momentum bagi perusahaan-perusahaan pembiayaan untuk berusaha meningkatkan value-nya. Untuk dapat menyikapi momentum bisnis dan memanfaatkan peluang yang ada, maka hal tersebut akan kembali pada kebijakan dan langkah strategik yang akan diambil oleh perusahaan tersebut. Perkembangan pada industri pembiayaan konsumen akan menciptakan kondisi persaingan yang ketat diantara perusahan-perusahaan pembiayaan konsumen dan jika perusahaan-perusahaan tersebut lepas kendali atas persaingan tersebut, maka hal tersebut akan berdampak pada kualitas exposure pembiayaannya yang pada akhirnya dapat terjadi kredit macet. Secara bisnis, peta persaingan yang akan terjadi dapat dengan mudah dilihat, dimana persaingan pasti akan terjadi dalam hal pencapaian penjualan (pembiayaan konsumen) dan untuk itu pasti akan terjadi perang harga (dalam hal ini interest rate) dan pemberian insentif kepada deaier. Keadaaan tersebut akan membuat dilema bagi perusahaan pembiayaan konsumen yang modal kerja-nya terbatas dan cost of fund atas modal kerja tersebut tidak murah. Bagaimana perusahaan tersebut dapat bersaing dan meningkatkan profitabilitas, sementara ada tujuan yang hendi:ik dicapai yaitu berkembang guna meningkatkan value bersama dengan industrinya. PT XYZ sebagai salah satu perusahaan pembiayaan konsumen di Indonesia tentu saja ingin memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal untuk dapat tumbuh berkembang bersama industrinya namun tetap konservatif pada kualitas pembiayaannya. Dalam menyikapi situasi yang ada dan mengantisipasi terhadap hal-hal yang tidak diinginkan, tentu saja akan sangat tergantung pada kebijakan dan langkah strategik yang akan diambil oleh Perusahaan. Dalam karya akhir ini Penulis berusaha menganalisis terhadap keadaan ekonomi makro, siklus industri dan bisnis serta persaingan yang ada dalam industri pembiayaan konsumen. Selain itu penulis juga menganalisis strategi yang harus dilakukan oleh PT XYZ terhadap kondisi yang ada baik secara aspek bisnis maupun dari aspekfinancial Perusahaan. Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan mendasar yaitu: a. Dengan kondisi yang ada, Perusahaan akan sulit dalam hai bersaing terhadap harga jual (interest rate). Dalam hal ini tentu saja Perusahaan akan relatif sulit untuk mendapatkan volume pembiayaan. Selain itu yang menjadi perhatian adalah dalam hal kualitas pembiayaan yang didapat, yaitu keterkaitan antara relatif su!itnya untuk mendapatkan volume pembiayaan dan target pencapaian pembiayaan konsumen karena adanya momentum pada industri pembiayaan konsumen. b. Seiring dengan rencana ekspansi Perusahaan, yaitu daiam hal ini penambahan jumlah kantor cabang dan infrastruktur Perusahaan, maka Perusahaan akan relatif sulit dalam mengupayakan profitabilitas. Berhubungan dengan profitabilitas tersebut dan dikaitkan dengan masih tingginya harga jual (interest rate) Perusahaan sehingga margin yang diperoleh akan relatiftipis, maka Perusahaan harus mengandalkan volume pembiayaan. c. Dari sisi financial Perusahaan yang dalam hal ini dilakukan analisis terhadap solvabilitas dan profitabilitas Perusahaan, terlihat adanya penurunan pada aspek-aspek tersebut. Dari sisi solvabilitas Perusahaan rasio debt to equity meningkat dan interest coverage ratio menu run, dan dari sisi profitabilitas, rasio return on equity dan return on assets menurun. Penulis dalam hal ini berkesimpulan bahwa Perusahaan harus mengambil kebijakan dan langkah strategik untuk menyikapi keadaan tersebut yang dalam hal ini adalah kehadiran strategik investor bagi Perusahaan. Strategik investor tersebut diharapkan dapat memberikan ketersediaan dana untuk modal kerja dengan cost of fund yang relatif murah atau dapat membawa market bagi Perusahaan. Dalam menyikapi usulan tersebut, penulis juga melakukan analisis fundamental untuk memberikan gambaran mengenai value Perusahaan, dan menggunakan basil dari valuation untuk menilai kewajaran harga saham Perusahaan yang akan berguna bagi shareholder dalam mengambil keputusan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yadi Permana
Abstrak :
ABSTRAK
Industri pupuk merupakan salah satu industri strategis nasional yang memperoleh perlakuan khusus dari pemerintah. Pemerintah melalui kebijakan tataniaga pupuk mengatur pola distribusi dan subsidi harga pupuk dalam rangka menjaga agar pupuk tersebut masih dapat terjangkau oleh petani kecil.

PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dibidang distribusi produk pupuk dan bahan kimia. PT. XYZ merupakan anak perusahaan dari produsen pupuk yang sebagian besar sahamnya dikuasai oleh perusahaan induk melalui yayasan karyawannya. Sampai dengan tahun 2004, PT. XYZ masih mengandalkan perusahaan induknya sebagai' supher utama barang dagangannya.

Saat ini laba bersih PT. XYZ dalam tren menurun mulai dari tahun 2000 hingga tahun 2003. Pada tahun 2003, perusahaan untuk pertama kalinya mengalami kerugian. Penurunan laba perusahaan terutama disebabkan oleh menurunnya penjualan. Sedangkan kerugian perusahaan disebabkan oleh hapus buku piutang tak tertagih dari konsumennya.

Kondisi persaingan dalam industri distribusi pupuk sangat tinggi. Barriers to ent1y yang rendah menyebabkan jumlah perusahaan yang bermain di industri ini sangat banyak. Persaingan antar distributor yang tinggi sangat menguntungkan bagi konsumen pupuk, namun akibatnya bagi para distributor akan memperoleh profit margin yang tipis.

PT. XYZ yang berada pada kondisi diatas harus mengambillangkah yang tepat agar dapat tetap beroperasi secara profitable. Langkah pertama adalah melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan (SWOT). Dari analisis SWOT dilakukan pada perusahaan diketahui bahwa perusahaan memiliki posisi di kuadran satu, dengan strategi yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal PT. XYZ adalah strategi Concentration Growth dan Market Development.

Dari analisis persaingan usaha yang dilakukan diketahui bahwa PT. XYZ memiliki posisi relatif yang lebih lemah dil)andingkan produsen. Hal ini dikarenakan PT. XYZ hanya bergantung pada perusahaan induknya sebagai suplier produknya. PT. XYZ juga hanya mengandalkan satu bank sebagai partner usaha. Posisi PT. XYZ dibandingkan dengan konsumennya juga relatif lemah karena konsumen memiliki banyak pilihan perusahaan lain yang menawarkan produk dengan harga dan mutu yang sama, dengan kata lain switching cost bagi konsumen rendah. Dalam industri distribusi pupuk sendiri memiliki rivalitas yang tinggi dengan jumlah pesaing yang meningkat dari tahun ke tahun.

Oleh karena itu perusahaan harus mengambil langkah strategis diantaranya melakukan diversifikasi pemasok barang dengan cara bekerja sama dengan produsen yang ada pada regional lain sehingga mengurangi ketergantungan dengan perusahaan induk dan memperluas daerah pemasarannya. PT. XYZ juga harus memanfaatkan peluang sebagai importir dan distributor pupuk majemuk dari luar negeri mengingat kebutuhan dalam negen yang meningkat namun belum dapat dipenuhi oleh produsen dalam negeri. Ancaman terhadap pemain baru tidak dapat dihindari oleh PT. XYZ. Oleh karena itu PT. XYZ harus tetap menjaga kualitas produk dan layanan yang tepat waktu dan jumlah bagi konsumennya.

Untuk menjaga agar tidak terjadi piutang macet dari konsumennya, PT. XYZ hendaknya Iebih selektif dalam memihh target segmen pemasarannya dengan Iebih memperhatikan tingkat profitabilitas dan risiko dari masing-masing segmen. Dalam menghadapi kebijakan cycle yang lebih pendek, pembiayaan hutang yang rendah, beban bunga yang ringan, dan penyebaran risiko bisnis dengan Bank sebagai pengelola layanan tersebut.

Strategi pendanaan perusahaan yang mendukung strategi Concentration Growth dan Market Development memiliki alternatif. Alternatif pertama adalah pendanaan dari hutang bank. Alternatif pertama ini dapat diaplikasikan untuk kondisi optimis dan moderat. Namun seandainya terjadi kondisi pesimis dimana perusahaan mengalami kesulitan dalam pemasaran maupun tingkat efisiensi perusahaan yang rendah, perusahaan akan mengalami kesulitan dalam membayar bunga hutang dan pokok. Alternatif kedua adalah penerbitan surat hutang perusahaan yang memiliki opsi pada kuponnya. Dengan alternatif kedua ini perusahaan dapat dengan flexible menyesuaikan pengeluaran biaya bunga sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh perusahaan sehingga instrumen ini sesuai digunakan untuk ketiga kondisi optimis, moderat, dan pesimis. Alternatif ketiga adalah penyertaan modal dari perusahaan Modal Ventura. Seperti alternatif kedua tadi, penyertaan modal ini cukup flexibel dan menguntungkan perusahaan karena biaya bunga atau pengembalian yang diberikan kepada pemodal disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Setelah menentukan langkah strategis baik jangka panjang dan jangka pendek, perencanaan keuangan dilakukan dengan menggunakan tiga kondisi yaitu moderat, pesimis, dan optimis. Masing-masing kondisi disesuaikan berdasarkan asumsi kondisi internal, eksternal dan strategi yang dipilih oleh perusahaan. Dari perencanaan yang dilakukan diperoleh expected net profit margin rata-rata 0.74% dengan standar deviasi 0,60%. Dengan melihat net profit margin yang tipis dan standar deviasi tersebut, perusahaan harus berhati-hati terhadap keputusan strategis yang diambil dan kondisi eksternal yang terjadi di lingkungan industrinya. Jika kondisi moderat dan optimis yang terjadi, perusahaan harus menjalankan strategi Concentration Growth dan Market Development. Sedangkan jika yang terjadi adalah kondisi pesimis, perusahaan harus mengambil strategi tum around. baru dari perusahaan induknya PT. XYZ harus mengimplementasikan Cash Management Bank Services. CMBS adalah Jasa yang diberikan oleh bank sebagai pihak independen yang ditunjuk dan dipercaya oleh para pihak untuk melakukan monitoring cash flow dan mengeksekusi suatu transaksi setelah kondisi yang dipersyaratkan terpenuhi. Dengan mengimplementasikan Iayanan tersebut, PT. XYZ memiliki keuntungan antara lain trade
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyawati Santoso
Abstrak :
Sejumlah indikator moneter seperti suku bunga SBI, KPR, tingkat inflasi yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2003 dan 2004 terlihat sangat positif. Hal tersebut berdampak pada kembali bergairahnya bisnis sektor properti setelah sekian lama stagnan akibat krisis moneter beberapa tahun lalu, termasuk diantaranya terjadi pada jenis properti Pusat Perbelanjaan Modem. Ini dapat terlihat dari betapa banyaknya pembangunan mall I plaza di berbagai tempat di Jabotabek dalam kurun waktu belakangan ini. Kondisi demikian membuat kondisi industri menjadi semakin kompetitif. Menghadapi era industri yang semakin kompetitif tersebut, diperlukan pelaku-pelaku pasar (pengembang) yang bekerja dengan prinsip "doing right things ( efisien)" dan doing things right ( efektif)" untuk dapat memenangkan persaingan dan mere but pasar. Dalam hal ini maka diperlukan suatu mEajemen proyek ya.'lg mampu mengatur penggunaan sumber dayanya secara optimal untuk memperoleh hasil yang maksimal. Menjawab tuntutan tersebut, PT. Primatama Nusa Indah (PNI) selaku pengembang I developer The Plaza Semanggi membentuk manajemen proyek yang bertugas mengelola sumber dayanya untuk mengendalikan aspek biaya, waktu dan kualitas dalam melaksanakan proyeknya yaitu Kawasan Bisnis Granadha- The Plaza Semanggi. Penekanan dalam penulisan karya akhir ini adalah menganalisa dan mengukur kemampuan PNI dalam menerapkan manajemen proyek yang efisien dan efektif untuk dijadikan sebagai masukan dan introspeksi diri yang berguna bagi pengembangan proyek selanjutnya. Berdasarkan atas Project Evaluation Tools dari Alberta Major Construction yang diperoleh dan dipakai untuk mengukur efisiensi dan efektivitas manajemen proyek dalam penulisan ini, ada beberapa indikator yang mempengaruhi pencapaian efisiensi dan efektivitas tersebut. Hal tersebut melingkupi aspek biaya, jadwal, rencana kerja, progress & produktivitas, organisasi, material, subkontrak, peralatan dan fasilitas konstruksi. Selanjutnya seluruh aspek tersebut diuji kembali untuk mengetahui signifikansinya dalam pembangunan proyek yang disesuaikan dengan sistem dan kultur di Indonesia, dan dipakai sebagai tools untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen proyek. Tools yang merupakan hasil dari pengujian dan dipakai dalam proses evaluasi ini menjadi fokus analisa penilaian kinerja manajemen proyek. Dari hasil analisa, didapat fokus-fokus tersebut berturut-turut sesuai signifikansinya adalah terdiri dari Work Planning, Cost Management, Schedule Management, Organization, Progress & Productivity, Quality Management, Material Management, Labour Relationship dan Subcontract Administration. Dengan menggunakan tools tersebut, penulis mulai mengevaluasi fokus-fokus yang dimaksud dalam penerapannya di manajemen proyek The Plaza Semanggi. Dari hasil evaluasi yang diperoleh, menggambarkan bahwa kineija PNI ternyata berhasil mengelola sumber dayanya hingga mencapai ±80% dari tingkat efisiensi dan efektivitas yang optimal. Beberapa aspek yang masuk dalam kriteria yang mempunyai signifikansi terhadap efektivitas dan efisiensi seperti kontrak I sub kontrak, biaya dan progress-produktivitas terlihat sangat diperhatikan oleh PNI dengan penilaian kuantitatif yang tinggi. Aspek lainnya seperti organisasi, material, rencana keija, jadwal, kualitas dan hubungan pekerja memperoleh nilai yang lebih rendah. Penyebab rendahnya nilai-nilai tersebut diidentifikasi dan dibahas lebih lanjut oleh penulis untuk kemudian diberi rekomendasi-rekomendasi yang sifatnya applicable untuk diterapkan pada pengembangan proyek selanjutnya, sehingga hasil proyek-proyek selanjutnya dapat lebih optimal lagi.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>