Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cynthia Michelle Anggraini
"ABSTRAK
Obstruksi saluran napas atas OSNA pada anak merupakan kondisi abnormal yang menyebabkan terjadinya kebiasaan bernapas melalui mulut. Studi potong lintang analitik dengan metode consecutive sampling dilakukan pada anak laki-laki dan perempuan yang memiliki riwayat rinitis alergi, rinosinusitis, polip nasal, hipertrofi adenoid, dan obstructive sleep apnea. Studi ini menganalisis perbandingan antara kejadian maloklusi pada anak / remaja dengan OSNA yang ada di Klinik Respirologi dan Klinik Imunologi Alergi Kiara Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebagai kelompok subjek dan anak sehat tanpa OSNA dengan usia dan jenis kelamin yang sama dengan kelompok subjek di Klinik IKGA RSKGM FKG UI sebagai kelompok kontrol. Pencetakan rahang atas maupun bawah dilakukan dan jangka sorong dengan ketepatan 0,1 mm digunakan untuk pemeriksaan oklusi. Beberapa tipe maloklusi seperti maloklusi kelas 2 divisi 1, anterior open bite, dan posterior crossbite ditemukan pada subjek dengan kebiasaan bernapas melalui mulut dengan OSNA. Analisis data dengan metode chi-square menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kejadian maloklusi anak dengan OSNA dibandingkan dengan anak pada kelompok kontrol p 0,001 . Dari hasil studi ini, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan bernapas melalui mulut pada pasien anak dengan OSNA memiliki peran dalam perkembangan maloklusi.ABSTRACT
Upper airway obstruction is an abnormal condition in children which can cause mouth breathing habit. Cross sectional analitic study was conducted with consecutive sampling method on children adolescents having allergic rhinitis, rhinosinusitis, nasal polyp, adenoid hypertrophy, and obstructive sleep apnea syndrome. This study analyzed comparation between malocclusion in children diagnosed with upper airway obstruction attending Pediatric Respirology and Immunology Allergy Outpatient Clinic Kiara Maternal and Child Health Center at Cipto Mangunkusumo Hospital as subject group and healthy children without upper airway obstruction with same age and gender with the subjects at Pediatric Dental Clinic Universitas Indonesia Dental Hospital in Jakarta as control group. Impression was taken and Vernier caliper at a precision of 0.1 mm was used to analyze the occlusion. Several types of malocclusion such as malocclusion class 2 division 1, anterior open bite, and posterior crossbite were found in mouth breathing subjects from this study. Chi square test showed significant difference on malocclusion occurrence between children with upper airway obstruction p 0,001 and children in control group. From this study, we can conclude that mouth breathing habit in children with upper airway obstructions may contributes in the development of malocclusion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Enrita Dian Rahmadini
"Temporomandibular Disfunction (TMD) atau Temporomandibular Joint Disfunction atau Craniomandibular disorder atau Temporomandibular disorder atau Disfungsi sendi temporomandibula merupakan istilah yang biasa dipakai untuk menunjukkan adanya beberapa gejala klinis kelainan sistem stomatognatik, yang dapat disebabkan oleh adanya maloklusi dan kebiasaan buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat keparahan TMD pada anak dengan maloklusi kelas I Angle yang disertai kebiasaan buruk seperti pola pengunyahan satu sisi, bruxism dan clenching dan tanpa kebiasaan buruk. Subjek penelitian terdiri dari 96 siswa SMP anak usia 12 sampai 14 tahun. Frekwensi dan tingkat keparahan TMD diukur dengan menggunakan indeks diagnostik Helkimo. Analisa statistik menggunakan chi-square dengan derajat kemaknaan p=0,05. Tingkat keparahan anak maloklusi kelas I Angle dengan kebiasaan buruk lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa kebiasaan buruk. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan yang tidak bermakna pada frekwensi TMD dan tingkat keparahan antara anak laki-laki dan perempuan dengan maloklusi kelas I Angle dengan p>0,05. Sedangkan frekwensi TMD dan tingkat keparahan pada anak dengan maloklusi kelas I Angle yang disertai dan tanpa kebiasaan buruk ditemukan ada perbedaan bermakna dengan p<0,05.

Temporomandibular Disfunction (TMD) or Temporomandibular Joint Disfunction or Craniomandibular disorder or Temporomandibular disorder is a generic term for a number of clinical signs and symptoms involving the stomatognatic system that can be caused by malocclusion and oral habit such as bruxism, clenching and unilateral mastication. The aim of this study was to see the differences of TMD severity between 12 to 14 years of age Angle class I malocclusion children with or without oral habit. Helkimo’s dysfunction index was used to diagnosed the severity of TMD. chisquare test was used for the statistic analysis and the level of significance was determined at p= 0,05. The severity of TMD was higher in Angle class I malocclusion children with oral habit The result showed there was no significant difference of frequencies and severity of TMD between male and female 12 to 14 years of age children with Angle class I malocclusion with p>0,05. There is a significant difference of frequencies and severity of TMD between 12 to 14 years of age Angle class I malocclusion children with and without oral habit with p<0,05."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library